6

3K 452 52
                                    

Traaakkk

"Aw!"

Tersentak, Seungmin segera berbalik. Dia menemukan Bangchan, suaminya menabrak kursi. Seungmin menggelengkan kepalanya.

"Hati-hati, babe" Seungmin kembali fokus pada kegiatannya, memasak nasi goreng buat sarapan.

"Terlambat love... peringatannya, hashh" Bangchan meringis kesakitan, dia berjalan perlahan mendekati Seungmin.

Seungmin tersenyum geli, "Lain kali" 

"Hahaha"

Cup

Ciuman di kepala Seungmin.

"Morning love"

"Morning babe"

Bangchan menjauh setelah mencium pasangannya, dia memberi ruang bagi Seungmin yang tampak sibuk.

"Makan malam dengan Hyujin dan Jeongin, jadikan malam ini?" Tanya Bangchan.

"Jadi kok, kamu coba cek persediaan wine kita deh. Yang merek ****, tau sendiri Hyunjin bakal bawel kalau In minum selain itu"

"Ok"

Bangchan bergegas pergi dari dapur. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa dua botol anggur pesanan Seungmin.

"Ada sisa dua botol love" Bangchan mengangkat kedua botol anggur tersebut. Seungmin menoleh sekilas.

"Bagus deh, taruh aja di meja" Suruhnya. 

Menaruh botol-botol anggur diatas meja, Bangchan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Love..."

"Eum?"

"Wine yang ada di rak paling atas kemana ya? Kok gak ada?" Bangchan penasaran, dia tidak melihat Seungmin meminum wine itu. Seingatnya dirinya juga tidak meminumnya.

Tidak segera menjawab pertanyaan Bangchan, Seungmin terlebih dahulu mematikan kompornya. 

"Oh itu? Aku kasih Jaemin kemarin lusa" Seungmin menjawab sembari mengambil piring, dia tidak memperhatikan wajah terkejut suaminya.

"Lah? Jaemin kan gak suka minum?" 

"Ya... Gak suka minum bukan berarti gak bisa minum. Lagian aku yakin dia butuh, perceraian kan gak mudah" Jawab Seungmin.

"Kalau gitu ambil lagi gih anggurnya love, ganti dengan yang lain atau yang lebih mahal lagi juga gak apa-apa. Nanti aku bayarin deh" 

Seungmin berbalik dengan kedua tangan yang sudah memegang piring berisi nasi goreng. Dia berjalan menghampiri Bangchan.

"Gak sopan ih, masa sudah dikasih diambil lagi" Omelnya.

"Masalahnya... Ambil lagi lah love, kasihan Jaemin ntar. Dia udah gak ada partner"

Mengeryitkan keningnya, Seungmin menatap suaminya curiga.

"Maksud kamu?"

Bangchan menghela napas, "Ingat gak waktu kita berantem bulan kemarin? Yang kamu gak mau ngomong sama aku berhari-hari. Nah, aku atas saran Hyunjin. Ingat ya love, atas saran Hyujin masukin beberapa pil obat perangsang kedalam botol wine itu"

"Awalnya mau gunain wine itu kalau kamu masih ngambek tapi sebelum aku sempat gunain kamu keburu udah maafin. Ya udah kupikir kapan-kapan aja makenya. Nunggu kamu ngambek lagi" Tambah pengakuan Bangchan.

"..." Seungmin. 

"Maaf ya love" Bangchan memberikan senyum tanpa dosanya.

"Kamu ya! Ya udah nanti aku ambil di Jaeminnya, kita ganti yang lebih mahalan. Lain kali jangan diulangin. Untung Jaemin gak suka minum"

* * *

Suara kicauan burung nan merdu, sinar mentari pagi pun mencoba menyelinap masuk melalui setiap celah tirai jendela. Membuat seseorang yang sedang tertidur lelap menggeliat beberapa kali, sebelum berbalik membelakangi jendela. Ditariknya selimut, dia merasakan kedinginan karena ac yang menyala. 

Sementara itu,  suara pintu kamar mandi dibuka terdengar. Seorang laki-laki dewasa keluar dengan rambut yang basah. Berkali-kali diusapnya menggunakan handuk yang bergantung di leher. Dia keluar dengan mengenakan celana panjang berwarna hitam dan tanpa baju.

Pria itu mengedarkan pandangannya, tidak berbeda cuman sedikit berantakan saja. Ada beberapa potong baju dan celana serta ehm- pakaian dalam yang berserakan dilantai. Oh, ada gelas wine yang tumpah juga di atas nakas.

Kini pandangan pria itu beralih ke arah ranjang, disana sudah ada seseorang yang masih tertidur lelap. Pandangan pria itu melembut, dia berniat melangkah mendekatinya sampai dia mendengar suara ribut-ribut dari luar kamar.

"Pintunya kebuka gak kekunci mama Injun"

"Iya, mana nih buna kamu. Jaem!"

"Dikamar kali ma"

Samar-samar pria itu itu mendengar percakapan dari orang yang dia kenali. Pria itu berniat sembunyi di kamar mandi, namun...

Brakkkk

Ceklek

"Buna!!!"

"Jaem!!"

Pria itu membeku melihat seorang pria seusianya berserta dua orang bocah muncul tiba-tiba.

"Eh! Jeno..." Keterkejutan jelas mengguncang pria yang baru datang.

"Renjun"

"AYAHHH!!" Beda reaksi terhadap dua orang dewasa itu. Bocah lainnya sangat senang melihat ayahnya ada dirumah.

"Jisungie" Jisung langsung berlari memeluk ayahnya. 

Jeno mengelus kepala Jisung, dia menghindari tatapan mematikan Renjun. 

Mungkin, akibat mendengar keributan disekitarnya. Sosok yang sedari tadi masih bergelung selimut mulai membuka matanya, awalnya dia mengerjabkan mata malas. Sampai dia merasa ada yang aneh, kenapa banyak orang di kamarnya? Sekelebat ingatan datang di kepalanya. Dia melebarkan matanya dan sontak duduk terbangun. Dia tidak memperhatikan selimut yang turun tersingkap, memperlihatkan setengah tubuhnya yang penuh bercak merah keunguan.

"Wah, buna Nana digigit nyamuk banyak banget ma" Bocah lainnya berkomentar sambil menunjuk sosok yang tidak lain adalah Jaemin. Mendengar hal itu buru-buru Jaemin menarik kembali selimutnya.

Renjun berkacak pinggang, dia menatap Jaemin dan Jeno secara bergantian.

"Aku harap kalian punya alasan yang bagus, ayo Chenle dan Jisung ikut mama Injun dulu ke dapur. Kita bikin susu" Renjun ingin marah-marah sekarang tapi takut anak-anak mendengar apa yang seharusnya tidak mereka dengar.

Ketika Renjun membawa keluar bersama anak-anak dan menyisakan dua orang berdua saja dikamar. Keduanya saling diam tidak berkata-kata.

"Maaf bun... Ayah khilaf malam tadi" Jeno memecahkan keheningan.

Jaemin mendongak menatap mantan suaminya. 

"Kita lupain malam tadi, anggap aja gak ada apa-apa. Toh, sebelumnya kita juga pernah tidur bersama selama delapan tahun" Jaemin tidak bisa menyalahkan Jeno sepenuhnya. Dia juga sih mengajak minum Jeno.

Jeno memungut bajunya dilantai.

"Gak bisa bun... Malam tadi, ayah gak akan bisa lupain"


* * *


ExDonde viven las historias. Descúbrelo ahora