🥀-10. Perhatian Zergan

222 34 7
                                    

Hi, Maniez~masih baca cerita ini, 'kan? Puasanya masih lancar, 'kan? Siap ketemu Zergan dan Zira? Cekidot!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hi, Maniez~masih baca cerita ini, 'kan? Puasanya masih lancar, 'kan? Siap ketemu Zergan dan Zira? Cekidot!

Keesokan paginya, Zira memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah meski tubuhnya terasa tidak enak dan agak panas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan paginya, Zira memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah meski tubuhnya terasa tidak enak dan agak panas. Ia tidak ingin ketinggalan pelajaran dan malah membuat nilainya anjlok, ia tidak mau sampai kehilangan beasiswa untuk sekolah.

"Astaga! Zira, muka lo pucet banget. Lo sakit?" tanya Lexa yang berpapasan dengan Zira di gerbang sekolah.

Dengan pelan Zira menggelengkan kepalanya, "Aku nggak kenapa-kenapa, kok, cuma agak pusing dikit."

Lexa menghela nafasnya, "Mending lo istirahat aja di rumah, gue anterin!"

Zira menahan tangan Lexa yang hendak menarik tangannya. "Enggak usah, aku masih kuat buat sekolah."

"Lo batu banget, sih! Percuma lo sekolah kalau keadaan lo kayak gini, mending istirahat aja di rumah biar lo cepet sembuh," ucap Lexa dengan tegas.

Akan tetapi, Zira tetaplah Zira yang keras kepala dan tetap pada pendirian awalnya. "Aku nggak kenapa-napa, nanti juga pusingnya pasti ilang."

"Oke, terserah lo! Tapi, kenapa lo bisa sakit kayak gini? Oh, gue tahu! Ini pasti gara-gara lo kecapean 'kan? Udah gue bilangin, lo jangan terlalu memaksakan diri buat kerja siang malam. Kalau lo emang butuh duit, lo bisa bilang sama gue."

Mendengar perkataan Lexa, Zira hanya bisa tersenyum dengan bibir pucatnya. Ia bersyukur mendapatkan teman seperti Lexa, meski gadis itu sangat cerewet tapi Zira benar-benar sangat bersyukur. Ia beruntung memiliki Lexa yang selalu ada untuknya, selalu mengerti dirinya dan keadaannya.

"Makasih udah khawatir sama aku, tapi aku beneran nggak kenapa-kenapa, aku masih bisa hidupin diri sendiri," balasnya.

Sekali lagi Lexa menghela nafasnya pasrah, "Kalau gitu lo ke kelas sana! Kalau pusing lo makin sakit bilang sama gue, ya?"

Zira menganggukkan kepalanya, kemudian dengan ragu-ragu Lexa meninggalkan Zira. Zira sendiri pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke kelas dengan kepalanya yang terus berdenyut. Sungguh, ia sangat berharap sakit kepalanya reda.

PELAMPIASAN || Love Is Hurt [Vol.2]Where stories live. Discover now