3

3.1K 485 23
                                    


Usianya boleh saja masih tujuh tahun, orang tuanya boleh saja menyembunyikan permasalahan mereka darinya. Tapi, bukan berarti bocah imut seperti Jisung tidak bisa merasakan apapun. Dia sedih-sedihnya tahu sang ayah tidak ulang berbulan lamanya dan hanya weekend mereka bisa bertemu.

"Itu namanya cerai" Jisung mendengarkan penjelasan sahabat kentalnya.

"Cerai?" tanyanya polos tidak mengerti.

"Iya, seperti daddy dan mama. Mereka juga pisahkan?" 

Jisung menunduk sedih.

"Aku gak mau buna dan ayah pisah, Le"

"Chenle juga gak mau daddy dan Mama Injun pisah." Bocah yang tua tiga bulan dari Jisung itu cemberut.

"Nanti, Icung punya mama baru kayak mami Haechan"

Jisung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Mami Haechan kan baik. Masa kamu gak mau?" Chenle kebingungan.

"Huwaaaaa, Jisungie cuma mau satu buna gak mau dua! Gak mau kayak Lele!"

Air mata Jisung sudah mengalir.

"Ya sudah, kamu bisa gak ngerasain dapat angpau double weeek!" Ejek Chenle.

* * *

 Janji itu...

Sehidup semati dalam suka dan duka...

Terucap dimulut sembari menatap masing-masing penuh rasa cinta yang meluap. Cincin platinum berukiran inisial nama keduanya tersemat manis dijari manis. Perasaan lega, hangat, gembira terlalu jelas menjadi kenangan yang tidak ingin dikenang kembali.

"Jeno masih ngasih uang bulanan Jaem?" Seungmin tidak bermaksud ikut campur tapi dia terkejut mendapati Jaemin bertanya lowongan kerja padanya. Dia tahu, selama lulus dari kuliah bahkan sampai menikah Jeno tidak pernah membiarkan kekasih hatinya bekerja.

Apa karena mereka sudah bercerai? 

Setahunya Jeno adalah lelaki yang sedikit banyaknya bertanggung jawab. Tidak mungkin dia tidak memberi sedikit kekayaannya toh ada Jisung yang tinggal dengan sahabatnya ini.

"Masih, tapi ya masa terus-terusan masih ketergantungan sama mantan? Nanti kalau dia punya keluarga baru. Aku jelas gak enaklah, biarlah dia fokus sama Jisung. Aku masih bisa cari sendiri" Jaemin menjelaskan.

Seungmin terpaksa menarik sudut-sudut bibirnya.

"Kalau gitu bikin CV gih, langsung antar aja ke kantorku besok. Gak jamin langsung lolos loh ya, HRD ku agak ketat" Seungmin mengingatkan. Bukannya tidak berniat membantu Jaemin, bagaimanapun itu perusahaan biar kecil tapi miliknya sendiri. Hanya saja dia harus adil, memasukan orang yang niat kerja dan punya etos kerja yang tinggi. 

"Iya, Terima kasih ya... Kamu sahabat yang baik" Jaemin mengerling.

Seungmin mengeryit jijik, dia benci tingkah genit Jaemin.

"Apaan sih"

Jaemin terkekeh.

"Tapi Jaem. Aku kepo deh, kamu sama Jeno kenapa bisa cerai sih? Soalnya tuh kamu gak terlihat gak baik-baik aja. Aku sampai kaget dihari putusan perceraian kalian" Pertanyaan ini sudah berbulan Seungmin tampung bersama teman-temannya.

Kayak...

Jaemin dan Jeno tidak ada angin, tidak ada hujan langsung cerai kan membuat shock jantung semuanya. Banyak yang ingin tanya, tetapi mereka semua menghormati privacy Jaemin.

Masalahnya Jaemin itu selalu terlihat baik-baik saja. Sama sekali tidak ada perubahan, sedih atau apapun itu. Seolah-olah memang tidak terjadi apa-apa, begitupula Jeno yang masih suka main bersama pasangan teman-teman Jaemin. Itulah mengapa semuanya mati penasaran.

Jaemin tertawa mendengar pertanyaan Seungmin.

"Emang? Aku terlihat baik-baik aja ya?" Tanyanya setelah menghentikan tawanya.

Seungmin mengangguk ragu-ragu.

Tersenyum geli, Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Seungmin, aku kasih tahu kamu ya... Aku punya dua hal yang gak boleh dilanggar dalam pernikahan yaitu kekerasan dan perselingkuhan." Jaemin mengatakan dengan tenang.

Terkejut, Seungmin menatap Jaemin dari atas sampai bawah.

"Jadi maksud kamu? Jeno mukul kamu? Ah tapi gak mungkin, orang setiap ketemu kamu mulus terus gak pernah lecet" Dia bertanya, dia juga yang menjawab.

"Memang tidak memukulku kok"

Bola mata Seungmin melebar.

"DIA SELINGKUH?!" 

Jaemin membuang wajahnya ke ara luar cafe. Sesampainya di cafe ini tadi, hujan turun cukup lebat. Menyisakan rintik-rintik hujan yang turun, mungkin setelahnya akan muncul pelangi. Siapa yang tahu?!.

Seungmin menatap Jaemin, dari samping saja dia sudah bisa melihat. Betapa melankonisnya sang teman.

"Jaem..." Panggilnya takut-takut.

"Jeno gak selingkuh..." Ucapan Jaemin membuat lega perasaan Seungmin.

"Cuman perasaannya saja yang berubah.  Atau sejak pertama aku memang tidak pernah ada dihatinya?" Jaemin tanpa sadar menitikan air matanya.



ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang