ENAM

302 19 0
                                    

Makan malam telah tiba. Saat ini keluarga William makan dengan keadaan yang cukup ramai tidak seperti biasanya yang hanya ada sepatah dua kata. Karena apa?ya jelas semenjak ada Cinde. Cinde terlalu banyak mengoceh hingga menimbulkan tawa kedua orang tuanya.

Berbeda dengan kedua abangnya yang hanya menatap adiknya dingin. Merasa heran pula, sejak kapan adiknya berubah seperti ini?sejak kapan adik yang ia kenal tidak lagi mengusik mereka berdua?apakah ini efek kecelakaan tempo hari?memang mereka hanya mendengar sekilas namun tidak ada raut kaget, syok, khawatir, panik. Mereka santai saja. Bahkan mereka sempat berdoa agar adiknya tidak selamat. Sangat jahat bukan? Namun mereka tidak bisa berbohong. Kalau sebenarnya mereka pun saling menyayangi. Mereka hanya gengsi saja. Padahal sebenarnya hatinya pun rapuh jika mengingat masa lalu.

Cinde melirik ke arah kedua abangnya. Tersenyum tipis melihat kebingungan kedua nya. Apakah ia juga akan memohon perhatian dari kedua abangnya?memohon untuk kembali hangat?oh tentu tidak. Cinde saja masih belum mengetahui kenapa keluarga Wiliiam begitu dingin kepada cindi. Ingatan yang ia paksa untuk mengingat dari cindi tidak ada sama sekali. Seolah olah ia sendiri yang harus memecahkan. Namun, tidak semua seperti itu. Ia masih mendapatkan ingatan-ingatan ringan.

"Sini, mom, suapin."pinta Fara. Sudah lama sekali dirinya tidak menyuapi putrinya. Entah kali ini ia ingin sekali. Ia mengingat ke masa lalu yang penuh canda tawa.

Cinde menganggguk lalu menerima suapan dari mommynya. "Gimana enak gak masakan mommy?"tanya Fara. Makan malam kali ini ia yang memasaknya. Biasanya ada para maid bagian dapur yang akan masak namun kali ini tidak.

"Enak banget, mom. Tiap hari mommy aja yang masak ya?" Pinta Cinde. Masakan mommynya hampir mirip dengan masakan bundanya.

"Boleh, mommy dengan senang hati menuruti permintaan nona Cinde." Tutur Fara. Seperti nya mulai hari ini ia akan sering memasakn untuk putri kesayangannya. Kesayangannya? Tentu.

"Kamu bisa masak, sayang?"tanya Arta. Lagi lagi, Arion dan Gastan kebingungan. Kenapa daddynya menanyakan hal tersebut?

"Bisa dong, dad. Kapan kapan Cinde yang akan masak untuk kalian berdua."Cinde sengaja menyindir kedua abangnya. Bisa terlihat jelas kebingungan mereka. Apalagi mengenai nama yang suda berubah.

"Kenapa namanya jadi Cinde?"batin Arion

Cinde yang mendengar batin Abang pertamanya tersenyum tipis kembali. "Jelaslah. Orang gue bukan adik Lo yang asli."batin Cinde menjawab

"Kamu mulai sekolah masih lusa ya?"ujar Arta

"Kenapa enggak besok, dad?"

"Tanggung, sayang. Besok kan hari Jumat, jadi hari Senin aja."Cinde mengangguk paham. Mungkin besok ia akan bertemu dengan seseorang

"----jadi gitu ceritanya."ucap Cinde. Setelah berbicara panjang lebar kepada sahabat nya, Amara. Saat ini mereka berada disebuah kafe.

"What?!jadi beneran Lo ngalamin yang namanya transmigrasi?ini beneran?sahabat gue sendiri yang ngalamin?padahal yang gue tahu hanya dinovel njirrr,"heboh Amara

"Iya. Gue aja juga kek ngerasa gak nyangka kalau takdir membawa gue kemari."

"Jadi sekarang nama Lo jadi Cindi gitu?"tanya serius Amara. Kembali ke topik awal yang Cinde ceritakan tentang kecelakaan lalu perpindahan jiwanya serta keluarga yang sekarang.

