♀️New Day! ♂️

24.4K 5.7K 2.3K
                                    

⏯️ LOVE DIAMOND

Mau dong absennya sebelum tamat!

Kasih banyak cinta yaaa 🤍

Part depan EPILOG!!

Kedatangan Eyang pada saat pembacaan surat warisan membuat semua orang gempar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedatangan Eyang pada saat pembacaan surat warisan membuat semua orang gempar. Nggak terkecuali gue yang kaget bukan main ngelihat Eyang yang harusnya berbaring koma di rumah sakit di saat yang bersamaan berada di kantor utama perusahaannya.

Segera diadakan rapat mendadak di rumah Eyang. Rapat tertutup hanya untuk pihak keluarga. Kami berkumpul di ruang keluarga dengan posisi gue yang berdiri karena nggak berani duduk dengan mereka setelah semua kebohongan besar yang gue lakukan.

Eyang mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke lantai hingga menambah suasana menegangkan.

"Ma, saya bisa menjelaskan ini semua-" Eyang mengangkat tongkatnya hingga membuat Mami berhenti bicara.

"Saya nggak mau mendengarkan penjelasan apapun dari kamu. Kalau kamu saja bisa membohongi saya selama dua puluh tahun lamanya, nggak ada yang jaminan kamu tidak akan membohongi saya lagi dengan penjelasan yang kamu bilang tadi."

Merasa tersudutkan, giliran Papi yang angkat bicara ingin membela Mami. Namun sayangnya belum sempat Papi mengatakan alasannya, Eyang juga menyuruhnya tutup mulut.

"Kamu sama saja, kok kamu berani membohongi Ibumu sendiri demi istri kamu? Saya sangat sakit hati karena putra saya sendiri ternyata menunggu kematian ibunya. Kepala rumah tangga macam apa kamu?!"

"Bu, nggak begitu. Saya memang telah membohongi Ibu, tapi bukan berarti kami menginginkan kepergian ibu," sanggah Papi.

"Tetap saja Mas, yang kamu lakukan itu salah besar. Tidak seharusnya kamu melakukan itu kepada Ibu. Apa sih yang kalian inginkan dari harta, itu nggak dibawa mati. Tega ya kalian lebih memilih kematian Ibu demi harta yang nggak ada apa-apanya." Papa Nana yang berbicara membuat suasana makin keruh aja.

Tapi apa yang Om gue bilang emang benar, gimanapun orangtua gue yang salah sejak awal.

Merasa kedua orang tua gue udah dihakimi, sekarang gue merasa tatapan semua orang tertuju ke gue meminta pertanggungjawaban.

Dan benar aja, pas gue mengangkat wajah, Eyang yang duduk di kursi rodanya memberikan tatapan tajam ke gue. Tatapan yang jelas sangat kecewa.

Gue melirik orangtua gue, takut. Tapi karena gue berani berbuat, maka gue harus berani ambil konsekuensinya juga.

Gue berjalan pelan ke arah Eyang, sesampainya di depan Eyang, gue langsung menurunkan tubuh gue sampai kedua lutut gue menyentuh dinginnya lantai.

My Handsome Girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang