20. Status Baru

9.2K 404 2
                                    

Sudah sepuluh menit berlalu tapi gadis cantik di depan kaca itu masih belum bisa menurunkan resleting dress nya. Helaan napas kasar terdengar. Ia mulai terlihat pasrah dan mungkin sedikit emosi.

Dia pun berbalik dan melangkah keluar dari dalam kamar mandi. Masih mengenakan dress putih karena tangannya tak bisa menurunkan resleting dress tersebut.

"Ck lama lo!"

Jihan terkejut mendapati Azam duduk di meja belajar nya. Dan kini pemuda itu memandangi dirinya yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Nggak sopan banget sih lo." Cibir Jihan membuat si empunya nama langsung berdiri. Azam melangkah santai mendekati gadis itu.

"Lo mau ngapain?" Tanya Jihan pada Azam yang kini berjarak selangkah di depannya.

"Masuk."

Jihan langsung memanjangkan kedua tangan nya. "Gw dulu." Katanya membuat Azam berdecak kesal.

"Lo daritadi ngapain anjir? Ngitung volume air?"

"Eum anu____ boleh minta tolong nggak?" Tanya Jihan berbisik. Dia sebenarnya malu meminta bantuan Azam. Tapi saat ini hanya cowok itu yang bisa membantunya.

Alis Azam terangkat sebelah. Ingin sekali Jihan menampol wajah songong pemuda itu.

"Gw nggak bisa nurunin resleting dress ini."

"Terus?"

"Bantuin." Cicit Jihan. Dia melihat Azam yang nampak terkejut mendengar ucapannya. "Gw udah coba nurunin tapi nggak bisa." Tambahnya.

"Yaudah balik."

"Kayak gini aja bisa kan?" Jihan menatap Azam yang malah terdiam. Hingga lima detik berikutnya Azam tiba tiba maju menghilang kan jarak.

Jantung Jihan langsung berdetak cepat. Ia bahkan dapat mencium parfum yang dikenakan pemuda itu.

"Nggak boleh lihat."

"Iya bawel."

tangan Azam terangkat menyentuh resleting. Jihan yang ingin memastikan pun mendongak. Senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat Azam menutup mata nya.

"Makasih." Ucap Jihan setelah Azam berhasil menurunkan resleting dress nya. Jihan berbalik lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi.

"Jangan lama woy! Gw mau ke masjid."

Beberapa menit menunggu akhirnya Jihan keluar juga. Gadis itu memakai abaya turki berwarna coklat dan ciput ninja yang menutupi rambutnya.

Di tangannya ada dress putih yang telah ia pakai. Jihan melangkah mendekati tempat tidur lalu menyimpan dress tersebut di atas kasur.

Kini tatapannya jatuh pada Azam.

"Kok malah tidur sih."

"Azam bangun." Jihan menggoyang goyangkan lengan cowok itu. Tak lama kemudian si empunya nama terbangun.

Azam langsung duduk. Mengucek matanya lalu menatap gadis di depannya yang telah berganti pakaian.

"Udah azan tuh di masjid."

"Njir gw malah ketiduran."

Jihan mengambil paper bag di atas bantal lalu memberikan isinya pada Azam yang telah berdiri. Setelah menerimanya, Azam pun melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Jihan mulai sibuk memilih jilbab yang akan ia kenakan.

"Pashmina hitam aja deh." Putusnya.

Jihan tersenyum menatap dirinya di cermin. Gadis itu nampak sangat cantik dengan balutan abaya turki dan jilbab pashmina yang menutupi kepalanya. Walau polesan make up di wajahnya telah hilang namun tak melunturkan kecantikan gadis sma itu.

Ceklek

Jihan terdiam memandangi Azam yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Cowok itu berjalan sambil menyugar rambutnya yang masih basah.

"Kok dia MasyaAllah banget sih." Gumam Jihan, menunduk. Tak munafik, Jihan mengakui badboy SMA Angkasa itu sungguh sangat tampan dengan baju koko dan sarung hitam.

"Sajadah lo mana?" Tanya Azam.

Jihan segera mengambil sajadah di dalam lemari kemudian memberikan nya pada Azam. Tanpa Jihan sadari cowok itu terus memperhatikan dirinya semenjak keluar dari kamar mandi.

Setelah menerima sajadah, Azam berjalan meninggalkan kamar diikuti Jihan di belakang nya. Di anak tangga dua remaja itu melangkah beriringan. Jihan berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Azam. Bukan apa apa, di bawah ada orang tua mereka memperhatikan.

"Ada pasangan baru nih." Goda Endi lalu tertawa dengan Usman.

"Warna baju kak Azam sama kak Jihan sama." Celetuk Aya yang baru saja muncul. "Lucu banget ish."

Dua remaja itu sontak melihat baju masing masing. Azam dan Jihan baru menyadari kalau pakaian yang mereka kenakan ternyata sepasang. Baju koko yang dipakai Azam memiliki warna yang sama dengan abaya yang dipakai Jihan. Warna sarung Azam dan pashmina Jihan pun sama.

Sekarang keduanya persis pasangan romantis.

"Yasudah kita pergi sekarang." Ujar Usman diangguki Azam dan papahnya.

Tanpa disuruh Jihan meraih begitu saja tangan kanan Azam. Gadis itu mencium punggung tangan suaminya dengan sopan membuat si empu tertegun sesaat.

"Nih cewek kenapa dah." Batinnya.

Usman tersenyum bahagia melihat apa yang dilakukan putrinya barusan. Sepertinya Jihan telah menerima pernikahan nya. Terlihat jelas dari caranya menghormati Azam, suaminya.

Setelah salim, Jihan melempar tatapan sengit pada Azam tanpa dilihat Usman, Endi dan Aya.

"Yuk kak. Ditungguin mamah sama tante Eva di dapur."

Jihan menoleh pada Aya lalu mengangguk.

Saat akan melangkah, Azam langsung menahan tangan gadis itu. Sekilas tersenyum miring dan tiba tiba saja dia mendaratkan bibirnya di kening Jihan membuat si empu refleks melotot.

"Lo gila?" Tanya Jihan, berbisik. Sungguh, jantung nya kini berdetak sangat cepat setelah dicium Azam. Rasanya Jihan ingin menendang cowok itu dari muka bumi.

"Nggak liat, Aya nggak liat." Celetuk Aya membuat Jihan malu setengah mati. Usman dan Endi malah tertawa melihat pipi gadis itu memerah.

"Tidak apa apa kan sudah halal." Ujar Usman.

"Iya om."

Sadar akan ucapannya yang salah, Azam langsung menggaruk kepalanya. "eh maksudnya abi." Katanya sambil nyengir.

"Ayo kita pergi sekarang." Ajak Endi pasalnya azan di masjid telah selesai berkumandang.

Setelah ketiganya pergi, Aya memegang tangan Jihan lalu mengajaknya ke dapur. Disana sudah ada Eva dan Feni yang sedang sibuk menyiapkan makanan untuk mereka semua.






AZAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang