51

10.2K 1.2K 14
                                    

1 hari setelah hilangnya Anya.

Anya, gadis yang tengah dikhawatirkan banyak orang itu kini tengah menatap dingin pada dua orang yang terus saja berdebat.

Dua laki-laki, satu berbadan tambul dan satunya kurus tinggi. Mereka tengah ribut pasal siapa yang akan menyuapi Anya makan—

"Woi! Gue udah laper nih, udah napa debatnya."

"Lo aja sono, gue ogah ah. Ngeri~" si tambul bergidik.

"Ck, cemen lo!" Si kurus pasrah dan maju duduk di ranjang lalu mulai menyuapi Anya. "Dari tadi kek, mati kelaparan gue mampus lo pada!" Ujar Anya.

Kepalanya masih terasa sangat sakit di tambah tak ada yang mengobati luka di kepalanya sama sekali, sialan!! Darah kering terlihat jelas di kening sampai leher, Anya pun tak nyaman dengan bau anyir itu namun bagaimana lagi.

Kaki dan tangannya diikat sementara dia di dudukkan di ranjang. Sesaat setelah bangun Anya sudah berada di tempat ini dengan dua orang yang mengawasinya, Anya yang baru sadar merasakan lapar yang luar biasa "heh rus, boss lo mana?" Tanya Anya pada si kurus.

"Nggak usah kepo!" Jawab si kurus.

"Sialan!"

Setelah selesai menyuapi Anya keduanya keluar dari kamar dan kini tinggalah Anya dengan segala kemelut tentang bagaimana kabar keluarganya, dia rindu Snowman nya, kedua temannya, si kembar, dan orang-orang yang dekat dengannya.

Hari mulai gelap dan orang yang menculiknya belum juga menampakkan batang hidungnya sama sekali, Anya menggerutu kepalanya sungguh sakit tak adakah yang mau bersimpati pada korban penculikkan ini?!

Ini kalo infeksi gimana?!

Anya tau kok siapa yang menculiknya memangnya siapa lagi jika bukan Judith? Tokoh antagonis yang benar-benar harus diwaspadai baik sebelum Jihan masuk ke dalam tubuh Anya ataupun setelahnya. Judith tetaplah antagonis utamanya. Ngomong-ngomong soal Judith, bagaimana ya akhir dari tokoh Judith di novel? Uuhh kenapa Anya tidak bisa mengingatnya!!

"Selamat dari gangguan jiwa gue malah di culik! Judith sialan!!"

Kepala Anya mendongkak menatap langit kamarnya "ini di mana lagi, pengen pulang!"

"Woi manusia siapapun lo yang nyulik gue lepasin woi, gue terlalu kurus buat lo jual. Gue nggak bisa jadi babu yang baik dan taat pada majikan, percuma lo mau jual gue bangsat!"

Brak!!

Pintu terbuka kencang Anya terkesiap saat seorang dengan pakaian putih ciri khas seorang dokter datang padanya, "heh apa nih?! Lo mau operasi gue terus ambil organ-organ gue, lo jual terus lo dapet banyak uang sementara gue mati gitu?!"

Dokter itu tampak menghela napasnya, mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah suntikan "heh heh dok, gue nggak mau mati dengan anggota organ gak lengkap. Nanti orang tua gue kasihan jadi banyak pikiran, mereka nggak mungkin— anjir kok malah di suntik sih!!" Menggerutu ketus saat sang dokter malah menyuntikkan sesuatu pada lengannya.

Tak butuh waktu lama Anya mulai kehilangan kesadarannya dan pingsan, ternyata dokter tersebut menyuntikkan obat bius.

"Syukurlah pasien sudah tenang" ucap syukur dokter.

Lalu seseorang masuk ke dalam kamar melihat Anya yang sudah tak sadarkan diri membuatnya cukup lega. "Cepat obati dia!"

Dengan sigap si dokter mulai mengobati Anya, orang itu tak beranjak sedikit pun dari kamar itu. Malah yang ada orang itu kini sedang menggenggam tangan Anya beberapa kali mencium tangan yang mulai terlihat kurus, bahkan mengelus kening Anya penuh sayang.

Stupid Character's [END]Where stories live. Discover now