13

1.9K 247 17
                                    

Mereka bertemu pertama kali pada saat kegiatan Jambore. Kala itu mereka di usia tiga belas tahun, masih bau kencur. Bertemu lagi di bangku menengah pertama. Satu sekolah dan kelas, bukan chairmate tetapi duduk di kursi yang dipisahkan jalan. Keduanya pernah mengenal sebelumnya jadi sering ngobrol ketika jam istirahat datang.

"Cieee" Eric yang merupakan sepupu Jeno, anak kelas sebelah suka sekali menggoda Jaemin kalau bocah itu lewat didepan kelasnya.

Kemudian terungkap bahwa ada rumor yang mengatakan Jeno menyukai Jaemin. Layaknya anak muda yang baru puber, Jaemin yang awalnya tidak ingin berpikir terlalu banyak. Mau tidak mau mulai menaruh benih-benih rasa suka pada Jeno. 

Apalagi remaja itu memanjakannya, apapun yang Jaemin butuh dan inginkan pasti diusahakan oleh Jeno.

"Bulol amat sih Jen" Celetuk Haechan. Melihat Jeno membelikan Jaemin boneka Ryan. Padahal baru semalam Jaemin memposting bahwa dia iri pada saudaranya punya boneka Ryan sedangkan dia tidak. 

"Makasih Jeno~" Jaemin tersenyum manis sekali, Jeno sampai menyentuh jantungnya yang berdetak jauh lebih kencang.

"Sama-sama. Peluk terus kalau bobo ya... Gantiin aku sampai waktunya tiba" Ucap Jeno.

Jaemin senyum-senyum salah tingkah.

"Hah! Bocah-bocah ini tidak sopan terhadap jomblo sepertiku" Gerutu Haechan.

Mereka pernah berkencan secara resmi? Jawabannya tidak. Jeno tidak pernah mengungkapkan dia menyukai Jaemin terang-terangan. Namun, sikapnya membuat semua orang tidak ada keraguan yakin Jeno cinta mati terhadap Jaemin. Dia bahkan rela tidak ikut kedua orang tuanya pindah kota demi masih bisa duduk dibangku sekolah menengah atas yang sama dengan Jaemin.

Tidak pernah pacaran, jadi kalau ditanya hubungan mereka apa, "Komitmen untuk bersama" jawab Jeno diplomatis.

"Iyain aja" Haechan jengah kepada pasangan yang selalu bersama ini.

Sampai ketika mereka semua mulai kuliah, Jaemin tumbuh bagai seekor ulat dalam kepompong menjadi seekor kupu-kupu yang siap menunjukkan keindahannya pada dunia. Zaman dimana semua mata meliriknya walau sekilas.

Keanggunan dan kecantikannya terkenal, membuat Jeno yang mengambil jurusan berbeda setiap saat uring-uringan. Padahal Jeno juga tak kalah rupawan dan juga populer. Namun, dia sudah sangat mencemaskan Jaemin yang mulai nakal dengan menerima ajakan beberapa orang buat kencan.

"Emangnya kamu siapa aku, main larang-larang?!" Jaemin kesal, acara nonton bioskopnya dibatalkan Jeno yang mengunci pintu apartementnya dari dalam. Kuncinya Jeno taruh disaku celananya.

"Loh, selama ini kamu gak anggap aku serius? Aku calon suami kamu Jaem, kamu tahu itu"

"Jodoh gak ada yang tahu Jen... Makanya bebasin aku sama yang lain" 

"Gak! Dari awal kamu tuh milik aku Jaem!"

Di cintai dan disayangi secara brutal, bagaimana Jaemin tidak menanamkan perasaan penuh pengharapan. Ya... Harapan... yang tumbuh setiap harinya. Hingga tanpa sadar itu menjadi darah dan daging dalam dirinya.

Walaupun dia sangat waspada, Jeno yang tidak pernah mengajaknya berkencan secara resmi akan meninggalkannya. 

Seiring berjalannya waktunya Jaemin yakin, apalagi Jeno yang masih mengenakan toga yang lulus dengan predikat camluade berlutut sembari memegang kotak beludru merah. Terlihat disana ada benda bulat bertahtakan berlian kecil.

"Cincinya aku beli dengan uang tabungan aku dari waktu kita SMP. Karena aku yakin bakal nikahin kamu" 

Jaemin menangis sembari mengangguk mengiyakan. Akhirnya hatinya tenang, harapannya terkabul...

ExWhere stories live. Discover now