8. Kenapa Harus Aku?

688 96 12
                                    


Boleh minta komentar serta vote nya kak?:)


Sesuai perkataan Xiaojun, Hendery dan Xiaojun datang kerumah besar Wong menggunakan mobil si manis karena mobil Hendery harus di cuci karena ulah Xiaojun tentu saja.

"A-aku tak yakin." Gumam Xiaojun.

Hendery tersenyum, setelah memarkirkan mobilnya dipekarangan pria itu turun dan membuka pintu mobil.

"Ayo!"

Hendery mengulurkan tangannya, awalnya ragu namun pada akhirnya Xiaojun menerima uluran tangan Hendery.

Penjaga membuka pintu utama, sudah lama Xiaojun tak datang kerumah megah ini. Ia menghirup aroma rumah besar Wong, ia rindu dengan kenangan yang ada di tempat ini.

"Selamat malam semuanya."

Hendery menggandeng Xiaojun sampai ke tempat makan, disana ada Kakek Wong serta Ayah Hendery, dan Kak Catherine. Crystal sudah pergi dan Cecilia mengantar nya.

"Selamat malam, lama tidak berjumpa." Xiaojun membungkuk memberi salam.

"Selamat malam kembali nak, mari duduk dan makan lah."

Dengan canggung Xiaojun duduk di tempat biasa ia duduk dulu, disamping Hendery tentu saja. Rasanya ia dilanda gugup yang berlebih, seperti pasangan yang baru saja dikenalkan saja, padahal ia sudah bertahun-tahun menjadi keluarga Wong dulu.



.


.


.



.


.



.



"Kenapa kamu melakukannya?" Wajah kakek Hendery yang tadinya sangat ramah dan bersahabat, kini setelah selesai makan berubah menjadi dingin dan tanpa ekspresi.


"Maksud kakek?" Bukan Xiaojun yang menjawab, tapi Hendery.


"Kenapa Xiaojun menggugurkan kandungan nya? Disana ada cicitku, dia telah membunuh cicitku."



Tubuh Xiaojun panas dingin, sudah Xiaojun duga pasti kakek Hendery akan membahas ini, tidak mungkin si tua itu mengundang nya makan malam tanpa ada alasan.



Ayah Hendery sedari tadi memperhatikan raut wajah panik serta ketakutan Xiaojun, namun ia berusaha diam, lihat saja nanti.


"Saya tidak punya pilihan." Hanya itu yang dapat Xiaojun katakan.


"Saya masih muda, saya butuh berkarir dan tidak mungkin saya bisa hidup dengan normal saat hamil tanpa suami saat itu, apalagi setelah perceraian saya dengan Hendery."



"Pikiran saya hanya di hantui rasa takut, takut jika nanti saya tidak bisa membahagiakan anak saya sendirian, takut jika nanti anak saya akan mendapatkan banyak kalimat kebencian, saya juga terlalu takut untuk meminta pertanggungjawaban Hendery."



"Saya di posisi serba salah waktu itu, tidak berpikir panjang dan akhirnya memilih untuk melenyapkan nyawa tidak berdosa dalam rahim saya."


"Saya—"


"Cukup." Hendery menengahi, ia tak bisa melihat Xiaojun menangis didepannya, apalagi didepan keluarganya.



"Ini bukan kesalahan Xiaojun saja, seandainya malam itu aku memakai pengaman maka tidak terjadi seperti ini, karena dari awal Xiaojun memang belum siap untuk mengandung, jika kakek ingin marah, marah saja pada Hendery."



Sedangkan Cathy sedari tadi diam, suasana nya menyeramkan, tahu seperti ini ia lebih baik tak ikut makan malam tadi.


Melirik ayahnya yang sama sama diam, kemudian Cathy berusaha untuk tenang kembali.




"Tapi kau tak berhak membunuhnya!" Kakek Hendery tetap berusaha memojokkan Xiaojun.


Kepala Xiaojun pusing bukan main, kenapa ia selalu di sudutkan? Banyangkan jika mereka ada di posisi Xiaojun, pasti sulit rasanya.



"Saya berhak! Karena janin itu tumbuh dalam rahim saya, apapun yang merasa itu membebani saya, saya berhak untuk menyingkirkannya."



"Dengan cara membunuh??"


"Ya! Dengan cara membunuh."



Kedua manusia itu saling beradu argumentasi, membuat Ayah Hendery mau tak mau harus turun tangan.


"Sudah cukup, Hendery sebaiknya kau antar Xiaojun pulang, biar Ayah yang urus."


Setelahnya Hendery benar-benar membawa Xiaojun pergi dari sana, sepertinya suasana hati Xiaojun benar-benar sangat buruk. Hendery bahkan hampir tak pernah melihat Xiaojun seperti tadi, walaupun sehebat apapun mereka bertengkar dulu.



"Ingin pergi ke suatu tempat dulu?" Tawar Hendery, namun Xiaojun masih tetap diam. Menunduk sambil menutup wajahnya.



"Kenapa semua orang menyalahkan ku? Apakah aku tak berhak? Aku tahu ini salah, tapi coba pikirkan lagi, hidupku tak tentang mengurus anak saja." Akhirnya emosi Xiaojun pecah juga, isak tangis pilu menjadi saksi kesedihan Xiaojun malam ini.



Hendery bingung, apa yang harus ia lakukan? Ia merasa serba salah sekarang.



Akhirnya insting naluriah yang ada pada dirinya memerintah untuk merengkuh tubuh ringkih Xiaojun dalam dekapan. Ia selalu memberikan pelukan hangat ketika Xiaojun merasa tertekan dulu saat masih menjadi suaminya.


"Kamu tak salah, hanya keadaan yang kurang tepat membuatmu melakukan hal itu, jangan salahkan dirimu." Ujar Hendery sambil mengelus punggung Xiaojun, memberikan kalimat-kalimat penenang hingga pria itu mulai bernapas dengan teratur.



Hendery tanpa sadar tersenyum. "Tidur ya?"













T.b.c

A/N

Hohohohoho, ini cerita bagus gak si?
Gk yakin sama karya sendiri

YANG NANYA BOOK

1. FRIEND WITH BENEFIT

2. TEASE ME!

3. EGOIST

Masih saya un published, saya publikasikan lagi pas lebaran.

Ini takut nambah dosa wkwk soalnya disana banyak adegan dewasa

Mksih atas perhatiannya

After Divorce ; henxiaoWhere stories live. Discover now