07. TOLONG SELAMATKAN BINTANG

1K 198 22
                                    


"Sholat jangan cuma minta, sesekali kita mengakui dosa-dosa dihadapan Allah. Manusia kadang lucu. Inginnya berjuta-juta, tapi ibadah seadanya." - Galaksi.

***

07 - TOLONG SELAMATKAN BINTANG

Hari ini Bintang ke kampus. Tubuhnya masih pegal karena mereka kembali dari Bandung jam delapan malam. Kalau boleh jujur, banyak pelajaran yang bisa dia ambil dari sana. Terlebih tentang ucapan Galaksi kemarin yang mengakuinya sebagai calon istri. Melihat wajah muram Lusia, ntah mengapa Bintang senang. Katakanlah Bintang jahat sekarang. Bintang tidak peduli.

"Bintang!"

Langkah Bintang berhenti dan tak lama berselang Angkasa sudah berdiri di depannya. Bintang sempat terhenyak seperti ada yang kurang. Begitu ingat, dia menepuk kuat kepalanya. Dari kemarin, Bintang belum mengabari Angkasa. Ponselnya mati saat tiba di Bandung. Dan sekarang pun ponselnya ketinggalan. Angkasa tahu kabar Bintang dari Alandra.

"Maaf aku lupa kabarin kamu."

"Nggak papa. Aku cuma khawatir."

Angkasa menyusap lembut wajah sang kekasih agar gadis itu tidak merasa bersalah. Mereka berdua memutuskan untuk mengobrol di kantin.

Begitu duduk, Bintang baru ingat sesuatu. "Kamu hubungi Papa, ya?"

Angkasa mengangguk. "Aku khawatir banget. Terus aku telfon Papa kamu dan kata beliau kalian ke Bandung."

"Kamu nggak nanya ke Bandungnya ngapain?"

"Ke peternakan temen Papa kamu, 'kan?"

"Cuma itu?"

Angkasa kembali mengangguk dan itu membuat Bintang lega. Setidaknya, Angkasa tidak tahu sama siapa Bintang ke sana.

Bintang mengedarkan pandangan mengamati seluruh kantin. Suara bising hiruk pikuk begitu kentara. Semua bercampur. Suara dari tawa para siswa, suara penggorengan, dan suara-suara yang lain.

"Dalam Islam, pacaran aja dilarang. Apalagi pacaran beda agama? Keep halal bestie."

Suara itu berasal dari siswa di belakang Bintang yang sepertinya sedang curhat dengan temannya. Bintang tebak, mereka punya masalah percintaan yang sama dengan dirinya. Angkasa hanya diam. Dia mungkin tidak mendengar karena sibuk bermain ponsel.

"Sa..."

Angkasa langsung meletak ponselnya begitu Bintang memanggil.

"Iya?"

"Menurut kamu, pacaran beda agama akan berhasil nggak?"

***

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Bintang baru saja diantar Angkasa. Masuk ke kamar, Bintang mencampakkan tasnya ke sembarangan arah, merasa lelah, dia merebahkan dirinya ke bed. Tak peduli dirinya belum mandi.

Tentang pertanyaan Bintang pada Angkasa tadi, cowok itu bungkam tidak bisa menjawab. Padahal selama ini, Angkasa selalu punya sejuta jawaban untuk semua pertanyaan Bintang.

Cintanya untuk Angkasa masih berada di tahta teratas dihatinya. Namun, Bintang juga seseorang yang realistas. Hidup bukan hanya untuk sekarang, tapi juga untuk masa depan.

Namun, Bintang berharap dirinya dan Angkasa menemukan titik terbaik menurut takdir. Dimana keduanya bahagia tanpa ada rasa sakit.

Ide iseng muncul dikepalanya. Bintang mengambil ponsel di tas yang dia campakkan tadi. Mencari nama Galaksi, Bintang menelfon lelaki itu. Bintang memang punya nomor Galaksi. Papanya yang memberi. Tak tahu gunanya untuk apa tapi Bintang menyimpan saja.

Marriage Proposal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang