9

2.7K 426 37
                                    

Keputusan Jaemin menitipkan Jisung di day care mengejutkan teman-temannya. Terlebih keinginannya untuk bekerja di perusahaan Seungmin. 

"Emang uang bulanan dari Jeno kurang? Sampai kamu harus kerja?" Jeongin bertanya bukan tanpa alasan. Suaminya dan Jeno berteman baik dan berkat itu pulalah dia tahu nominal bulanan yang harus diberikan mantan suami temannya itu. Tidak sedikit, bahkan gajinya dan Hyunjin digabung juga tidak ada setengahnya.

"Innnn" Seungmin mencubit pinggang pemuda itu.

Jaemin menghela napas, "Bulanan Jeno lebih dari cukup. Tapi, itukan untuk Jisung. Untuk masa depan dia, sedangkan aku? Aku bukan tanggungan Jeno lagi, masa aku ikut makan dari uang anakku sendiri?"

Semua orang mengangguk, kecuali Renjun yang menyipitkan matanya.

"Masih tanggungan Jeno kali Jaem, kamu sama dia kan belum nikah lagi" Haechan berkomentar.

"Tapi Jaemin kan yang gugat" Somi menyanggah.

"Mau dia yang gugat atau enggak. Ya namanya tunjangan perceraian tentu ada dari mantan dong" Haechan bersikeras.

"Aku gak ikutan, semua tunjanganku ku tabung buat Chenle" Renjun mengambil gelasnya dan meminum teh kesukaan setiap kali berkunjung ke cafe dipinggiran kota ini.

"Nah, ini buktinya dapat tunjangan" Haechan menunjuk Renjun.

"Emang waktu cerai, kamu yang gugat njun?" Sanha bertanya. Maklum dia tidak update mengenai permasalahan teman-temannya.

"Udah bertahun lalu, kamu baru nanya" Renjun kesal.

"Titipin aja Jisung kerumahku, aku bisa kok jaga" Haechan menawarkan diri. Dia tidak tega pada Chenle kalau sampai Jisung pergi ke day care. Pasti anak tirinya kesepian, sudahlah semenjak perceraian Jaemin dan Jeno kedua bocah itu makin jarang bermain bersama.

Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Jisung sendiri setuju, kalian gak perlu khawatir" Lirihnya.

* * *

Seperti dugaan, Chenle menangis keras saat tahu Jisung pergi ke day care setiap pulang sekolah mulai minggu depan. Dia yang biasanya begitu tsundere terhadap sahabat satu-satunya mendadak menjadi super lengket tidak ingin dipisahkan.

"Kita hanya akan bertemu beberapa jam disekolah" Chenle mengeluarkan keluhannya. 

Dia merasa sedih dan semakin sedih.

"Jangan genit-genit kepada orang-orang nanti ya?! Awas saja! Kupukul mukamu" Chenle mendengar ada banyak anak yang manis di day care.

Jisung tertawa geli mendengar ancaman Chenle. 

"Chenle manis sekali" Puji Jisung.

Sontak bocah yang usianya terpaut beberapa bulan lebih tua dari dirinya itu memerah.

"Chenle..." Panggil Jisung.

Chenle mendongak, matanya berkedip polos.

"Nanti... Kalau sudah besar. Nikahnya sama Ji aja ya..." 

Hanya bisa ternganga Chenle mendengar perkataan Jisung.

Melihat Chenle tidak menjawab, Jisung mengulurkan tangannya. Lebih tepatnya dia menyodorkan kelingkingnya. Matanya tampak sendu...

"Kita gak akan cerai... Seperti orang tua kita, pegang janji Ji..."

Chenle tidak mengerti. Namun dia tetap mengaitkan kelingkingnya juga di jari Jisung.

"Tapi, nanti anak kita gak dapat double angpau!" Protesnya.

* * *


ExWhere stories live. Discover now