11. Bloomin' Cafe

81 19 17
                                    

VOTE, yas.

—————

Hanya terdengar suara dentingan pisau, garpu, serta sendok yang saling bertabrakan. Dari keempat insan ini belum ada yang membuka pembicaraan sejak makan bersama dimulai. Jay dan Austin memerhatikan sepasang suami-istri yang sibuk menyendokkan sesuap bubur ke mulut Eric.

Saling bertatapan, Jay dan Austin menggeleng pelan. Pasalnya dua manusia ini hendak membuka portal, namun ia tak tega menghentikan aktivitas Eugene. Apalagi Eugene terlihat sangat menikmati waktunya bersama keluarga kecil ini.

Jay menyenggol lengan Austin. "Ada apa, Tuan?" Bisiknya, pelan sekali.

Jay balas berbisik sama pelannya, "Ajak mereka bicara, saya akan membuka portalnya segera."

Austin yang hendak menyuap sesendok nasi itu menundanya lalu laki-laki memandang Eugene dan Jake secara bergilir. Dan menatap Jay kembali.

Pemuda jangkung itu mendekat ke arah telinga Jay seraya menutup sebelah mulutnya, berbisik. "Saya tidak ingin mengganggu mereka."

Senyumnya melekat namun pandangannya seperti akan membunuh Austin saat ini juga. Tiit! Tiit! Pengingat waktunya berbunyi. Pria itu—Jay—berdeham.

"Maaf mengganggu aktivitas Anda berdua. Saya dan rekan saya akan pamit lebih awal. Terima kasih atas makanannya," ucapnya seraya membungkuk.

Entahlah, ini republik Australia dan seorang Jay Constantine membungkuk? Terlebih lagi bukan dengan Tuannya—Jake? Oh, ayolah. Meski mereka sama-sama Jake tapi mereka not the same person.

Austin tidak ikut membungkuk meski Jay sudah menyenggolnya berkali-kali. Ia hanya menampakkan sepasang netra berbentuk sabit saja dan mengucapkan, "Terima kasih. Kami pamit dahulu. See, ya!" Setelahnya, Austin menjabat tangan Jake ala pria. Ya, begitulah.

Sudah sedikit jauh jaraknya dengan meja Eugene dan Jake. Jay dapat merasakan aura kekeluargaan pada diri Jake yang membuat gadis siapa saja akan terpanah. Jujur saja, ia tak mengerti untuk apa Tuannya itu membuat Multica bila dunia ini saja sudah berjalan layaknya dunia paralel siap huni.

Namun, siapa sangka bahwa dunia ini berawal dari ayah Jake—Eric Abelano? Siapa yang tahu apa tujuan sang ayah menciptakan dunia tersebut?

Austin menatap Jay bingung, lelaki itu—Jay—membisu setelah melihat Eugene dan Jake. Austin menepuk bahu Jay pelan. "Tuan, apa waktu kita hampir habis?"

"Ya, ayo berangkat. Kita—Jangan memberitahu Tuan Jake jika bertemu dengan Nona Eugene."

"Kenapa begitu?"

"Entah, hanya saja. Aku tak ingin mengganggu momen kedamaian Nona Eugene."

"Anda tahu bukan? Jika kita tidak melaporkan sedikit saja yang kita ketahui pada Tuan Jake, pria itu akan—"

Jay memotong cepat, "Aku tahu. Bukankah Multica lebih baik daripada Reuv?"

"Saya tidak mengerti ke mana arah pemikiran Anda ini."

Austin menyentuh jam tangannya—touchscreen—menghubungi seseorang di EN-SC. Nampak Jerome yang sedang memejamkan mata pada hologram kecil di atas jam tangan itu.

"Ya, ya. Kenapa menghubungiku? Kenapa tidak yang lain saja?" Mendadak nada laki-laki itu mengomel namun dapat dipastikan jika Jerome sangat kelelahan.

Austin menggeleng lalu tersenyum jahil, "Ya, entahlah. Mungkin kau sudah ditakdirkan Tuhan untuk selalu sibuk," jawabnya sembarang.

Jerome merotasikan bola matanya, malas. "Kau ingin aku membuka portal, bukan? Belikan aku sup dari sana."

"Ya! Jangan mengada-ngada. Waktu kami hampir habis!"

JAKE : Blessed Cursed ✔️Where stories live. Discover now