DUA PULUH TUJUH

48 40 65
                                    

Sebelum membaca harap vote dulu ya!!

Warning!
Typo bertebaran!!

*HAPPY READING*

*
*

Sesampainya di alun-alun kota, mereka bertemu dengan Papa Delando beserta Yori di belakangnya. Mereka sudah janjian bertemu di sebuah cafe dekat alun-alun.

"Wah udah lama bro," sapa Daddy memeluk Papa.

"Ngga, baru sampai lima menit yang lalu lah," balas Papa membalas pelukan Daddy.

Kedua orang tua itu sibuk berbicara hal yang tidak di mengerti para anak gadis mereka.

"Woii Za, kesini juga Lo."

"Iya nih, rugi kalau gue ga ikut," sahut Yori.

Yori menoleh ke arah belakang Vaira dan menyapa dua pemuda disana. "Hai bang," sapa Yori kepada kedua Abang Vaira.

"Hai Yor," balas Ray pula. Sedangkan Zay hanya mengangguk singkat.

"Mm btw bang Al ga ikut?" tanya Vaira kepo.

"Ga. Dia lagi pergi sama kak Aleya." Vaira yang mendengar Aleya hanya melemaskan bahu nya.

"Aleya Mulu dah, gue santet juga lu lama-lama," kesal Vaira dalam hati.

"Dek," panggil Ray.

"Ya?"

"Abang sama Zay, mau kesana dulu ya," kata Ray menunjuk ke arah ujung sana yang terdapat banyak anak-anak muda. Vaira mengangguk dan melanjutkan obrolan nya dengan Yori.

"Za, bantu gue buat dapetin Abang Lo ya," mohon Vaira.

"Bukan apa ya, cuman gue ga enak aja sama bang Al dan kak Aleya." Yori tak enak hati saat mengatakan nya.

"Yah, kan lu udah bilang mau bantu gue."

"Gini aja deh, Lo usaha aja dapetin Abang. Tapi kalau dia ga mau sama Lo, ga usah di paksa, Vai. Perasaan ga bisa dipaksain, semakin Lo paksa semakin sakit Lo nya," nasehat Yori.

"Kan gue duluan yang suka sama Abang Al, Za," sahut Vaira tak mau kalah.

Yori menghela nafas panjang, sepertinya menasehati sahabatnya ini akan sangat susah. Yori memandang Vaira lekat dan berucap sesuatu yang menusuk bagi Vaira. " Dulu gue udah suruh Lo buat ungkapin perasaan Lo ke Abang gue, dan apa jawaban Lo? Lo gamau kan? Nah pas sekarang Abang gue udah punya pacar, Lo berusaha buat ngerebut dia dari kak Ale. Itu apa namanya, Vai?"

"Perebut? Atau ingin menghancurkan kebahagiaan orang hanya untuk diri Lo sendiri?" tudung Yori.

Vaira menunduk saat perkataan yang menusuk keluar dari bibir sahabatnya. Mata yang sudah berkaca-kaca membuat dia tak bisa mengangkat kan kepalanya.

Yori yang melihat Vaira seperti itu merasa bersalah. Dia memegang tangan Vaira erat seolah menguatkan.

"Maaf kalau gue ngomong gitu Vai"

"Gapapa. Emang salah gue kok." Yori sedikit merasa tak enak dengan suasana ini.

"Mm ta-pi boleh ga gue tetap berjuang? Setidaknya untuk 2 Minggu. Kalau memang dia gamau sama gue, gue bakal berhenti. Pliss Za," mohon Vaira dengan mata berkaca-kaca.

"Yaudah, tapi gausah dipaksain ya? Itu bisa bikin Lo sakit." Vaira hanya mengangguk sekilas dan memandang keindahan lampu di alun-alun.

Yori yang merasa suasana yang tidak sebagus tadi, canggung. Mencoba membuat suasana seperti tadi lagi dengan mengajak Vaira jalan-jalan di sekitar sana sambil membeli beberapa jajanan.

 TRUE LOVE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang