Selesai makan, Farzan memberikan obat penurun demam kepada Naira. Dan Naira menerimanya dengan bibir yang melengkung ke bawah. Farzan hanya tersenyum geli saat melihat Naira yang sedikit kesusahan meminum obatnya. Sama saat dirinya masih dirumah sakit, harus menghabiskan satu gelas air hanya untuk meminum satu pil obat.
"Sekarang kamu tidur, aku akan tidur di sofa," ucap Farzan lalu mengambil bantal dan selimut.
"Om Dokter," panggil Naira membuat Farzan menghentikan langkahnya.
Farzan menaikkan sebelah alisnya seolah berkata 'ada apa?'.
"Emm... tidur sama Naira, ya?" pintanya dengan menundukkan kepalanya.
Farzan mengerti hal itu, dia tahu jika Naira sedang sakit maka dia tidak mau tidur sendiri.
"Apakah boleh?" tanya Farzan, dia tidak mau Naira akan marah saat dia tidur dengannya.
Naira mengangguk sebagai jawaban. Farzan menang dirinya untuk tidak memeluk Naira, akhirnya do'anya bisa terwujud juga.
Seperti permintaan Naira, Farzan pun naik ke atas ranjang. Lalu dia memposisikan badannya miring menghadap ke Naira.
"Sekarang tidur," ucap Farzan. Lalu tangannya terangkat mengelus surai Naira. Naira menikmati usapan lembut dari Farzan. Hingga dirinya sudah berada di alam mimpi.
Farzan yang mendengar dengkuran halus dari Naira, hanya bisa tersenyum manis. Entah ini sudah senyuman manis yang keberapa, tapi dia bersyukur dengan kehadiran Naira di dalam hidupnya. Karena semenjak kejadian itu dia sangat jarang untuk tersenyum. Tapi sekarang dia selalu tersenyum setiap saat.
"Ana uhibbuki fillah, Zaujati," bisik Farzan lalu mencium lembut kening istrinya. Setelah itu dia memeluk erat istrinya seakan jika dia lepas maka istrinya akan pergi.
▪︎▪︎▪︎
Azan subuh sudah berkumandan, saatnya untuk kaum muslim melaksanakan salat subuh. Naira merasakan sesuatu yang berat di bawah sana. Perlahan mata indah itu terbuka, dan pandangannya tertuju kepada seseorang yang tertidur pulas di sampingnya.
Naira melihat sebuah tangan kekar yang memeluk dirinya dengan sangat erat. Tiba-tiba kejadian tadi malam berputar kembali di otak cantiknya.
"Astaga jadi semalam itu bukan mimpi?" gumamnya.
Naira menatap wajah Farzan dengan sangat lekat, dia akui Farzan mempunyai wajah sangat tampan. "Kenapa dia mempunyai wajah setampan ini sih?! Jadi gak rela gue buat lepasin dia," ucap Naira dengan tangan yang menyentuh rahang tegas Farzan.
Tanpa Naira ketahui ternyata Farzan mendengar semua ucapannya. Sebenarnya dia sudah bangun dari tadi, hanya saja dia masih ingin menikmati tidur ini. Kapan lagi kan, bisa tidur dengan istrinya?
Perlahan mata Farzan terbuka, Naira terkejut saat melihat tatapan lembut milik Farzan. Dengan cepat dia menarik tangannya lalu memalingkan wajahnya. Dia merutuki dirinya sendiri karena telah melakukan hal bodoh ini.
Farzan hanya terkikik geli, tangannya terangkat menyentuh kening istrinya. "Emm, sudah tidak panas lagi," ucap Farzan saat merasakan suhu tubuh istrinya sudah normal, meskipun masih agak hangat dikit.
"Hari ini kamu tidak ke kampus, aku takut demam-mu kambuh lagi," ucap Farzan.
"Gak, gue mau ke kampus," tolak Naira, dia tidak mau hanya berdiam diri dirumah.
"Faizah, sekali aja kamu turutin perintahku. Aku hanya tidak mau kamu sakit lagi," ucap Farzan.
"Gue bilang gak ya gak, kenapa maksa sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...