5. Scar

936 156 6
                                    








Sekotak susu strawberry berada di genggaman Sakura. Menjadi saksi buta atas pertemuan Sakura dan si bungsu Uchiha. Mereka duduk berdampingan di bangku taman rumah sakit. Jarak lebar terbentang di antara mereka dan hanya kesunyian yang ada.

Sakura--tidak seperti Sasuke yang sedang berusaha menahan murka, nampak tenang dan menikmati susu strawberry yang dibelikan Sai untuknya tadi. Oh, bicara soal Sai, cowok itu mundur teratur saat dia menemukan Sasuke di ujung koridor.

Sungguh teman yang dapat diandalkan.


"Apa yang terjadi padamu?"

Setelah kebungkaman yang terbilang memakan waktu panjang, Sasuke akhirnya menemukan suaranya kembali. Ia menatap Sakura dari sudut matanya dan merasa nyeri luar biasa di dada. Diperhatikan dari sudut mana pun, jelas sekali memar yang berada di wajah dan leher Sakura datang dari pukulan.

Siapa keparat yang sudah berani melabuhkan tangannya kepada Sakura? Dan hal yang paling membuat Sasuke frustasi, bagaimana bisa ia tidak tau sama sekali?

Sasuke bergetar. Emosi yang terkumpul di kepalanya seperti api yang membara. Ia bisa meremukkan tengkorak siapa saja dengan tangannya yang mengepal erat saat itu juga.

"Aku jatuh dari tangga," dusta Sakura. Menabur garam di luka Sasuke yang terbuka.

Suara Sakura tidak menunjukkan emosi yang berarti. Ia tetap melanjutkan dustanya kendati paham, Sasuke bukan orang bodoh yang akan menelan kebohongannya dengan gampang. "Kau tidak perlu mencemaskanku."

"Apa aku terlihat seperti laki-laki bodoh yang bisa kau tipu dengan alasan klise, Sakura?"

"Ah...,"

Itu dia.

Sosok yang berada di samping Sakura saat ini adalah Uchiha Sasuke. Pria yang cerdas dan sangat jeli dalam membaca situasi. Sakura tidak akan bisa menipu Sasuke dengan lelucon semacam jatuh dari tangga.

Tidak. Sejak pertama kali Sasuke menemukannya di lorong tadi, Sakura seharusnya sudah tau ia tidak bisa melakukan apa-apa selain berkata jujur kepada pria itu.

"Apa pun itu, Sasuke-kun, aku rasa ini bukan urusanmu."

Sasuke tidak menanggapi ucapan Sakura yang memintanya untuk tidak ikut campur. Bukannya Sasuke tidak tau diri dan tidak tau batasannya sendiri. Akan tetapi, ada beberapa hal bagi Sasuke yang bahkan bila itu berarti melanggar privasi, akan tetap ia lakukan. Hal-hal itu salah satunya menyangkut keselamatan Sakura. Bahkan bila ia harus mengunci gadis itu di ruang interogasi, Sasuke perlu tau siapa keparat yang sudah melabuhkan tangannya ke tubuh Sakura.

Sasuke tidak akan membiarkan siapa pun itu lepas dari balasannya.

"Apa pacarmu yang melakukan ini?

Mata Sakura melebar terpana.

Pertanyaan Sasuke tepat sasaran dan demi Tuhan, itu menjengkelkan. Seharusnya ada batasan akan kejeniusan seseorang!

Sakura mengembuskan napas panjang. Apa menyangkal akan berhasil membuat Sasuke terpedaya? Sakura tidak percaya diri terhadap kemampuan berbohongnya.

Satu-satunya cara memang hanya berbicara jujur, kan? Jika ia terus menyangkal, tidak ada jaminan Sasuke akan percaya, dan pria itu bisa saja mengonfrontasi Sasori. Menimbulkan masalah baru yang tidak perlu.

"Sakura, jawab aku!" Suara Sasuke naik lebih tinggi.

"Baiklah, baiklah." Sakura mengibaskan tangan. Sudah tidak ada jalan lain selain menunjukkan kebenaran.

YOUR SCENT (SASUSAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang