84

6 1 0
                                    


Aku sedikit mulai terbiasa dengan kehidupanku disini. Aku juga sudah masuk ke dalam universitas yang sama seperti mereka.

Terkadang, mereka berlima akan datang ke apartemenku dan bermain, serta berbincang-bincang kecil atau sekedar berleha-leha. Kata Ice, berleha-leha itu arti nya bermalas-malasan. Aku baru tau, bahasa nya cukup membuatku pusing juga.

Dan soal ibu... Aku tidak tau harus bagaimana. Ibu sering mengirimi pesan dan menelpon 'ku, namun tidak ada satupun yang 'ku balas maupun angkat.

Aku bukan nya bermaksud berperilaku tidak sopan kepada ibu, hanya saja aku merasa canggung untuk menjawab nya. Jadi nya yang bisa kulakukan hanyalah membaca pesan yang ibu kirim.

Terkadang, ibu juga akan mentransfer sejumlah uang ke rekeningku. Kata ibu, agar aku tetap bisa makan banyak dan hidup dengan layak disini. Tetapi kalau ibu melakukan hal itu... Aku semakin merasa bersalah karena telah kabur.

Jujur saja, aku mulai merindukan ibu disini. Aku ingin menemui nya dan memeluk ibu seharian penuh. Tetapi... Ibu masih sering saja bertanya tentang perjodohan itu. Dan juga, sering kali ibu mengirimkan pesan agar aku pulang dan melaksanakan perjodohan itu.

Padahal aku berharap selama aku kabur ibu akan sadar dan membatalkan perjodohan itu. Tapi, ternyata salah.

Ibu tidak membatalkan nya.

"Hahh..." Yaya menghela nafas panjang, lalu menatap langit yang mulai mendung.

Lagi-lagi seperti ini, mau sudah kucoba berapa kalipun tetap tidak akan bisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lagi-lagi seperti ini, mau sudah kucoba berapa kalipun tetap tidak akan bisa. Bekas luka yang ibu miliki sudah tidak bisa dihilangkan lagi.

Aku pernah mendengar perkataan dari seorang dokter yang memeriksa bekas luka ibu saat itu, dan dokter itupun mengatakan bahwa bekas luka ibu sudah tidak dapat dihilangkan lagi. Dan kali ini aku berharap, mau apapun itu akan kulakukan. Asalkan bekas itu hilang dan tidak membuat ibu bersedih, akan kulakukan apapun. Tetapi... Disini juga sama. Tidak ada obat manapun yang bisa menghilangkan bekas luka tersebut. Bekas luka itu sudah terlalu lama dan mulai susah untuk dihilangkan. Jadi sudah tidak ada harapan lagi untuk menghilangkan bekas luka nya.

Kenapa harus begini? Padahal, ibu mendapatkan luka itu karena melindungi 'ku dari siraman air panas dari ayah. Seharus nya aku yang kena, tapi kenapa ibu?

Ah, ya ampun. Mengingat saat itu aku hampir saja menangis di tengah-tengah koridor kampus.

Sudahlah, lebih baik aku pergi ke perpustakaan. Mungkin masih ada harapan saat aku membaca buku-buku kedokteran dan dapat menghilangkan bekas luka yang dimilik oleh ibu.

Tetapi... Kenapa rasa nya sangat sepi? Apa karena hari ini mendung? Jadi, karena itu tidak banyak yang datang?

Yah, mau ada yang datang atau tidak juga apa peduliku? Mereka semua yang disini rata-rata seorang keluarga ternama, jika tidak keluarga nya pasti lumayan kaya. Mau mereka datang atau tidak, tetap saja tidak ada yang berubah.

Is this...Dejavu? [End]Where stories live. Discover now