Papanya Gerald

664 130 13
                                    

Menyesal Radit tetap datang ke kantor milik papanya Gerald.

Padahal perasaannya sudah tidak enak dari awal, tapi demi gaji yang menggiurkan Radit nekat datang.

Belum apa-apa kerjaannya sudah menumpuk di meja.

Dari sekedar photocopy berkas sampai membelikan makanan orang satu ruangan semuanya Radit yang handle.

Apa memang pegawai baru begini kerjanya ya?

Radit kan berharap diajari satu dua hal penting oleh senior, bukannya malah jadi babu.

FYI, Radit bahkan belum tahu posisinya di sini.

Tadi begitu datang dia langsung diantar ke lantai 21, lalu diberi meja sendiri dan segunung tugas receh.

"Kak Radit~"

Tiba-tiba ada yang memanggil namanya dengan suara cempreng.

Baru dua kali bertemu tapi Radit sudah langsung hapal suara siapa barusan itu.

Siapa lagi kalau bukan Gerald.

"Kak Radit, gimana kerjanya? Ih, kok meja Kak Radit penuh banget sih? Meja yang lain ngga tuh"

"Tsk. Cil, bisa diem ngga? Pusing gue dengerin lo ngomong"

Gerald cemberut. Diomelin :(

"Kak Radit kok gitu sih, aku kan ke sini capek-capek langsung dari sekolah demi ketemu Kak Radit"

"Ya emang gue nyuruh?"

"Ngga sih"

Radit memutar bola mata.

"Udah sana, gue lagi kerja. Ngga boleh ngobrol sama bocil, nanti dimarahin atasan"

"Kak Radit tenang aja, kalau ada yang marahin Kak Radit nanti aku marahin balik orangnya"

'Ya marahin bokap lo sana kalau bisa' batin Radit.

"Gerald"

Mendengar suara tegas papanya, Gerald otomatis menoleh sementara Radit refleks menunduk--menghindari kontak mata.

"Eh, Papa"

Dari suaranya saja Radit bisa tebak Gerald cengengesan.

"Kok masih pake seragam?"

"Hehe, Gerald buru-buru ke sini mau ketemu Kak Radit"

Tiba-tiba Radit merasa ditembak laser. Waktu matanya melirik ke atas sedikit rupanya itu tatapan mata papanya Gerald.

"Radit kerjaannya kurang ya? Masih bisa ngobrol soalnya"

'Kaaaaan! Kampret nih si Gerald. Gue diincer bapaknya ini sih'

"Gimana kalau kamu buatin kopi untuk saya? Kopi hitam gulanya 1/2 sendok teh"

"Siap, Pak"

Radit mau tak mau beranjak dari meja kerjanya menuju pantri, untungnya di tiap lantai ada pantri--

"Oh iya, gula di pantri sini habis, kamu bikinnya di lantai satu ya"

--lah anjir?

'Mau nangis aja gue bangsaaat. Ya kali jauh-jauh bikin kopi di lantai satu, nyampe sini dingin kali tu kopi'

"Siap, Pak"

Meski di hati merutuk, mulutnya tetap hanya bisa mengiyakan.

Mana mungkin Radit melawan petinggi perusahaan?

Meskipun Radit tahu benar bos besarnya itu berbohong.

Jelas-jelas dia masih bisa bikin teh dengan gula dua sendok tadi. Gulanya masih banyak!

Baby Baby [SeoChan Local AU]Where stories live. Discover now