Amara sendiri mengetahui hal ini hingga sampai mereka bertemu disebuah kafe atas permintaan Cinde. Cinde meminta tolong kepada Arta untuk mencarikan informasi tentang sahabat nya, Amara. Sampai ke nomor nomor nya.

Cinde menggeleng. "Enggak lah. Ya kali nama gue jadi Cindi. Nama gue tetep Cinde."

"Terus sekolah Lo gimana?"

"Udah Daddy urus. Semua udah selesai tinggal gue masuk aja. Enggak ada yang berbeda. Gue bakalan tetep gue. Nanti gue jelasin sama temen temen kelas."

"Jadi selama ini gue sia sia dong nangisin Lo?ternyata yang gue tangisin jiwanya sedang bertukar,"Amara tak habis pikir. Jadi selama ini ia menangisi jiwa cindi?selama tujuh hari tujuh malam ia menangis yang ahh sudahlah.

"Btw, gue mau tanya sesuatu sama Lo."

"Paan?"Amara menjawab dengan menyeruput minuman dinginnya

"Keadaan keluarga dan raga gue gimana?"

"Setelah mendapat berita tentang Lo yang kecelakaan, nyokap bokap Lo khawatir. Mereka membatalkan urusan urusannya dan bergegas ke rumah sakit sama seperti gue. Terus selesai dokter periksa keadaan Lo ah alias cindi lukanya cukup dalam. Mungkin karena psikis cindi yang kurang baik jadi sampai koma. Mungkin sih, ini kan pikiran gue setelah Lo ceritain gimana saat saat cindi dengan keluarga kandungnya. Ya orang tua Lo ngiranya cindi itu Lo, anak mereka. But, gue gak mikir kalau psikis dia gak kenapa kenapa sebelum gue tahu Lo disini. Pikiran gue luka dalam Lo seperti fisik nya yang mungkin ada yang retak ataupun patah."

"Terus sekarang keadaan nya gimana?"

"Tiga hari kemudian tidak ada perkembangan sama sekali tentang cindi, dengan terpaksa orang tua Lo bawa cindi ke luar negri dan entah berapa lama."

"Lo tau gak si!?pas denger Lo bakalan dibawa ke luar negri, gue nangis. Gue gak rela. Gue ngerasa kehilangan. Lo tau kan?gue hanya punya Lo. Lo sahabat satu satunya gue, ya jelas gue merasa terpukul jika harus berjauhan dengan Lo. Tapi ternyata sia sia ya. Nyatanya Lo disini dengan raga berbeda hehe."

"Jadi gue gak bisa ketemu orang tua kandung gue dong?"tanya pelan Cinde. Ia merindukan mereka. Ia ingin memeluk orang tua kandungnya.

"Sabar, ya. Gue yakin suatu saat bakalan ada kesempatan mereka buat balik ke sini."

"Ekhem sekarang yang gue tanyakan tujuan kalian bertukar jiwa apaan sih?pasti semua ada sebab dan tujuannya seperti yang gue baca versi novel."

"Gue gak tahu sebab nya gimana. Yang jelas gue juga sama hal nya punya tujuan bertukar jiwa. Mungkin salah satunya menyatukan keluarga yang kehilangan kehangatan nya terhadap cindi. Meskipun gue gak tahu juga penyebab mereka seperti benci kepada cindi. Bahkan kedua abangnya saja cuek, gak peduli, bahkan gak pernah bicara kepada cindi ya sama juga sih gue."

"Berarti Lo harus memecahkan misteri ini?"

"Iya. Ini udah jalan gue. Mau gak mau gue harus jalanin."

"Apa Lo dapet ingatan penyebabnya?"

"Enggak. Itu yang gue heranjn kenapa gue gak bisa menangkap ingatan milik cindi tentang penyebab keluarga nya membencinya."

"Seperti nya sulit. Tapi Lo tenang aja. Selagi ada gue, gue bakalan bantu. Kita berusaha sama sama. Supaya next Lo bisa kembali ke raga asli Lo dan berkumpul kembali dengan keluarga Lo."

"Thanks. Lo emang sahabat terbaik gue."mereka saling memeluk satu sama lain.

CINDI OR CINDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang