[10]

1.8K 221 34
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










































"Hei, William. Kamu tidak berbohong, bukan?"

William tersedak karena pertanyaan [Name] yang kini berada di ruangannya. Pasalnya, dia belum pernah melihat raut wajah [Name] yang datar dan tanpa ekspresi dilayangkan padanya.

Ini semua mungkin karena William mengirimkan surat soal pengkhianatannya pada kerajaan saat reinkarnasi elf.

William mengaku di surat tersebut kalau dirinya memiliki jiwa lain, yakni elf yang sebenarnya dikendalikan seperti boneka oleh iblis sehingga terjadi kekacauan di kerajaan Clover.

Tentu saja [Name] tidak bisa menerimanya dan marah karena William tidak menjelaskannya selama ini. Hatinya teriris oleh kelakuan William.

William menghela nafas gusar. "Aku tidak berbohong, [Name]. Ini semua salahku... A-aku juga minta maaf karena menyembunyikan ini darimu. Aku hanya takut kamu terluka..." ucap William getir.

[Name] mengerutkan keningnya, tak suka. "Terluka? Kenapa kamu berpikir seperti itu? Hatiku lebih terluka dibanding kamu memberitahuku sebelum ini terjadi," tanggap [Name] datar. "Ini pertama kalinya aku merasa gusar dan marah begini."

William tersenyum getir. Tangannya mengepal, dia menundukkan kepalanya. "Maaf.. [Name]... Ini salahku... Tolong jangan melakukan sesuatu yang membuatku takut. Jangan tinggalkan aku. Ini salahku, sungguh. Aku tidak punya keberanian dan kepercayaan, ini semua salahku..." ucap William tergesa-gesa. "Tolong... tetaplah bersamaku..."

[Name] terpaku. William tampak ketakutan dengan dirinya. Sedalam itukah cinta William pada dirinya? Pada gadis biasa sepertinya? Yang bermula hanya karena William berpatroli, lalu saling bertukar cerita? William benar-benar mencintai [Name].

[Name] menatap iba William yang mengeluarkan aura suram seperti itu. William benar-benar takut kehilangannya. Tapi, kenapa William tidak takut kehilangan nyawanya sendiri?

Padahal, jika nyawa William sudah tiada, [Name] lah yang akan paling takut dan sedih.

[Name] menggembungkan pipinya. 'Baiklah.. aku tidak bisa marah padanya. Beban William terlalu banyak..' batinnya. [Name] berjalan mendekati meja William.

Puk...

Sebuah tangan yang lembut menyapa rambut putih milik William. [Name] mengelusnya lembut dan penuh kasih sayang.

"Baiklah.. aku tidak bisa marah kepadamu. Jangan mengeluarkan aura suram begitu dong. Itu bukan Willi yang aku kenal," ucap [Name] sembari tersenyum.

William mengangkat wajahnya. Nyaris saja dia menangis didepan [Name]. Tapi saat mendengar suara lembut bidadari miliknya, dia tidak bisa menangis lagi.

'dia kekasihku yang sebenarnya... Aku paling takut kalau dia marah begini...'

William meraih pergelangan tangan [Name]. Digerakkannya tangan [Name] ke pipinya. William menggenggam tangannya lembut dengan wajah terharu.

[✓] I Love You | William V.Where stories live. Discover now