89

7 1 0
                                    


"Tentu, Yaya sudah memaafkan ayah."

Manik hitam itu menatap tidak percaya kepada putri nya.

"Be-beneran?"

"Iya, Yaya sudah memaafkan ayah."

"Kalau begitu, apa ayah boleh menjadi ayahmu lagi dan kembali ke rumah?"

"...."

Kali ini, Yaya terbungkam seribu bahasa. Tidak tau ingin menjawab apa kepada ayah nya.

Lama Yaya berpikir, ia pun menggelengkan kepala nya.

"Maaf, tapi untuk yang itu sudah tidak bisa yah."

"Ke-kenapa?"

"Yaya memang sudah memaafkan ayah, tapi tidak dengan menjadi ayah untuk Yaya lagi dan kembali ke rumah. Yaya cukup dengan ibu, Yaya tidak perlu ayah lagi untuk hidup. Cukup ibu."

"...."

'Nice! Itu baru calon nyonya Cyclone! Aku bangga sama kamu yank!'

"Ayah janji, ayah akan berubah dan menjadi ayah yang lebih baik lagi. Ayah juga akan bantu berusaha untuk bisnis ibumu."

"... Ayah hanya ingin uang ibu bukan? Kalau begitu, lebih baik ayah tidak usah kembali lagi. Ibu sudah tidak menginginkan ayah, dan Yaya juga sudah tidak memerlukan sosok ayah di hidup Yaya."

"...."

Plak!

Manik Safir milik Riy terbelalak, tangan nya terulur untuk menarik Yaya dan ia dekap. Tangan nya yang satu lagi ia pakai untuk mengambil pisau makan di atas meja dan ia todong kan.

"Jangan macem-macem, Felix Pruli!"

"Hehh, kau tau nama panjang 'ku? Tidak disangka."

"Jangan bicara! Mulutmu sungguh menjijikkan seperti sampah. Atau bahkan, kau lebih menjijikkan dari sampah!"

"Hah?! Harus nya kau yang menjaga mulutmu!"

"Diam! Dan jangan berbicara!"

Felix terdiam.

'Sial, apa-apaan anak ini? Dia sungguh mengerikan.'

Kini, tangan Riy yang mendekap Yaya ia gunakan untuk mengusap pipi kiri Yaya yang memerah karena tamparan dari Felix.

"Kamu gak apa-apa?"

"...."

"Maaf, aku gak bisa menghentikan nya tadi. Itu terjadi begitu cepat, aku minta maaf. Maaf, maafin aku Yaya..."

"... Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Lagipula, aku sudah terbiasa."

"Yaya..."

Yaya melepaskan dekapan Riy, lalu kembali duduk dengan tegak di kursi nya. Lagi-lagi ia pandang mata sang ayah.

"Apa? Kenapa tatapan ayah seolah-olah mengatakan 'Aku tidak peduli dengan kondisimu, jika saja kau ada di pihak 'ku maka Berta akan rela memberikan seluruh harta nya'? Andai ayah tau saja, aku tidak akan pernah berpihak pada ayah."

"Kau-!"

Riy kembali menodongkan pisau makan ke hadapan Felix.

"Kau menyakiti Yaya lagi, akan kupastikan salah satu matamu akan buta."

"...."

"Ayah, dengar ini. Yaya dan ibu memang sangat terpukul saat ayah pergi dari rumah, tetapi karena ayah pergi dari rumah itulah ibu bisa membuat usaha nya sendiri menjadi sukses. Tanpa bantuan ayah sekalipun, tanpa ayah sekalipun, ibu masih bisa hidup dan terus berjuang sampai saat ini. Itu semua ibu lakukan karena satu hal, karena Yaya.

Is this...Dejavu? [End]Where stories live. Discover now