1. Dijodohin

36.2K 878 24
                                    

BANYAK KATA KATA KASAR NAMUN TIDAK UNTUK DITIRU YA GES YA

OH IYA.... PANGGIL SAIA BESTII WALAU KITA GA KENAL WKWK



















"Jihan terima?"

"Nggak bi."

"Azam bagaimana?"

"Nggak juga pah."

"Oke kalau begitu perjodohan ini akan tetap dilanjutkan."

"Abiii." Gadis berjilbab pashmina itu merengek. Lantas menatap uminya meminta bantuan.

"Nggak bisa dibatalin sayang." Jawab Eva, sang umi. Mencoba memberi pengertian pada Jihan yang hampir menangis. Oh ayolah jika yang dijodohkan dengannya si cowok paham agama mungkin Jihan tidak akan seperti ini. Tapi ini berbeda! Dia malah dijodohkan dengan cowok yang terkenal dengan kenakalannya.

"Ck! Cengeng lo."

Celetukan Azam membuat Jihan langsung mengalihkan pandang dengan tatapan tak bersahabat.

"Nggak mau sama dia, umii." Dan kini Jihan memeluk Eva. Menyembunyikan wajahnya yang sudah menangis.

"Gw juga nggak mau sama lo." Balas Azam. Dia langsung mendapat cubitan dari Feni, mamahnya.

Eva tersenyum kepada mereka semua yang kini menatap putrinya yang masih menyembunyikan wajah dipundaknya.

"Jihan nggak suka Azam ya?" Tanya Endi, papah Azam.

Akhirnya Jihan kembali duduk dengan benar. Azam memutar bola matanya malas saat melihat kedua mata gadis itu. Ya, dia benar benar menangis. Menurut Azam, Jihan terlalu cengeng.

"Nggak om, maaf." Jawab Jihan membuat sepasang suami istri didepannya tertawa kecil sambil melirik anaknya.

"Katanya incaran cewek cewek." Goda Feni.

"Kok masih ada perempuan yang nolak?"

"Cuman dia." Balas Azam.

"Sok ganteng." Ucap Jihan pelan.

"Apa sayang?" Tanya Eva membuat Jihan langsung menggeleng cepat. "Nggak ngomong apa apa kok mi." Elaknya.

"Kamu sendiri gimana?" Tanya Endi pada Azam.

"Pah, perjodohan tuh kuno banget. Di zaman sekarang udah nggak ada lagi namanya dijodoh jodohin."

"Abi sama umi pernah bilang juga sama Jihan kalau jodoh itu udah tertulis lauhul mahfudz. Seharusnya perjodohan ini nggak ada karena semua kan udah ada yang ngatur." Tambah Jihan.

"Waketos pinter." Puji Azam. Ucapan Jihan barusan membuat keempatnya terdiam.

"Bi." Jihan memegang tangan Usman, abinya.

"Ya itu memang benar sayang." Sang abi mengangguk seraya tersenyum pada Jihan.

Senyum Jihan mengembang. Ia yakin abinya pasti akan membatalkan perjodohan konyol ini. Perjodohan yang tak seharusnya ada karena Jihan maupun Azam masih remaja yang berumur 17 tahun. Yang sepatutnya belajar bukan malah dipaksa menikah oleh orang tua.

"Dibatalin kan?" Tanya Jihan tak sabaran.

Para orang tua saling melempar tatap. Hingga 10 detik berikutnya keempatnya menjawab kompak.

"Tidak dibatalkan dan akan tetap dilanjutkan."

"Terserah." Jihan berdiri dengan mata yang kembali berkaca kaca. Eva mencoba meraih tangan putrinya namun Jihan dengan sengaja menghindarkan tangannya.

AZAM [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora