60. Yang Penting Belajar

4.6K 263 23
                                    

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Jangan hujat saya ya manteman mwehehe

"Bila." Panggil Kia membuat siempunya nama yang hendak masuk ke perpustakaan sontak menoleh. "Darimana aja sih La? Kamu tau, tadi aku kekelas kamu. Niatnya mau ngajak kamu kekantin eh kamu malah nggak ada didalam kelas. Cepat banget keluarnya." Celoteh Kia dengan perasaan sedikit kesal pasalnya ia berakhir makan sendirian.

"Maaf kak." Ucap Bila merasa bersalah.

"Yaudah nggakpapa. Btw kamu kok baru mau masuk? Emang habis darimana? Aku kira kamu sejak tadi ada didalam sana."

"Nggak kak. Aku emang baru mau masuk soalnya tadi... " Bila tiba tiba menunduk sambil meremas tangannya sendiri membuat Kia seketika merasa khawatir. "Kamu kenapa La?" Tanyanya.

"Ng-nggakpapa kok kak." Jawab Bila pelan.

"Apanya yang nggakpapa sih La. Coba cerita sama aku kalau kamu ada masalah." Kia memegang satu pundak Bila yang masih menunduk takut. Ia benar benar berharap Bila mau membagi masalahnya pada dirinya. "Iya aku tau kita belum lama berteman. Tapi, apa gunanya aku kalau cuman ngelihatin aja kamu ketakutan kayak gini. La, aku teman kamu. Kamu nggak usah takut ceritain masalah kamu sama aku."

Perkataan Kia yang terdengar tulus membuat Bila mulai mengangkat kepalanya. Terdiam sesaat lalu akhirnya mengangguk kecil. Kia yang melihat itu lantas tersenyum. Sungguh, dia ingin menjadi teman yang bisa memahami Bila. Walau keduanya memiliki sifat yang berbeda, tapi dia akan tetap berusaha sampai adik kelasnya itu bisa membuka dirinya tanpa ada perasaan takut dan gugup lagi.

"Ayo duduk dulu." Kia memegang tangan Bila lalu mengajaknya duduk dikursi panjang yang tersedia didepan perpustakaan. Syukurlah tidak banyak murid yang berlalu lalang saat ini.

"S-sebenarnya tadi aku ketemu sama kak Jihan di taman."

Ucapan Bila yang masih terdengar takut membuat Kia lagi lagi merasa khawatir. "Dia ngomong apa sama kamu?" Tanyanya.

"Ta-tadi pas aku baru nyampe di taman, kak Jihan tiba tiba dorong aku. Terus kak Jihan bilang kalau aku yang ngerusak persahabatan kalian." Jelas Bila dengan kepala tertunduk. Berusaha menahan air matanya agar tak berhasil lolos. Ia benar benar merasa takut.

"Jihan ngelakuin itu?" Tanya Kia sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa Jihan melukai orang lain?

"Maaf kak." Namun bukannya menjawab, Bila malah mengucap maaf pada Kia. "Maaf karna udah ngerusak persahabatan kakak sama kak Jihan. Nggak seharusnya kak Kia berteman sama aku."

"Jihan ngomong apa lagi sama kamu?" Tanya Kia membuat Bila seketika mengangkat kepalanya. Raut wajah kakak kelasnya itu kini berubah datar. Seperti seseorang yang sedang  menahan amarahnya.

"K-kak Jihan juga bilang kalau aku emang lebih pantas nggak punya teman." Jawab Bila dengan  kedua tangan menggenggam. Pertanyaan Kia entah kenapa membuatnya gugup sendiri.

"Tapi nggakpapa. Aku udah lupain kok. Aku harap kak Kia nggak marah sama kak Jihan setelah dengar ini. Aku nggak mau buat persahabatan kalian hancur. Bagaimanapun kak Jihan itu sahabatnya kak Kia."

Kia menggeleng seolah tak setuju dengan ucapan Bila. "Dia bukan teman aku." Katanya tegas.

"Hari ini UH ekonomi. Kita nggak masuk kelas nih?" Tanya Ai pada Azam yang sedang rebahan dibangku sambil menghisap rokok. Bel masuk sudah berbunyi semenit yang lalu namun ketiganya masih berada di roooftop. Ai dan El yang sebelumnya mabar kini melihat Azam yang masih pada posisinya.

AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang