25. Stasiun dan kenangan

101 24 3
                                    

Aku bakal update Jumat atau Sabtu ya. Karena minggu ini sampai minggu besok PTS, jadi gak bisa nulis setiap hari atau dua hari sekali. Terima kasih pengertiannya.

Terkadang kebahagiaan hanyalah sebatas ilusi, karena kita terlalu mengharapkannya.

-o0o-

Dinginnya angin menusuk kulit. Langit sedang tak memamerkan bintang-bintangnya, membuat para manusia kecewa. Kelabu awan membuat Aksa resah. Sedari tadi dia berdiri di depan kursi tunggu stasiun, menunggu Falee yang diminta kemari.

Dia ingin bertukar secarik kertas seperti permintaannya tadi siang. Memang terdengar kuno, tapi Aksa ingin memiliki bekas kenangan abadi yang berbeda. Diantara canggihnya teknologi, Aksa tidak tahu akankah keadaan menyetujuinya bertukar pesan pada Falee? Atau memaksa melupakan Falee selamanya.

"Dua puluh menit lagi kereta berangkat, Sa," ujar Kevin yang ikut resah karena Aksa tak kunjung masuk kedalam kereta.

"Bentar, Pa," balas Aksa. Wajahnya terpancar kecewa dengan segudang harapan.

Tanpa diminta, gerimis datang mengguyur bumi. Hal itu kembali membuat Aksa mendesah kecewa. Semesta seperti menertawakannya.

"Falee datang jam berapa, Dek?" tanya Ayu yang ikut resah.

"Harusnya dari satu jam tadi, Mbak," jawab Aksa penuh kekecewaan.

"Dia gak bakal datang, Sa. Cewek mana yang mau nerobos hujan demi cowok yang bukan siapa-siapanya, apalagi dia pergi gara-gara kejar pacar aslinya," sahut Danes penuh sindirian. Rajen dan Devan terkejut mendengar lontaran itu, tapi mereka tidak bisa menyangkal karena hal itu benar adanya.

Aksa menunduk sejenak. Waktu hanya menyisakan 15 menit lagi untuk dia berdiri disini. Aksa memeluk Kevin sebelum dia pergi lagi setelah beberapa waktu kembali.

"Sukses terus ya, Nak," ujar Kevin seraya menepuk punggung Aksa. Tak ada respons spesial selain anggukan dari Aksa.

Kemudian dia beralih ke Ayu. Ia memeluk erat kakak perempuan. "Hubungan keluarga kita udah lebih baik dari sebelumnya. Kalo ada apa-apa bilang Mbak ya," ujar Ayu. Respons yang diberi Aksa masih sama, mengangguk setuju.

Setelah memeluk kakaknya, Aksa memeluk ketiga sahabatnya. Rajen, Danes, dan Devan. Tiga nama itu akan selalu dia ingat sampai kapanpun. Ia berjanji tidak akan melupakan semua yang pernah ia lalui di kota metropolitan ini. Termasuk gadis bernama Faleesha. 

"AKSA!" teriak seorang gadis yang berlari menghampirinya dengan memeluk boneka unicorn, serta membawa jaket rajut dominan warna putih. 

Napasnya terasa sesak karena kelelahan berlari. Akhirnya dia sampai di hadapan Aksa, walaupun terasa menyakitkan, tapi bibirnya tak henti menyunggingkan seutas senyum. 

"Gak ada hal yang bisa aku ungkapin selain terima kasih. Aku benar-benar bahagia ketemu kamu," ujar Falee seraya menyodorkan boneka rajut bentuk unicorn bertanduk. 

"Aku yang beruntung karena ketemu kamu Fal," balas Aksa seraya mengusap puncak kepala Falee. 

Perhatian-perhatian kereta api menuju Solo akan segera berangkat. Kepada seluruh penumpang harap segera masuk kedalam gerbong kereta A20 terima kasih. 

"Banyak hal pengen aku sampaiin, tapi bentar lagi kereta berangkat. Tolong baca surat ini sampai habis ya," ujar Aksa menyodorkan paper bag berisi surat dan hadiah lainnya. Falee pun melakukan hal yang sama. Dia menyodorkan surat serta mengalungkan cardigan rajut di leher Aksa. 

Aksa tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Falee. Sialnya mata indah itu tak bisa menutupi luka, Aksa meluruhkan air matanya diikuti Falee yang juga tak bisa menahan air mata. 

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang