#38 Dirumah Adek Galak

1.1K 188 24
                                    

11 Februari 2022

ONE DAY WITH CINAN AGAIN [PART 1/4]

Notes :
Ini ceritanya lanjutan dari part "Cindy Hapsari S. Cov"
Versi narasi, setelah Jinan sampai di rumah Cindy.
Aku bagi-bagi jadi 4 part, yak. Biar gak kepanjangan.

.
.
.

💜 Happy Reading 💜

.
.
.

Ting nong... Ting nong... Ting nong...

Ting nong... Ting nong... Ting nong...

Ting nong... Ting nong... Ting nong...

"Jangan, Mah" Cindy menahan tangan mamahnya yang hendak keluar membukakan gerbang rumah mereka.

"Kenapa, dek? Kasian loh orang daritadi ngebell terus"

"Itu Jinan doang, Mah... Biarin aja dulu. Batu sih dikasih taunya, aku bilang jangan kesini jangan kesini tapi tetep aja dia kesini" dumel Cindy, sedikit kesal dengan Jinan.

"Yaudah bukain sana, dek. Masa iya, Jinan udah dateng jauh-jauh tapi kita biarin diluar sih. Nggak baiklah, dek"

"Nanti, Mah. Tunggu 10 menit baru adek kasih masuk"

"Kelamaan dong, adek... Mamah aja deh yang bukain"

"Mah... Mamah... Jang---" Cindy terlambat, mamahnya sudah membuka pintu dan menyapa Jinan ramah.

"Ehh, ada Jinan" sambut Mamah, "Digembok ya, Jin?"

"Iya, Mah" angguk Jinan.

"Bentar ya, Mamah ambil kunci dulu"

"Buruan, Mah! Panas banget nih diluar" keluh Jinan.

"Iya. Sabar ya, Nak" Mamah bergegas mengambil kunci gembok tersebut. Setelah terbuka, beliau bersuka cita mempersilahkan Jinan masuk kedalam rumahnya.

Tak lain, karena Jinan berkunjung tidak dengan tangan kosong. Ya, 'sahabat' putri bungsunya itu membawakan banyak sekali kue dan beragam camilan yang memang kesukaan dari Mamah Cindy. Sungguh anak yang royal dan sangat perhatian, begitu pikir beliau tentang Jinan.

"Repot-repot banget sih, Jin" basa-basi ala Mamah.

"Biasa aja kok, Mah" santai Jinan, "Oiya... Ada nastar dari bunda juga tuh, Mah. Bunda bikin kemarin" lanjutnya.

"Hah, nastar?" Mamah mencari bungkusan yang Jinan maksud, "Wah! Alhamdulillah banget nih Mamah dapet nastar. Dek, liat deh dek!" pamernya kepada Cindy.

"Enak banget deh, pasti. Udah lama Mamah kepengen nastar buatan bunda kamu, Jin. Akhirnya, kesampaian"

"Dapat tiga toples kita nih, Dek! Buat Mamah dua, buat adek sama abang satu berdua aja ya. Cukup kan, dek?"

"Hmm" Cindy cuma berdeham, meski sebenarnya ingin protes atas ketidakadilan mamahnya dalam penjatahan nastar tersebut. Namun, tak bisa. Sebab, Cindy sedang dalam misi mengabaikan Jinan. Jadi, ia harus stay cool.

"Mamah cicip boleh ya, Jin" izin Mamah, sembari beliau mencicipi sepotong nastar, "Masya Allah. Enak banget loh! Beda kali sama buatan Mamah. Padahal resepnya persis bunda kamu, Jin. Ahh, apa mungkin gegara adek yang nyetak kali, ya. Makanya, rasanya tuh kadang jadi rada anyep gitu karna pake tangan si adek" celotehnya.

"Pppuft" Jinan menutup mulutnya, takut Cindy ngambek kalo ia tertawa karena omongan mamahnya barusan.

