26 : malam berdua

921 140 25
                                    

Jiyad berjalan menuju kamar Alda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jiyad berjalan menuju kamar Alda. Malam ini, dia masih berada di rumah perempuannya itu dari sepulang sekolah tadi. Setelah makan bersama, Jiyad memutuskan untuk menemui Alda yang pergi ke kamar. Alda bilang, dia hendak mandi.

Assalamu'alaikum,” ucap Jiyad setelah berada di dekat pintu kamar Alda yang terbuka setengah. Karena tidak mendapat balasan, dia pun mengintip ke dalam, dan tak melihat keberadaan perempuannya.

“Alda masih mandi, ya?” Jiyad bergumam.

“Masuk jangan?” Jiyad ragu sendiri.

Astagfirullah!” Alda yang keluar dari kamar mandi langsung terkejut dan refleks berbalik badan. Pasalnya, dia melihat Jiyad ada di ambang pintu. Rasanya malu karena keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk kimono selutut dengan rambut yang dicepol.

Di sisi lain, Jiyad juga tidak kalah terkejutnya. Dia ikut berbalik badan sambil beristighfar di ambang pintu sana.

“Ji—jiyad, kamu ngapain di situ?” tanya Alda dengan gugup.

“Sa—saya mau nemuin kamu,” jawab Jiyad.

Alda menoleh ke belakang. Jiyad masih membalikkan badannya. Setelah dilanda keterkejutan, Alda baru sadar bahwa mereka berdua sudah menjadi pasangan halal.

“Jiyad, masuk aja, gak apa-apa,” ujar Alda pada akhirnya.

“Enggak, deh.”

“Terus kamu mau di situ sampai kapan?” tanya Alda.

“Saya ke bawah lagi aja.”

“Kalo niat awal kamu mau nemuin aku, masuk aja. Lagian kita udah sah.” Alda berucap dengan jantung yang berdetak kencang.

Jiyad melihat dari ekor matanya. Meski sudah sah, tetap saja dia tidak berani untuk masuk di saat Alda dalam keadaan seperti itu. Selama ini, dia selalu menjaga pandangan, jadinya tidak terbiasa.

“Saya nunggu di bawah aja.” Setelah berkata demikian, Jiyad langsung melangkah pergi dari ambang pintu kamar Alda sembari memegangi dadanya.

“Alda-nya mana?” tanya ustadz Husein saat melihat Jiyad kembali seorang diri.

“Ada di kamar. Baru selesai mandi, Bi,” jawab Jiyad, lalu duduk di sofa yang kosong.

“Jiyad, kamu nginep di sini aja.”

Perhatian Jiyad beralih ke umi mertuanya yang datang dari dapur. Kemudian, dia tersenyum tipis tanpa memberi jawaban yang pasti.

“Nginep, ya?” Umi mencoba membujuk.

“Jiyad gak tau, Umi.” Itulah jawaban dari Jiyad.

“Jiyad, kamu nginep aja. Setelah nikah, kamu belum pernah tinggal di sini. Kalo misalkan khawatir tentang sesuatu, kamu bisa pulang waktu subuh nanti,” kata ustadz Husein.

[✓] JIYADWhere stories live. Discover now