10 / Es Krim

4.3K 226 1
                                    

Hari sudah mulai gelap, Farzan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Malam ini Farzan pulang lebih cepat, karena dia ingin menjaga istrinya. Dia tidak mau terjadi sesuatu dengan istri kecilnya.

Pak Tino membuka pintu gerbang tersebut saat melihat mobil Farzan. Ya, Farzan mengubah jadwal kerja para pembantunya. Mereka bekerja sampai Farzan pulang.

Farzan tidak mau istrinya sendirian di rumah, apalagi saat dia sudah ada jadwal oprasi dadakan yang mengharuskan dirinya pulang hingga larut malam.

Farzan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Farzan dapat mencium bau masakan yang sangat menggugah selera. Hal itu membuat cacingnya semakin meronta ronta untuk mendapatkan asupan.

Farzan melangkahkan kakinya menuju ke dapur. Dia dapat melihat istrinya yang sedang memasak. Farzan tersenyum manis saat melihat istrinya yang hanya memakai baju tidur kelincinya. Dan itu membuat kesan imut di dalam diri Naira bertambah.

Hekhem.

Deham Farzan menghentikan kegiatan Naira. Naira yang melihat Farzan hanya menatapnya datar, tidak seperti pada umumnya jika suaminya pulang disambut dengan senyuman manis.

Naira melanjutkan acara masaknya yang sempat tertunda. Dia merasa bodo amat dengan keberadaan Farzan. Sebenarnya dia tidak mau melakukan pekerjaan ini. Tapi mau gimana lagi, Mommy-nya selalu mengomeli dia karena tidak melakukan pekerjaannya sebagai istri.

"Faizah, kamu masih marah?" tanya Farzan mencoba mendekati Naira.

Naira menatap Farzan sebentar lalu dia melanjutkan memotong sayurannya. Farzan menghembuskan nafasnya kasar, ternyata istrinya masih marah.

"Ayolah, Zah. Jangan marah, tadi aku ada urusan mendadak makanya telat jemput kamu," mohon Farzan.

"Sana mandi, kalau sudah kita makan malam," putus Naira. Farzan tersenyum senang, tanpa aba-aba dia memberi kecupan singkat di pipi Naira.

Blush.

"Makasih, cantik." Pria tersebut berlari kecil dengan senyuman yang masih belum luntur. Dia harus cepat pergi sebelum istrinya mengamuk.

Naira memegang pipinya yang sudah memerah akibat kecupan singkat dari Farzan. "Ya Allah, jantung gue..."

▪︎▪︎▪︎

Selesai mandi, Farzan turun kebawah. Dia sudah menggunakan baju casualnya. Kakinya melangkah menuruni anak tangga. Farzan dapat melihat makanan yang sudah tersusun rapi di meja makan. Tapi dia tidak melihat keberadaan istrinya.

"Kemana dia?" gumamnya.

"Emm, enak banget."

Farzan mengerutkan keningnya saat mendengar suara yang sangat dia kenal. Dan suara tersebut berasal dari dapur. Pria tersebut mulai menuju ke arah dapur. Dia ingin tahu apa istrinya berada di dapur atau tidak.

Sesampainya di dapur Farzan terkejut saat melihat istrinya yang sedang asik memakan es krim. Dan bahkan sudah terdapat banyak bungkus es krim yang berserakan.

Farzan baru ingat, kalau Mommy-nya bilang bahwa Naira akan sakit setelah makan es krim. Dan hal itu membuat dirinya seketika panik.

Farzan merampas es krim yang berada di tangan Naira, lalu dia membuangnya. Naira melototkan matanya saat melihat es krimnya di buang.

"Ap---"

"Faizah kenapa kamu makan es krim? Sedangkan kamu tau kalau kamu akan sakit jika makan es krim?!" potong Farzan dengan cepat.

Naira memutar bola mata malas, "Ya terserah gue dong. Lo gak berhak ngelarang gue makan es krim," sahut Naira.

Farzan menghela nafas pelan, "Zah, aku berhak atas kamu. Karena sekarang aku ini suami kamu, aku tidak mau kamu sakit," ucap Farzan memberi pengertian kepada Naira.

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang