🥀-14. Menemukan Bocah

383 44 15
                                    

Hi, maniez~masih pada lancarkan puasanya? Tetap semangat! Jangan lupa kalian bantu rekomendasikan cerita ini ke sesama pecinta Wattpad, share ke media sosial kalian juga, biar makin rame dan banyak yang baca 💋

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Hi, maniez~masih pada lancarkan puasanya? Tetap semangat! Jangan lupa kalian bantu rekomendasikan cerita ini ke sesama pecinta Wattpad, share ke media sosial kalian juga, biar makin rame dan banyak yang baca 💋

Hi, maniez~masih pada lancarkan puasanya? Tetap semangat! Jangan lupa kalian bantu rekomendasikan cerita ini ke sesama pecinta Wattpad, share ke media sosial kalian juga, biar makin rame dan banyak yang baca 💋

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Kejadian tadi tentu saja membuat Zira merasa canggung sekarang jika bersama dengan Zergan. Karena itu, setelah ciuman yang terbilang tiba-tiba bagi Zira, ia langsung melarikan diri dengan berdalih ingin membeli minuman di toserba yang tak jauh dari pantai.

"Huaa! Gila, gila, bisa-bisanya! Untung aja aku nggak pingsan tadi," monolognya seraya meneguk habis minuman botol miliknya.

Gadis itu membuang bekas minumnya ke tong sampah, kemudian mengatur nafasnya secara perlahan. "Zira, kamu harus terlihat biasa aja. Jangan terlalu dipikirin, nanti yang ada malah malu-maluin."

Setelah keberaniannya terkumpul, Zira membuka pintu toserba. Akan tetapi, ia malah dikejutkan dengan seorang anak kecil laki-laki jongkok di depan toserba dengan pakaian yang kotor.

"Astaga! Adek, kenapa malah duduk di sini? Bentar lagi malam, mending kamu pulang ke rumah," kata Zira sembari menghampiri anak laki-laki itu.

Bocah itu mendongak, menatap Zira dengan mata bulatnya. "El nda mau puyang, nanti malah dipukul lagi sama ibu panti."

"Kamu tinggal di panti asuhan? Orang tua kandung kamu ke mana?" tanya Zira.

Terlihat bocah itu menggelengkan kepalanya dengan lemah. "El nda tahu, kata ibu panti, El nda punya olang tua."

Zira menatap bocah laki-laki itu dengan iba, kasihan sekali. Apa dirinya bawa pulang saja dan rawat? Usia bocah ini mungkin sekitar empat atau lima tahun, kalau dibiarkan hidup seorang diri di jalanan nanti yang ada malah diculik atau dijadikan alat oleh para preman.

"Kakak cantik, El lapel. El mau makan, dali kemalin El belum makan," ucap bocah itu dengan jujur seraya memegangi perutnya yang keroncongan.

"Kamu mau makan? Ayo, ikut sama Kakak. Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?"

"Nama El, Aziel, Kakak!"

Sembari tersenyum, Zira menggandeng tangan Aziel untuk masuk ke dalam toserba. Ia membiarkan bocah itu mengambil makanan sesuka hati, di sakunya masih ada uang 50 ribu.

PELAMPIASAN || Love Is Hurt [Vol.2]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