62. Tatapan

2.2K 348 17
                                    

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Beautiful by NCT
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

Ruang kerja milik Lieven terasa hening walaupun ada dua orang yang sedang beradu tatap. Lieven menatap Green dengan wajah datar namun terkesan dingin.

Green, pria bersurai hijau itu sedari tadi tidak berbicara ketika kakaknya mengundangnya kesana. Ia kira Lieven melupakan hal yang terjadi di tempat memanah, namun sepertinya tidak.

"Katakan kenapa kau pada saat itu berpakaian seperti seorang rakyat?" tanya Lieven dingin.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan," jawab Green. Melihat bagaimana kakaknya tetap diam, ia melanjutkan. "Kebetulan sekali aku bertemu dengan pemuda biasa di jalan, lalu berakhir seperti pada saat itu,"

Lieven menandatangani beberapa berkas dihadapannya.
"Siapa pemuda itu?"

"Aku tidak tahu, dia hanyalah rakyat biasa,"

Lieven tersenyum miring. Ia kembali menatap Green.
"Sepertinya dia memang tidak penting untukmu. Aku akan menyuruh Luke untuk mencari pemuda itu. Aku pastikan dia akan mendapatkan hukuman yang berat karena telah bertindak terlalu berani," celanya.

Green mengertakan giginya. Pria itu menyembunyikan kepalan tangannya di balik meja.
"Kau tidak perlu sekejam itu kakak pertama. Mengingat kau adalah raja di masa depan," Green menahan amarahnya. "Kalau tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi, aku pamit undur diri kakak pertama," lanjutnya berjalan keluar dari ruangan itu.

Lieven menatap punggung milik Green yang semakin menjauh.

BRAKK!

Pria bersurai perak itu menggebrak meja kerjanya hingga beberapa kertas terbang berhamburan. Bola mata milik pria itu berubah warna sebagian menjadi emas. Beberapa urat nadi terlihat dipelipisnya. Napasnya menderu kencang.
"Tidak akan semudah itu kau membohongiku Green!" batinnya.

Lieven berjalan menuju almari, lalu ia memasuki ruangan rahasianya. Senyuman tipis terlukis dibibirnya ketika mendapati lukisan Ilona yang tertempel disana. Jari-jari indahnya menyentuh pipi gadis bersurai merah darah itu.
"Aku pasti akan mewujudkan impian Ilonaku," ucapnya rendah dengan nada lembut. Ia menatap lukisan itu dengan lembut cukup lama, ada guratan rumit dalam wajah tampannya yang terpahat sempurna. Namun setelah itu ekspresi wajahnya berganti datar.

Ia berjalan ke arah ranjang sederhana yang berada di ruangan rahasia itu. Pria bersurai perak itu memejamkan matanya ketika sudah meletakkan tubuhnya di atas kasur kuno yang keras. Ada banyak hal yang terus menari-nari indah  di dalam kepalanya. Salah satunya adalah Evelin. Kenapa gadis itu berulang kali membohonginya? Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh gadis itu? Jika saja gadis itu tak penting baginya, maka ia sudah menebas kepala gadis itu dari dulu. Walaupun Evelin tidak pandai dalam hal bela diri, namun ia merasa bahwa gadis itu cukup berbahaya.

***

Evelin menghempaskan tubuhnya di atas kasur penginapannya yang sangat keras. Ia sangat lelah hari ini karena beberapa hal yang ia lakukan. Tapi ia cukup bangga dengan dirinya yang dapat mengeluarkan Willow dari Palvilum Hitam dengan bantuan dari Kennard, Mick, dan Bella.

"Nona, bagaimana keadaan Nona Willow?" tanya Bella sembari memasang selimut untuk nonanya itu.

"Syukurlah Willow baik-baik saja, tapi kondisinya cukup mengenaskan," jawab Evelin kembali teringat dengan tubuh Willow yang sangat kekurangan nutrisi.

"Saya yakin bahwa Nona Willow dapat kembali baik bila ada nona,"

Evelin tersenyum, semoga apa yang dikatakan oleh Bella dapat terlaksana. Evelin mulai menutup matanya karena sangat mengantuk. Namun ia tidak mendengar gerakan Bella yang tidur disampingnya. Padahal biasanya gadis bersurai merah itu akan ikut tidur bila dirinya sudah menutup matanya. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Bella sekarang? Sepertinya dirinya tak memberikan tugas padanya, kan?

Fake Villainess Where stories live. Discover now