Sedangkan Cindy, ia menyerngitkan dahi mendengar tuduhan asal itu. Dan menahan diri untuk tak memberi sanggahan apa-apa sebab ia masih menjalankan misi.

"Mah?" panggil Jinan.

"Kenapa, Jin?" sahutnya.

"Itu, anaknya yang itu tuh... Abis sembuh kopit sekarang malah kena sariawan, ya? Kok diem aja sih dia?" heran Jinan, sebab sedari tadi ia telah memperhatikan Cindy yang terkesan dingin dan tak peduli akan kehadirannya.

"Adek? Kenapa, dek?" tanya Mamah, "Ini Jinan nya ada disini kenapa didiemin. Tadi, kamu semangat. Semua barang dirapihin, disemprat semprot, sampe merhatiin jam terus kapan Jinan nyampe. Kok pas anaknya dateng kamu cuek? Ambilin minum ajalah sana, dek!" suruhnya.

"Gamau" tolak Cindy.

"A-ha. Bener, Mah. Perjalanan jauh, kan? Haus nih aku, Mah. Haus banget" Jinan sengaja berlagak berlebihan.

"Adek! Ambil minum, dek!" suruh Mamah sekali lagi.

"Ckkk" Cindy berdecak samar, "Mau apa lu?" ketusnya.

"Apa aja, boleh. Yang penting jus buah" request Jinan.

"Gada buah"

"Ada, dek. Dikulkas ada alpukat kok, mangga juga ada"

"Gada blender"

"Adek!" Mamah jadi geregetan, Cindy banyak alasan.

"Iya iya, sebentar"

Sementara Cindy meninggalkan ruang tengah, Mamah menawari Jinan untuk makan siang bersama. Karena perutnya sudah terasa lapar, Jinan tak menolak tawaran tersebut. Lantas, mereka pun makan duluan. Dan lupa kalau Cindy tengah sibuk dengan buah-buahan didapur.

"Jinan?!!" pekik Cindy, dan yang dipanggil cuma melirik  sekilas lalu lanjut menyuapkan lagi nasi kedalam mulut.

"Nerbener ya lu, Ji" Cindy berjalan mendekati Jinan, lalu ia melancarkan sebuah jeweran ditelinganya, "Aaaaaakh ampun, Hap" ringis si empunya kuping, kesakitan.

"Tadi minta jus, gue udah bikinin lu malah makan nasi. Mana gue gak ditungguin lagi. Ngeselin, ihh... Trus, ini jus gimana? Siapa yang minum? Dibuang?" cecar Cindy.

"Mamah tolong, Mah" rengek Jinan, meminta bantuan.

"Adek! Ya Allah, dek! Udah! Itu anak orang sakit, dek!"

Mendengar mamahnya buka suara, Cindy melepaskan jeweran yang telah menghasilkan warna merah disana.

"Sakit, Jin? Maafin adek, ya?" ucap Mamah, mewakili Cindy. "Adek nih tangannya ya" ditepaklah tangan Cindy.

"Mamah" Cindy yang kena tepak, Jinan yang panik.

"Gapapa, Mah. Aku gak sakit kok, gak sakit" kilahnya.

"Tuh, Mamah denger. Gak sakit kan" Cindy membela diri.

"Yah, yaudah lah... Ayo, adek duduk. Kita makan bareng"

Akhirnya, ketiganya pun memulai kembali makan siang mereka yang sempat terjeda sebentar. Dengan posisi CiNan duduk bersebelahan dan Mamah diseberangnya.

"Abis kelar makan aku minum jusnya, ya. Kamu jangan marah" bujuk Jinan, setengah berbisik. Kerena ia sangat menghargai apapun usaha Cindy untuknya dan tak ingin Cindy kecewa gara-gara hal yang sesederhana begini.

"Iya" singkat Cindy.

tbc

.
.
.
.
.

Adek Cindy dan mamahnya 🤗

Adek Cindy dan mamahnya 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyways...
Thanks for your support, see you next update 💨

Sabtu Bersama Keluarga BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang