Bersalah

870 60 2
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya, membuat cahaya masuk melalui pantulan jendela. Sandrinna membuka matanya, ia meringis pelan saat merasa tubuhnya sakit semua. Sandrinna menoleh kan kepalanya ke samping dan mendapati Reyza sedang tidur dengan posisi telungkup.

Bayangan bayangan kejadian malam itu berhasil di ingat oleh Sandrinna. Dengan segera ia mengganti posisi nya menjadi duduk. Sandrinna mengambil guling yang ada didekatnya lalu memukulkan guling itu ke kepala Reyza.

"Brengsek lo Rey! Bangun Lo! Lo jahat!" Ucap Sandrinna dengan air mata yang mulai turun, ia masih memukuli tubuh Rey dengan guling.

Reyza terbangun saat Sandrinna mengganggu waktu tidurnya. "Akhh sakit san" ucapnya sambil terduduk.

"Sakit yang Lo rasain gak sebanding sama apa yang Lo lakuin ke gue Rey, kenapa Lo ngelakuin ini sama gue, gue salah apa Rey? Sampai Lo tega ngerusakin hidup gue, Lo hancurin mimpi-mimpi gue" suara Sandrinna terdengar bergetar.

Reyza menatap Sandrinna dengan tatapan bersalah, ia berusaha memegang tangan Sandrinna tapi di tepis oleh Sandrinna. "San maafin aku....aku...aku" ucapan Reyza terhenti dirinya tak tau apa yang harus ia katakan lagi pada Sandrinna. Ia menyesalkan perbuatannya semalam.

"Lo mikir gak sih Rey, setelah ini gue harus gimana...gimana caranya gue ngadepin mama sama, sama Rassya"

"Gue kira Lo cowok yang baik, tapi ternyata gue salah Lo adalah satu satunya cowok paling bejat yang pernah gue temuin"

"GUE BENCI SAMA LO REY" teriak Sandrinna lalu berdiri dari kasur mengambil kunci kamar hotel yang terjatuh dilantai, ia segera membuka pintu dan berlari keluar dari kamar itu sambil menangis.

Reyza hanya bisa diam mendengar semua emosi Sandrinna. Dia memukul mukul kepalanya sendiri merutuki kebodohannya yang tak bisa mengendalikan diri untuk berbuat lebih kepada Sandrinna, dan sekarang Sandrinna telah mengatakan benci kepadanya bagaimana Rey bisa mengembalikan keadaan seperti semula.

"AAAAARRRRGGGGGHHHH!" Teriak Reyza dan menonjok nonjok kasur.

///

Sandrinna berjalan gontai menyusuri jalanan yang sepi, tatapan matanya yang kosong juga matanya yang sembab karena sampai sekarang ia masih menangis dan penampilan yang berantakan membuat gadis ini begitu memprihatinkan.

Ia memberhentikan taksi yang lewat lalu naik dan menyuruh supir itu untuk mengantarnya ke rumah.

"Kenapa jadi gini Tuhan, apa yang harus aku perbuat sekarang?" Monolog Sandrinna dengan suara pelan. Ia mengelus-elus cincin pemberian Rassya, cincin yang baru ia dapat beberapa hari yang lalu saat Rassya datang kerumahnya untuk melamar Sandrinna.

"Maafin aku sya" ucap Sandrinna lalu mencium cincin itu.

***

Taksi yang ditumpangi Sandrinna telah berhenti di depan rumah gadis itu, namun Sandrinna belum juga mau turun ia takut akan pertanyaan apa saja yang akan mamanya tanyakan dan ia bingung untuk mencari jawaban yang tepat.

"Maaf, sudah sampai mbak, mbaknya enggak mau turun?" Tanya sopir taksi kepada sandrinna.

Sandrinna tersadar dari lamunannya, ia mengangguk lalu memberikan uang untuk membayar ongkos dan setelah itu turun dari taksi, tak lama taksi itu pergi meninggalkan Sandrinna yang masih berdiri di depan rumahnya.

Sandrinna menghela nafas memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumahnya, ia mulai melangkahkan kakinya dengan pelan dan masuk ke dalam. Sandrinna dapat melihat mamanya yang tampak gelisah sambil maju mundur.

_OBSESSION BOY_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang