GOODBYE WINTER - Bagian 2

61.5K 5.2K 195
                                    

Tidak bisa Kayan jelaskan bagaimana marah dan kecewanya Rahmi saat mendapati dirinya memulangkan kembali Kinara dalam kondisi berbadan dua. Ibu mertuanya yang biasa menatapnya teduh dan penuh kasih sayang bak seorang anak kandung, seketika berubah menjadi tajam serta penuh kebencian.

"Pergi dan tinggalkan Kinara disini!" Hanya kata-kata itu yang Rahmi lontarkan padanya, terkesan singkat namun begitu menusuk bahkan paruh baya itu tak sedikitpun meliriknya.

Itu sangat wajar dan Kayan bisa menerima, karena ini semua salahnya. Dia akan menerima jika Rahmi maupun Kinara membenci dirinya, Kayan tidak akan pernah melarang mereka untuk itu. Sampai akhirnya pada hari itu tiba, dimana dia harus meninggalkan Kinara di rumah ibunya.

"Mas Kayan!" Langkah Kayan seketika terhenti saat suara Kinara terdengar memanggil.

Wanita ber-dress putih polkadot itu berdiri dihadapannya,  memegang lengannya erat sedikit gemetar, seraya memandang dengan sorot penuh harap---untuk kesekian kalinya.

"Apa bener-bener gak ada kesempatan buat aku, Mas?" Entah sudah berapa kali Kinara melemparkan pertanyaan itu, seolah tengah merayu dirinya agar pernikahan mereka tetap berdiri kokoh meskipun Kayan tidak memiliki keyakinan sama sekali.

Kayan menghela nafas kasar lalu perlahan melepaskan tangan Kinara, hal tersebut membuat wanita itu nampak begitu terguncang. Lagi, yang bisa Kayan lakukan adalah menggeleng. Kinara tidak bisa terus terjebak dalam lingkaran setan atau dia akan terbakar hingga hangus.

Kinara hanya bisa terdiam dengan kedua mata terpaku pada sandal yang ia kenakan, ketika pria yang ia cintai melontarkan kalimat yang tidak pernah gagal menggores hatinya.

"Maaf, aku gak bisa lagi. Aku akan urus perceraian kita, Kinar. Keputusan aku udah bulat."

Betapa menyedihkannya Kinara sekarang, saat status pernikahannya tengah diambang kehancuran pun dia tidak bisa melakukan apapun untuk berusaha mempertahankan.

Terkadang ia benci dengan dirinya yang tidak mampu melakukan sesuatu, bahkan untuk dirinya sendiri.

Hanya bisa bertanya dalam hati, dosa apa yang telah dirinya perbuat hingga mendapat hukuman semenyakitkan ini?

Suaminya tidak lagi mencintainya--- atau memang tidak pernah mencintainya dan memilih untuk melepaskan rumah tangga yang baru mereka bina selama setahun ini, adalah fakta yang harus Kinara terima. Mau tidak mau. Siap tidak siap.

Bahkan tidak terlihat sedikitpun rasa iba di mata sang suami saat dengan mudahnya melepaskan dirinya, tak peduli meski kini Kinara sedang membawa anak mereka.

Buah hati mereka yang kemarin sangat dia dambakan. Jika memang tidak ada niatan untuk mencintai, mengapa anak ini harus hadir?

Kayan memejamkan kedua matanya seraya menghela nafas berat, rasa sesak di dada membuatnya nyaris ikut menitihkan air mata, melihat begitu pasrahnya Kinara ketika dirinya menginginkan sebuah perpisahan.

Tidak. Ini tentu bukan salah Kinara, tetapi ini salahnya karena memilih egois. Jika saja sejak dulu ia bisa lebih tegas, hal menyakitkan seperti ini tidak akan pernah terjadi. Ia pengecut, ia akui itu.

Kinara menggigit bibir bawahnya pelan lalu mengangguk, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menerima, bukan?

"Maaf kalo selama ini aku banyak kurangnya buat kamu. Aku sadar ... aku gak bisa jadi istri yang kamu inginkan. Aku ikhlas kalau emang kamu mau kembali sama Hala."

Meski Kinara mencoba untuk tersenyum saat mengatakannya, suaranya yang bergetar tak bisa membohongi kondisi perasaannya. Wanita mana yang tidak akan hancur saat suaminya lebih memilih wanita lain dibanding istri dan anaknya sendiri?

Goodbye Winter (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora