Chapter 23 : De otra manera

30.7K 3.1K 810
                                    

Miami, Florida

Keberadaan Blanca Suarez di Miami— tepatnya di ranjang yang sama dengan Sebastian— tak boleh diketahui oleh siapapun, khususnya Juan.

Kematian calon suaminya hari itu membuat Sebastian merasa sedikit iba pada nasibnya. Sebagai gantinya, Blanca meminta Sebastian menemaninya berbulan madu di Miami. Katanya, tiket ke Miami sebagai kado pernikahan yang ia berikan sayang sekali jika disia-siakan.

Sebastian menggerakkan pinggangnya semakin cepat dan semakin cepat, lalu ketika mendapatkan pelepasannya, ia mengerang penuh kepuasan seperti orang yang sudah dahaga cukup lama. Dengan napas yang masih terengah, ia pun berguling ke samping, lalu memungut celana panjang serta kemeja hitamnya di lantai.

"Hanya begini saja, Don Sebastian?" tanya Blanca.

Sebastian meraih sepatu, duduk di tepi ranjang lalu memakainya tanpa menjawab pertanyaan wanita itu.

"Aku juga bagian dari organisasi, aku sudah menjadi mata dan telinga untuk kalian. Aku tak mau dikurung di dalam kamar hotel lagi hari ini. Setidaknya ajak aku menyelesaikan urusanmu."

"Orang berbulan madu akan menghabiskan pagi, siang dan malam mereka di dalam kamar hotel."

"Apa kau tak paham makna bulan madu?"

Sebastian menoleh pada Blanca dengan tatapan dinginnya yang khas. "Aku tak perlu memahami sesuatu yang tak ada artinya untukku."

"Begitu?"

"Tahu dirilah sedikit, Blanca Suarez. Kau memang bekerja untuk kami. Menjadi mata dan telinga di El Rosas. Tapi kami tak butuh tanganmu untuk ikut campur atau mulutmu untuk mengoceh. Apakah masih ada yang ingin kau sampaikan?"

"Setidaknya biarkan aku jalan-jalan di pantai Miami hari ini."

"Kalau kau tidak bisa menurut dan tinggal di hotel, kukirim kau ke Bogota dalam satu jam."

Blanca mengangkat tangannya diudara sembari memutar bola matanya jengah. Ia tak mau dikirim ke Bogota jadi ia memutuskan untuk menurut. "Apakah Sierra benar-benar orang di balik kartel Cartagena selama ini?"

"Itu hanya dugaan."

"Aku mendapat perintah langsung dari Don Juan untuk mengawasi gerak gerik istrinya." Blanca mengangkat alisnya sebelah. "Dan selama ini aku memang sudah menduga ada yang ganjil dari Sierra. Jadi kupikir ini bukan dugaan. Menurutmu bagaimana reaksi Don Juan setelah tahu tentang ini?"

"Kau sedang melantur."

"Sampai kapan kau menganggapku bodoh, Sebastian? Don Juan tak akan mempercayakanku menjadi mata-mata kalau aku tolol." Sebastian tak lagi menghiraukan ocehannya sehingga Blanca pun bergerak lebih dekat padanya, memberikannya tatapan memohon. "Aku ingin kau melibatkanku, biarkan aku membantumu seperti saat kau membantuku waktu itu, Sebastian. Kalau bukan karena kau, mungkin aku sekarang sudah menjadi gelandangan. Aku ingin membalas jasamu—"

"Aku akan sangat bersyukur kalau kau mau tutup mulutmu. Begitulah cara membalas jasa yang kuinginkan."

"Aku bisa menjadi lebih berguna—"

"Pergilah, beli apapun yang kau mau, kembalilah satu jam kemudian dan pastikan tidak ada orang yang mengenalmu. Paham?" Sebastian melemparkan sebuah kartu kredit ke atas kasur sebelum melanjutkan langkahnya.

Sementara itu, di hotel yang sama, tepatnya di sebuah sasana tinju, Juan melayangkan tinju dengan kekuatan penuh sampai lawannya kewalahan membalas dan menghindar. Keringatnya mengucur dari ujung helai rambut dan sekujur tubuh bagian atasnya yang tak berbalut sehelai kainpun. Ia hanya mengenakan celana panjang hitam, begitu pula lawannya.

LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang