1. Siapakah Aku?

286 33 91
                                    

"Salah Gyumin, paku yang ditancabkan di pohon akan tetap berada diketinggian satu meter karena pohon yang sudah dewasa tidak akan bertambah tinggi" koreksi Beomsoo.

Gyumin yang tertangkap salah lagi dalam mengisi jawaban hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Maaf-maaf lagi gak fokus"

"Lo gimana sih, katanya rangking 10 besar, masa ngisi yang kayak gini aja gak bisa!" tukas Beomsoo membuat suasana hening dalam sekejap.

"E-eh.. maaf, bukan gitu maksud gue" Mata Beomsoo bergerak liar, mencoba mencari sangkalan atas ucapan sembrononya tadi.

Gyumin terkekeh, "Gak apa-apa kok, gue cuma kaget denger seorang Beomsoo bisa ngomong kasar kayak gitu" ucap Gyumin membuat hati Beomsoo kian mengeruh karena rasa bersalah.

"Aduh, Gyumin.."

"Bejanda Su"

"Beomsoo! Itu didepan ada yang keliling! Tolong beliin dong kayak biasa!" teriak Bunda dari dapur.

"Iya Bunda!" balas Beomsoo tak kalah kencang. "Tunggu bentar ya Gyu!"

Dengan cepat Beomsoo berlari menuruni tangga di halaman rumah. Namun sialnya Beomsoo harus berdecak kesal saat lagi-lagi dirinya keduluan oleh segerombol ibu-ibu yang sudah lebih dulu sampai di tempat si penjual.

Lagipula dia merasa aneh dengan ibu-ibu itu, perasaan dirinya laki-laki, kakinya jauh lebih panjang dan gerakannya pun pasti jauh lebih cepat, tapi kenapa ibu-ibu itu malah sampai duluan sebelum dirinya? Bagaimana bisa? Konspirasi macam apa ini?

Bosan menunggu ibu-ibu bergosip, Beomsoo mengedarkan pandangannya, mencoba mencari sesuatu yang dapat menarik perhatian. Disaat kayak gini nih, yang buat dia pengen banget main tebak-tebakan Wain walaupun garing.

Siapakah Aku?

Aku tahu,
Benar-benar tahu
Aku tahu jika beberapa orang tak suka padaku
Tapi untungnya jumlah yang mencintaiku lebih banyak
Aku tahu jika lama berendam itu tidak baik
Tapi aku selalu menyukainya
Kau tak perlu berjuang keras untuk mendapatkanku
Dan tak perlu meracik untuk menyenangiku
Rasa dihatiku sudah ada sebelum kau datang kala itu
Karena diriku memang tahu,
Yang selalu kau jumpai di jam tertentu
Yang selalu setia menemanimu kala itu
Hingga dahagamu habis
Dan kemudian aku mati

"Mang beli tahunya sebungkus!"

~PUISI~

"Widih liat kak Beomsoo bikin puisi lagi!" tunjuk Leo pada sebuah puisi yang dipajang di mading.

"Ini puisinya tebak-tebakan, woy!" ucap Sing tak kalah antusias.

"Oh, gue tau. Pasti jawabannya boba" jawab Leo setelah sekian purnama berfikir keras macam punya otak.

Sing mendelik, "Salah goblok! Jawabannya itu tempe"

"Lah, napa tempe?"

"Di lirik puisinya ada banyak kalimat 'tahu'. Nah, kembaran tahu apa?"

"Tempe"

"Nah, kan bener. Jadi jawabannya tempe" pungkas Sing.

Sangat sulit dimengerti, semoga harimu Kamis terus biar setiap hari pas malemnya selalu baca Yasin di Masjid. Takut ketempelan soalnya, bahaya.

Puisi || Beomsoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang