03 : setuju

1.1K 228 45
                                    

Makasih udah setia nunggu. Kalo ada typo langsung tandain aja. Selamat membaca (☞^o^) ☞

Alda mondar-mandir di depan tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alda mondar-mandir di depan tempat tidur. Kuku jari telunjuk kanannya digigit-gigit karena terus memikirkan tentang perjodohan mendadak itu. Rasanya sangat tidak menyangka sekali.

“Aku gak mau nikah muda. Takut banget. Kalo abis nikah, terus punya anak ...”

Alda menggelengkan kepala. Dia tak sanggup memikirkan hal itu. Untuk saat ini yang dia inginkan hanyalah membuat banyak kenangan di masa remajanya. Dia tak mau jika harus menikah muda, terlebih lagi dengan seseorang yang sama sekali tak dikenalnya.

“Iiihhh! Gak mauuuuu ...” Alda duduk di tepi kasur sambil merengek. Dia belum memberi jawaban, jadinya terus kepikiran. Ingin menolak dengan keras, tapi abi dan uminya berharap dia menerima.

“Kira-kira nanti siapa, ya, yang bakal nikah duluan?”

“Jangan nanya gitu, entar malah kamu duluan yang nikah.”

Alda terdiam setelah mengingat pertanyaan yang dilontarkan pada teman dekatnya waktu itu. Sejurus kemudian dua tangannya memegang kepala.

“Harusnya aku gak nanya kayak gitu. Kalo misalkan Haira tau, bisa malu aku,” ucap Alda.

“Oke! Aku harus nolak! Aku gak mau nikah muda!”

• • •

“Iya, Alda mau.”

Ustadz Husein dan istrinya tersenyum senang saat Alda membuat keputusan yang tepat.

Alda menghela napas. Tak ada raut kebahagiaan sama sekali di wajahnya. Dia terpaksa menerima perjodohan itu karena abinya bercerita tentang latar belakang keluarga Kyai Ahmad. Katanya, sih, bodoh jika menolak. Sebab, jadi menantu seorang Kyai adalah sebuah keberuntungan.

“Widih, bakal nikah duluan, dong,” celetuk Mahesa yang duduk di samping Alda.

“Sebenernya, mah, gak mau ...” gumam Alda dengan sangat pelan.

“Ya udah, karena kamu setuju, nanti abi kasih tau Kyai Ahmad. Katanya, sih, kalo udah pada setuju, Kyai Ahmad bakal ngikat kamu buat Jiyad secepatnya.”

“Ngikat?” tanya Alda.

“Iya, maksudnya ngekhitbah. Tenang aja, gak bakal cepet-cepet nikah. Nikahnya kalo udah lulus sekolah.” Uminya yang menjawab.

“Masih lama, dong?”

“Waduh, ngode pengen cepet nikah, nih?” timpal ustadz Husein, membuat Alda mendelik dan langsung menggelengkan kepala.

“Gak gitu, Abiiii. Gak gitu, ih,” kata Alda. Umi, abi, dan kakaknya tertawa mendengar itu.

“Ngaku aja, pengen cepet-cepet nikah, kan?” goda Mahesa.

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang