1

320 20 0
                                    

"Sial banget hidup gue,"

Dengan penampilan yang terlihat putus asa, Jaemin membuang kertas yang sedari tadi berada di genggamannya, dokter mendiagnosa dirinya terkena gangguan mental karena akhir akhir ini dirinya mengalami stres berat.

Dokter menjelaskan jika Jaemin mengalami gangguan mental dimana ia tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan mana yang termasuk dunia khayalannya.

Jaemin terdiam meratapi keheningan angin malam yang hanya diterangi oleh redupnya lampu jalanan, Jaemin yang berada di jalanan sepi hanya menatap kosong beberapa kendaraan yang berlalu lalang yang tak pernah menyadari keberadaannya.

Semenjak rumor itu, semua projek Jaemin langsung jatuh, hancur, dan berantakan. bahkan agensi pun menunda perilisan album Jaemin dan Renjun.

Jaemin menghela nafas, merasa dirinya terlalu lemah untuk menerima ini, ia terlalu cengeng dan lemah.

Ada banyak orang yang kecewa karena munculnya rumor gaslighting ini. Karenanya juga Renjun juga menjadi ikut terseret dan kecewa.

Orang bilang, hidup adalah anugerah indah dari Tuhan. Namun Jaemin selalu berpikir mengapa jika hidup itu adalah anugerah indah dari Tuhan, mengapa Tuhan memberikan kehidupan sehancur dan sekelam ini padanya?

Bukankah itu sangat tidak adil?

Ia berpikir Mengapa ekspetasinya tak pernah sesuai dengan realita? Dirinya sungguh lelah dengan semua ini. Jika orang orang dirumah sakit sana berusaha untuk sembuh dan berjuang untuk hidup, justru disini Jaemin hanya menunggu kematian menghampirinya.

Sungguh Jaemin benar benar lelah, skenario hidup yang Tuhan berikan sungguh berbelit belit, dan  jujur Jaemin malam ini benar benar ingin mengakhiri semuanya.

Ini bukan masalah pertama yang membuat Jaemin ingin mengakhiri hidupnya, banyak masalah yang selalu menerjang kehidupannya namun bagi Jaemin masalah ini adalah masalah yang terberat.

Semua orang sudah tidak percaya lagi padanya.

Untuk sekarang Jaemin hanya membutuhkan waktu untuk sendiri.

Setelah memilih beberapa saat untuk bergeming, tangan Jaemin perlahan mulai merogoh sakunya dan mengambil sebuah botol kecil berisikan obat.

Kalian tahu itu obat apa?

Iya, itu obat penenang. Hanya obat kecil itu yang setia menemani Jaemin akhir akhir ini.

Jaemin mengeluarkan obat tersebut lebih dari dosisnya, masa bodoh dengan apa yang nanti akan terjadi.

Jika Jaemin nantinya akan mati karena overdosis, mungkin itu memang alasan tepat atas kematian dirinya.

Jaemin meraih botol yang berisi air yang tergeletak disebelahnya, entah itu minum bekas siapa Jaemin tak perduli.

Yang ia butuhkan hanyalah ketenangan, rasanya kepalanya hampir meledak jika harus memikirkan keadaan yang semakin mencekik dirinya.

"Mungkin ini alasan yang tepat buat gue mati, Jaemin dikabarkan meninggal karena overdosis. lucu banget kayaknya," Jaemin tertawa disela sela kerapuhannya.

Jaemin benci jika ia harus menangis, menangis hanyalah akan menambah dirinya semakin terlihat rapuh di hadapan orang orang.

Baru saja Jaemin akan memasukan beberapa butir obat penenang, tangannya tiba tiba dicekal kuat.

"Capek ya Na?"

Suara lembut itu sukses menusuk indera pendengaran Jaemin, yang membuat sang empunya membuka matanya secara perlahan.

"Capek banget ya sampe lo minum obat penenang sebanyak itu? Banyak banget masalahnya ya Na?"

Jaemin hanya diam, sedangkan gadis tersebut hanya tersenyum teduh.

"Jangan takut, gue ga ada niatan jahat kok." Jelasnya pelan,"


"Lo orang baik, makannya Tuhan akan mempertemukan lo dengan orang baik lagi." Jelasnya yang membuat Jaemin menautkan alisnya.

"Terus?" Tanya Jaemin sedikit gelagapan, karena entah mengapa tatapan gadis dihadapannya itu seakan akan menghipnotis dirinya.

"Kenalin gue Alix," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

Jaemin hanya menatap uluran tangan itu dengan tatapan tak bisa dijelaskan. Alix yang melihat reaksi Jaemin hanya seperti itu lagi lagi hanya tersenyum.


"Gue perawat yang bakal jaga Lo sampe keadaan mental Lo bener bener pulih," ucapnya sambil meraih dan menggenggam tangan Jaemin.




Namun Jaemin malah menghempas pelan tangan Alix.


"Buat apa gue sembuh? Meskipun nanti gue sembuh, gue gak akan pernah disayang sama orang orang lagi. Jadi apa gunanya nunda nunda kematian?"


Alix merespon ucapan Jaemin dengan senyuman yang sulit diartikan.





"Lo boleh mati, tapi hari ini bukan tanggal kematian Lo. So, Lo gak bisa dong ngelawan kehendak Tuhan." Tukas Alix.


"Lo mau tau tanggal berapa hari kematian Lo?"



"Kapan?" Tanya Jaemin refleks.






"Maybe sekitar bulan Agustus, sisa hidup Lo cuma tinggal enam bulan lagi. Bentar lagi kan?"












TBC

Btw cerita ini fiksi khayalan aku ya, seketika aku dapet ide aja gitu.

Mohon maaf juga kalo ceritanya nanti rada kurang teratur apa gimana karena aku juga masih belajar nulis pastinya

Initeh kan masalah kasusnya Lucas cuma aku ganti castnya jadi Jaemin soalnya aku lagi pengen tulis buku yang pemeran utama nya itu Nana 😬

Aku nulis ini karena lagi kangen Lucas bestieeee

Eh iya jadi aku disini tuh kayak bakal nyeritain selama Lucas Hiatus gitu bestie (tapi berdasarkan khayalan aku ya)

INI FIKSI YA!!

Jangan lupa baca kelanjutannya ya bunda

Vote komennya bole bun

Vote komennya bole bun

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Grayscale | Na JaeminOnde histórias criam vida. Descubra agora