16 : keputusan

705 165 17
                                    

"Kenapa, sih, senyum-senyum gitu? Ada sesuatu ya?" Pertanyaan dari uminya membuat Alda yang sedang makan sarapan menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa, sih, senyum-senyum gitu? Ada sesuatu ya?" Pertanyaan dari uminya membuat Alda yang sedang makan sarapan menoleh. Mampus, ketahuan.

"Eh? Enggak, kok, Umi. Aku gak senyum-senyum," elak Alda.

"Jangan bohong. Abi juga liat kamu senyum-senyum. Ada apa, sih?" Kini, ustadz Husein yang bertanya.

"Gak ada apa-apa, kok." Alda masih tidak mau jujur. Sebenarnya, alasan dia tersenyum-senyum itu karena mengingat chat yang dikirim Jiyad semalam. Sampai pagi ini, masih membuatnya salah tingkah.

"Mungkin ada hubungannya sama Jiyad, Bi," kata uminya Alda yang langsung ditanggapi tawa kecil oleh ustadz Husein.

"Jadi, gimana kamu sama Jiyad? Masih canggung?" Ustadz Husein mengubah topik pembicaraan.

"Anu ... ya ... gitu, deh, Bi." Alda kesulitan menjawabnya. Jujur saja, dia masih merasa canggung, tapi tidak secanggung sebelumnya. Jiyad juga sudah mulai terbuka dan berani mengungkapkan isi hatinya.

"Gitu gimana? Abi harap, sih, udah gak canggung lagi. Kalian, kan, satu kelas dan sering ketemu. Jadi, masa iya masih canggung," jelas ustadz Husein. Uminya Alda mengangguk setuju.

Alda hanya terkekeh kecil.

"Oh, iya. Abi sama umi masih kenal Taha?" tanya Alda kemudian setelah teringat akan Taha.

"Taha? Laki-laki yang dekat sama kamu itu?"

Alda mengangguki pertanyaan abinya.

"Aku satu sekolah sama dia. Ternyata, dia pindah ke kota ini juga. Seneng, deh, karena bisa ketemu lagi," ungkap Alda dengan raut senang. Namun, abi dan uminya bersikap biasa saja.

"Taha bilang, dia mau berkunjung ke sini. Katanya mau nyapa abi sama umi," lanjut Alda.

"Oh, ya?" respons uminya.

"Iya. Tapi gak tau kapan. Dia pasti sibuk soalnya anak OSIS."

"Alda, jangan dekat-dekat sama dia lagi. Abi bener-bener ngelarang. Bukan karena bawa pengaruh buruk, tapi kamu, kan, udah punya Jiyad. Abi gak mau kamu, ya, kalo kamu dekat sama laki-laki lain. Kamu harus bisa jaga perasaan Jiyad. Dia calon suami kamu," tutur ustadz Husein, membuat Alda terdiam.

Tahu bahwa Alda kurang menyukai ucapan abinya, membuat sang umi mencairkan suasana.

"Abi, jangan gitu. Alda sama Taha, kan, udah kenal lama. Jangan terlalu membatasi pertemanannya," kata uminya Alda.

Ustadz Husein menghela napas.

"Alda sama Taha cuma temenan, kok, enggak pacaran," lanjut uminya Alda. Selama ini, kedua orangtua Alda memang tak mengetahui fakta bahwa Alda dan Taha punya hubungan lebih dari sekadar teman waktu itu. Sebab, Alda benar-benar menyembunyikannya, dan hanya Mahesa saja yang tahu.

"Cepet habisin sarapannya, terus berangkat," ujar uminya Alda dan langsung mendapat anggukan.

• • •

[✓] JIYADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang