Setelah Juan membantu Sierra berpakaian, wanita itu mulai sibuk merapikan rambutnya yang berantakan.
"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Sierra begitu menyadari bahwa sedari tadi Juan hanya diam memandanginya.
"Apakah ada objek yang lebih indah dari dirimu di dalam mobil ini, Mi Amor?"
Pipi Sierra seketika bersemu merah, sudut bibirnya serta merta membentuk sebuah senyuman malu-malu yang selalu terbit setiap kali mendengarkan ucapan-ucapan manis dari suara serak nan seksi milik Juan itu. Namun yang membuatnya lebih senang adalah kenyataan bahwa Juan telah kembali menjadi Juan-nya.
Walau begitu ia tetap ingin memastikannya. "Itu artinya kau sudah tak marah lagi padaku?"
Dengan jemarinya, Juan memainkan helai rambut Sierra. "Aku tak senang berbagi milikku dengan orang lain. Apapun itu, bahkan benda mati sekali pun. Haruskah setiap saat kuingatkan bahwa kau adalah milikku dan hanya aku seorang yang boleh menyentuhmu? Jika kau bertanya apakah aku masih marah, tentu aku masih marah jika mengingatnya."
Pandangan Sierra menunduk.
"Sekarang aku ingin tahu andai posisinya dibalik. Jika aku yang bercumbu dengan wanita lain, apa yang akan kau lakukan?"
Sierra kembali menatap wajah Juan. Pria itu menunggunya menyahut tapi kerongkongannya belum juga mengeluarkan sepatah kata. Bahkan hanya dengan membayangkan Juan bercumbu dengan wanita lain saja hatinya terasa berdenyut nyeri.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Juan lagi.
"Mungkin aku akan membunuhmu dan wanita itu."
"Apakah kau sanggup membunuhku?"
"Bisakah kita berhenti membicarakan ini?"
"Tidak," tegas Juan. "Aku ingin tahu jawabannya. Apakah kau sanggup dan bisa membunuhku, Mi Amor?"
Bola mata Sierra beradu tatap dengan bola mata Juan yang mengkilap di bawah remang-remang cahaya lampu parkiran yang menerobos masuk ke lewat kaca mobil selama beberapa saat lamanya. Sierra tak dapat mendeskripsikan arti dari ekspresi Juan yang lebih terlihat seperti sebuah intimidasi ketimbang rasa ingin tahu tentang jawaban dari pertanyaannya. Seolah ia tahu bahwa Sierra tak akan sanggup membunuhnya andai itu terjadi.
"Rupanya kau tak sanggup membunuhku." Juan mencubit gemas pipi Sierra. "Sama sepertiku yang tak sanggup membunuhmu walaupun sangat ingin."
"Kupikir kau memang akan membunuhku saat itu." gumam Sierra mengingat kembali betapa marah dan murkanya Juan hari itu. Dan betapa kuatnya cekikan yang pria itu berikan saat mereka bercinta.
"Kau memang penting untukku tapi tak akan menjadi penting lagi jika sudah dua kali melakukan kesalahan yang sama." kata Juan. "Jadi, ingatlah bahwa ini yang pertama dan terakhir kalinya kau membiarkan dirimu disentuh oleh pria lain. Baik dalam keadaan mabuk bahkan dalam keadaan mati sekali pun. Apakah kau mengerti, sayangku?"
Sierra menghembuskan napasnya pelan, tak punya sepatah kata pun untuk menanggapi penuturan Juan.
"Sekarang aku sedang memikirkan satu hal yang menyenangkan."
"Apa itu?" tanya Sierra penasaran.
"Tapi sebaiknya kukatakan setelah urusanku selesai. Sekarang aku harus pergi dan kau akan pulang bersama Diego."
"Kau bisa-bisa membuatku mati penasaran. Katakan saja sekarang." Sierra menggeser posisinya lebih dekat dengan Juan sambil memandangi pria itu dengan senyum bersemangat.
"Dengan wajah seperti itu, kau sama sekali tak terlihat seperti seorang wanita penjual narkoba." desah Juan.
Sierra sontak tertawa kecil mendengarkan perkataan tersebut. "Kau juga tidak." katanya. "Jadi apa hal menyenangkan yang sedang kau pikirkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUST
RomanceLeonelle #2 | 21+ CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL. HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN ------- 📝 2022