35. Is It Over?

685 84 265
                                    

6 Maret 2022

Hello readers. Apa kabar? Semoga semuanya tetap sehat, tetap semangat meski pandemi masih meraja lela dan bumi bagian utara menabuh genderang perang.

Terima kasih buat semua reader yang telah menunggu kelanjutan cerita ini, dan juga buat readers yang kasih vote dan meramaikan kolom komentar.

Happy Reading.

==================================================================

Yuheng memukuli tubuh ringkih Xiao Zhan tanpa jeda, dan tidak sadar keadaan sekitar yang mulai ramai, berteriak agar dia memberi jeda, agar dia tidak terlalu keras memukul.

Tetapi teriakan warga malah dianggap menyemangatinya. Ia malah memukul dengan kalap. Bagaimana ia tidak memukul dengan kalap, sebab saat ia memukul, Xiao Zhan akan berusaha bangkit. Jadi arogansinya sebagai pemuda yang cukup dipandang sebagai orang gagah itu tertantang. Padahal Xiao Zhan hanya memastikan dirinya tetap sanggup bertahan sampai hitungan ke 10. Sebab jika dia tidak sanggup maka sisanya akan diberikan kepada Yibo. Ia tidak mau itu terjadi. Sungguhpun tubuhnya sakit ia memaksa bangkit.

"Hentikan Yuheng! Kau memukul terlalu keras!" seru Zisun seraya mendorong para penjaga yang bertindak mengamankan proses eksekusi. Mingna dan anak-anak gadisnya membantu ayahnya untuk mendorong para penjaga.

"Zhan-ge!.... No... Jangan pukul!... Zhan-ge..." Yibo menjerit meronta tapi tubuhnya dipegangi oleh beberapa orang yang adalah kawan-kawannya Yuheng. Sementara Yuchen ambruk dengan kaki lemas dan tubuh gemetar, oleh karena ia seperti merasakan sendiri betapa sakitnya dipukuli seperti itu. Ia pernah dibuli dan dipukuli oleh kawanan berandalan waktu masih SMP, jadi traumanya malah kumat saat melihat Xiao Zhan dipukuli oleh sepupunya.

Yuheng menyeringai tidak peduli. Ia sedikit merunduk seolah memeriksa korban.

"Aku peringatkan sekali lagi! Pilih satu gadis Huang, lalu pergi dari desa ini dan jangan kembali. Turuti perkataanku maka aku buat segalanya mudah." Bisiknya dengan nada mengancam.

Tapi Xiao Zhan menggeleng. Menolak tawaran berupa ancaman itu. Dan itu membuat Yuheng naik pitam.

"Kau menantangku, sialan! Rasakan ini!" Yuheng kembali memberikan pukulan ke-6 dengan lebih keras. Xiao Zhan terjerembab akibat pukulan itu. Ia hanya bertahan dan berusaha bangkit kendatipun gerakkannya menjadi lebih lambat.

Pada pukulan ke 7 kayu memukul mengenai bagian rusuknya karena posisinya yang agak menyamping sebab ia terlambat memperbaiki posisinya, ia jatuh terguling dengan menjerit keras lalu menggigit kuat buntalan kain yang menyumpal mulutnya, dan merasakan bagian rusuknya nyeri dan sangat sakit. Ia hanya bisa merayap dengan kedua siku berusaha bangkit walau tidak mampu mengangkat tubuhnya.

"Lumayan, ternyata kau kuat juga yah. Rasakan ini!"

Yuheng kembali hendak memukul, tetapi tiba-tiba Zisun yang telah berhasil menerobos, berlari datang dan menangkap tangannya.

"Yuheng! Kau gila! Kau mau memukul atau membunuh orang, hah!" seru Zisun marah.

"Minggir paman, menghalangi proses berjalannya hukum sama dengan melanggar hukum!" teriak Yuheng dengan sekerasnya. Teriakannya mengejutkan para warga yang tengah protes dan gaduh.

Seketika suasana menjadi sunyi.

"Kau...kau keterlaluan!" seru Zisun marah.

"Jika paman melanggar hukum maka akan dihukum juga!" sambung Yuheng seraya memberi isyarat kepada teman-temannya untuk menarik kembali Zisun. Zisun tidak takut ia meronta dan mau memukul orang yang hendak menahannya, tetapi....

Bugh!.. Zisun terjatuh ketika rahangnya ditonjok lebih dulu.

"Ayah..." seru para gadis Huang terkejut ayahnya dipukul.

My Dear  Future Husband [END]Where stories live. Discover now