Hari yang buruk

1K 69 3
                                    

Di kediaman rumah Reyza
Rumah besar dan mewah yang bernuansa warna putih itu adalah tempat Reyza beserta keluarganya tinggal. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk beristirahat namun bagi Reyza tidak sama sekali, menurutnya rumah yang ia tempati bagai neraka dunia. Rumah yang isinya hanya ada keributan dan kekacauan yang di sebabkan oleh orangtuanya.

Seperti pada malam ini, Reyza yang tertidur di kamar terpaksa harus terbangun lantaran suara teriakan juga barang barang yang jatuh saling bersautan. Reyza bangun dari kasurnya dan keluar kamar, ia berlari menghampiri suara ribut-ribut yang terdengar semakin besar.

"Den Reyza!" Sapa bi Inah asisten rumah tangga keluarga Rey, membuat Rey menghentikan langkahnya dan menoleh.
Wanita paruh baya itu berjalan menghampiri anak majikannya yang sudah lama ia rawat.

"Jangan kesana den" cegah bi Inah agar Rey tidak menemui dan melihat orang tuanya yang lagi-lagi bertengkar.

Reyza menghela napasnya, sudah dapat ia pastikan bahwa suara ribut itu berasal dari mama dan papanya.

"Mama papa lagi?" Tanya Rey dengan suara lirihnya. Bi Inah mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Reyza.

Tidak heran lagi bagi Reyza mendengar orangtuanya bertengkar semua itu sudah menjadi makanan sehari-hari nya. Reyza tidak mengerti tentang masalah apa yang terjadi dengan orang tuanya itu sehingga sejak Reyza masih kecil dia sudah sering melihat mama papanya berantem, saling bentak, dan tak jarang juga saling memukul.

"Jangan dipikirkan den, biarin saja" ucap bi Inah sambil mengelus-elus bahu Rey bermaksud memberi ketenangan pada Rey, karena bi Inah tau tuan mudanya ini sedang tertekan hatinya dan jika sudah begini Reyza bisa saja tiba-tiba marah.
Rey tidak pernah mengekspresikan perasaannya dengan menangis tapi ia akan mengekpresikan perasaannya dengan marah marah, berantem, bahkan melukai dirinya sendiri.

"Mereka harus dihentikan bi, kalau tidak rumah ini akan menjadi kapal pecah" ucap Reyza dengan nada dingin lalu pergi begitu saja ke ruang tamu, ruang yang jadi sumber suara keributan itu. Bi Inah hanya diam sambil menatap malang nasib Reyza yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang orangtuanya.

***

Langkah Reyza terhenti tak jauh dari tempat mama papanya yang sedang ribut itu.

"KAMU TAU NGGAK SIH AKU KERJA KAYAK GINI JUGA BUAT KELUARGA KITA! BUAT KAMU DAN REYZA JUGA!" Suara bentakan dari Dinda nama ibu Reyza, sambil menunjuk nunjuk suaminya.

"HEH AKU TIDAK PERNAH MENYURUHMU UNTUK IKUT BEKERJA AKU INI SUAMIMU AKU YANG SEHARUSNYA CARI UANG, CARI KERJA BUKAN KAMU!" bentakan Aryo nama papa Reyza, dengan menepis kasar tangan Dinda yang masih menunjuk dirinya.

"Mana bisa cuma kamu sendiri yang kerja! mas, uang dari hasil kamu sama dari aku aja masih besaran aku. Gimana bisa kamu cukup untuk membiayai kehidupan aku"

"KAMUNYA AJA YANG BOROS! HAL-HAL YANG GAK PENTING KAMU BELI GIMANA BISA CUKUP KALAU GITU!"

"Ya jelas gak cukup lah mas, makanya aku juga kerja!"

"Itu sama aja kamu ngerendahin aku sebagai suami kamu!"

Reyza masih diam dengan tatapan tajam ke arah orangtuanya itu, dia mengambil vas bunga yang ada di sampingnya.

Prang...

Rey melemparkan vas bunga itu ke arah lantai dekat dengan orangtuanya, membuat mereka yang tadinya ribut jadi terdiam dan menoleh ke arah pelaku yang sudah melempar vas itu. Reyza berjalan mendekati mereka.

_OBSESSION BOY_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang