Chapter 15 : Matar o proteger

29.9K 3.5K 796
                                    

Dalam posisi telungkup, matahari pagi menjilat kulitnya yang terpapar. Di bawah selimut velvet berwarna putih yang berantakan, akhirnya Sierra membuka mata.

Seolah kehangatan dari keintiman yang terjadi semalam masih bermain-main di permukaan kulitnya, ia enggan beranjak dari tempat tidur. Terkadang ia bertanya-tanya bagaimana caranya hanya dengan satu kegiatan panas di atas ranjang, kebencian, amarah, dan segala kecamuk lainnya sirna bagai asap yang tertiup angin. Semua gundah gulana seakan-akan tak pernah ada.

Walau tak semuanya, beberapa masalah pasangan memang sering kali terselesaikan oleh hubungan seksual.

Setelah selama beberapa detik mengumpulkan nyawanya, ia pun bangkit dari kasur kemudian menyambar kimono yang tergeletak di lantai dan berjalan ke arah pintu kaca yang terbuka separuh. Sesuai dugaannya, ia menemukan Juan disana. Dia tengah berdiri di balkoni dengan handuk putih melingkar di pinggangnya. Rambutnya yang setengah basah jatuh beberapa helai ke dahinya. Dia baru selesai mandi dan sedang berbicara di telepon.

"Si." kata Juan lalu menghirup rokoknya.

Sierra merapatkan kimono tipisnya. Kini ia berdiri di sisi Juan lalu menoleh ke samping. Saat itu pandangan mereka bertemu.

"Jangan khawatirkan soal itu. Apa yang perlu kusampaikan kepadamu sudah kusampaikan melalui Sebastian."

Juan mengulurkan tangannya ke wajah Sierra lalu menyingkirkan helai rambut ke belakang telinganya. Matanya bergerak memeriksa luka yang mulai kering, bengkaknya sudah tak ada, dan warna yang kemarin merah kini sudah berubah menjadi ungu.

"Dalam bisnis kita tak perlu saling percaya, terlebih pada rumor," ujar Juan lalu ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan. "Siapa saja bisa tertangkap kalau tidak hati-hati."

Sama seperti Juan, Sierra pun kini mengganti fokusnya ke depan, pada pemandangan indah dari atas. Ia bisa menerka bahwa rumah ini terletak di atas undakan bukit yang lebih tinggi dari dataran. Di halaman belakang ada kolam besar dan satu meter dari tepian ada jacuzzi. Akan sangat menyenangkan berenang atau sekedar berendam sambil minum anggur dan menyaksikan hamparan laut di seberangnya. Rumah ini— walau Sierra belum melihat secara keseluruhannya— pastilah jenis rumah yang diidam-idamkan siapa saja yang menyukai ketenangan.

"Si, Sebastian akan segera menghubungimu lagi kapan kita bisa bertemu." Detik berikutnya, Juan pun mengakhiri percakapan di telepon. Lalu bicara pada Sierra. "Apakah kau menyukai rumah ini?"

Sierra mengangguk. "Omong-omong dimana Kiev dan Kenya?"

"Mereka di rumah orang tuaku."

Sierra kembali menoleh pada Juan, senyumnya mengembang. "Rumah ini sempurna."

Tersenyum tipis, Juan menunjuk ke arah laut. "Aku tak sabar bercinta denganmu di sehelai selimut tipis di atas pasir."

Membayangkan percintaan itu, membuat pipi Sierra memanas. Gambaran Juan menghujamnya bermain-main di dalam kepalanya. Ia menyukai gagasan itu tapi ada satu hal yang tengah mengganggunya.

"Siapa yang baru saja bicara denganmu?"

"Don Gerardo."

"Apa kau menjalin kerjasama dengan Don Gerardo?" tanya Sierra.

Juan tidak menjawab.

"Setelah apa yang kualami, apa aku masih saja tidak boleh tahu apa-apa?" tanya Sierra lagi. "Bagaimana bisa aku bercinta dengan orang yang suka sekali menyembunyikan apa saja dari istrinya?"

LUSTWhere stories live. Discover now