Ketahuan Papah

508 83 25
                                    

Saat Gerald membuka mata, dia sendirian di kamar Radit. Entah sejak kapan tidur di kasur, padahal Gerald yakin terakhir masih sadar dia sedang belajar di meja belajar Radit setelah menerima parsel buah pesanannya dari mamang ojol.

Omong-omong parselnya masih utuh, belum disentuh sama sekali.

Ditunggu lima menit, Radit tidak kunjung muncul, jadi Gerald memutuskan keluar kamar.

Ternyata koridor masih saja kosong seperti pertama Gerald menginjakkan kaki di sini. Bedanya, sekarang terdengar sayup suara orang mengobrol seru dan sesekali tertawa di ujung koridor sebelah kiri.

Karena penasaran Gerald hampiri asal suaranya, siapa tahu Radit ada di sana.

Setelah diintip sekilas, Gerald lihat empat orang laki-laki tapi Radit tidak ada di antaranya. Jadi niatnya Gerald mau pergi lagi saja, eh ternyata ada yang notice.

"Ssst. Siapa?"

Salah seorang dari mereka menyenggol teman di sebelahnya sambil menunjuk Gerald dengan dagunya.

Daripada dikira pencuri, Gerald akhirnya memperkenalkan diri. "Um...Hai, Kak. Namaku Gerald, aku temennya Kak Radit."

"Tadi katanya pacar," balas mas-mas yang tadi membukakan gerbang untuk Gerald.

"Pacar? Lah Bang Radit diem-diem pecinta dedek gemes? Si Revan ada saingan dong wkwk!"

Gerald bingung, padahal dia belum bilang dia ini anak SMP umur 15 tahun tapi orang-orang sudah tahu kalau dia masih dedek-dedek. Kan Gerald maunya dibilang serasi sama Radit, bukan kaya adeknya Radit.

"Eh, sorry-sorry. Sini duduk." Mas-mas yang tadi tertawa membahana mempersilakan Gerald duduk-sebenarnya Gerald malas, tapi toh dia tidak tahu Radit di mana dan bosan kalau harus menunggu sendirian di kamar kosong jadi Gerald menurut saja.

"Gue Mirza, ini sebelah gue Cio. Terus itu Putra. Kalo sama Bang Kenzie udah kenal kayanya ya?"

Mas-mas itu berurutan menunjuk dirinya sendiri, cowok di sebelah kanannya, cowok di sebelah kirinya, dan terakhir mas-mas yang tadi pagi bukain gerbang untuk Gerald.

Gerald mengangguk. "Hu-um, tadi dianterin ke kamar Kak Radit sama dia."

"Lo dari tadi di kamar Bang Radit? Ngapain hayoo?" tanya Mirza sumringah, tampangnya cengengesan.

PLAK

Tangan Putra dengan enteng memukul belakang kepala Mirza. "Mulut lo! Masih kecil dia!"

Geraldnya sih santai aja, jawab dengan cuek. "Ngga ngapa-ngapain kok, kan Kak Raditnya sakit."

"Bang Radit sakit?" Mirza langsung lupa sakit di kepala-sebenarnya memang tidak terlalu sakit-dan bertanya dengan serius.

Bukan Gerald menjawab, Kenzie lanjut menyambung. "Pantes tadi pas buka pintu kusut banget mukanya," ujar Kenzie mengingat penampakan Radit saat membukakan pintu kamarnya.

"Terus ini ngapain?"

"Tadi aku ketiduran, terus bangun-bangun Kak Raditnya ngga ada di kamar, ya udah aku cari ke sini soalnya aku denger ada rame-rame."

Semua mengangguk paham.

"Gerald mau cokelat ngga? Kak Cio ada cokelat loh di kamar, bentar ya diambilin dulu."

Tanpa menunggu jawaban Gerald, Cio melesat menuju kamarnya. Padahal Gerald tidak terlalu ingin makan cokelat, sebab cokelat dari Thaya pun belum habis dia makan.

Melihat Cio menawarkan makanannya, Mirza jadi ingin ikut-ikutan. Sayangnya dia tidak punya stok jajanan di kamar, jadilah Mirza mengeluarkan apa yang ada di kantungnya saat ini.

Baby Baby [SeoChan Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang