16

31 5 0
                                    

Jaemin hanya melihat Alix yang mengobati luka di tangannya dengan telaten. Alix benar benar bersyukur karena untuk kali ini Jaemin mudah untuk di peringati, tidak keras kepala seperti biasanya.

Alix berhasil menenangkan Jaemin, dan sekarang mereka berdua berada di sofa ruang tamu dengan posisi Alix yang masih mengobati luka di tangan Jaemin.

"Masa sih Renjun bilang gitu?"

Alix masih tak percaya dengan cerita yang dijelaskan Jaemin tadi.

"Mungkin dia salah ngomong, atau Lo nya aja yang salah denger Na." Jelas Alix sambil melapisi perban di tangan Jaemin.

"Gue gak tuli, Jelas jelas gue denger Renjun bilang kayak gitu ke gue waktu pertama kali liat gue sama Mark yang babak belur di depan pintu."

"Mungkin Renjun kaget liat Mark, terus saking kagetnya dia refleks bilang gitu."

Jaemin menatap Alix dengan tatapan jengkel.

"Kenapa Lo jadi bela Renjun terus sih?" Sahutnya kesal.

Alix mencoba tetap tenang, "Gue gak bela Renjun, gue cuma belajar buat berpikir positif aja. Lo juga harusnya berpikir positif dulu, kalau misalnya Lo gak nyaman sama omongan Renjun Lo kan bisa bicarain baik baik apa maksud dan kenapa Renjun bilang gitu ke elo, kalo Lo nya lebih menghindar duluan kan nantinya malah jadi salah paham kayak gini."

"Kalau misalnya Lo bahas sama Renjun nya baik baik kan Lo jadi tau alesan Renjun bilang kayak gitu itu karena sebab apa, bisa aja kan karena tadi dia kaget atau karena hal lain." Jelas Alix lagi.

"Udahlah, gausah dibahas lagi. Gue males dengernya," Jaemin mencoba memberhentikan topik pembicaraan diantara keduanya.

Jaemin sekarang memilih untuk menonton televisi dibanding terus menerus mendengarkan ucapan Alix. Alix yang menyadari jika Jaemin sedang tidak ada mood untuk berbicara pun lebih memilih membereskan kotak obat bekas mengobati luka Jaemin tadi dan tak lupa Alix juga meletakan kotak obat tersebut ke tempat semula.

"Keluar yu,"

Alix yang baru saja duduk di sebelah Jaemin langsung menoleh cepat.

"Hah?"

"Pergi keluar yu, mau ga?" Ajak Jaemin lagi sambil mematikan televisi nya dan beralih menoleh kearah Alix.

"Keluar pergi kemana?"

"Cari angin kek, cari makan kek, healing kek, healingnya gue kan gak harus denger omongan Lo terus." Jaemin meraih jaketnya dan langsung memakainya.

Sedangkan Alix masih diam.

"Mau ga?" Tanya Jaemin sambil berdiri menatap Alix yang masih duduk di sofa.

"Yaudah ayo, tapi gue mau ke toilet bentar boleh ya?" Sahut Alix.

Jaemin mengangguk.

"Gue tunggu di mobil, jangan lama lama keburu mood gue buat jalan jalan ilang." Alix mengacungkan jempolnya dan langsung berlari ke arah toilet.

Jaemin masuk kedalam mobil dan melamun. Namun baru saja beberapa detik Jaemin melamun, panggilan telepon tiba tiba membuyarkan semua lamunannya.

Renjun yang menghubunginya dan mengajaknya untuk panggilan suara. Jaemin masih diam, dia membiarkan ponselnya terus menyala dan terus menampakan foto kontak Renjun disana.

Disaat yang bersamaan, Alix masuk kedalam mobil. Menatap Jaemin dan ponselnya secara bergantian.

"Tadi siapa yang telfon?" Tanya Alix penasaran, karena saat Alix hendak melihat nama kontaknya, telepon tersebut tiba tiba terputus.

"Bukan siapa siapa dan gak penting juga."

"Masa?" Alix memakai sabuk pengaman mobilnya.

"Iy—"

Ucapan Jaemin terpotong karena ponselnya tiba tiba berbunyi lagi.


"Lo anggap Renjun gak penting?" Alix memberikan tatapan mengintimidasi pada Jaemin.


"Angkat!"

Jaemin dengan malas mengangkat telepon dari Renjun.



"Syukur deh Na, Lo angkat telfon dari gue."

Kalimat tersebut yang pertama kali Renjun ucapkan saat Jaemin mengangkat panggilan suara darinya


"Halo Na?"


Alix dan Jaemin berkontak mata sekilas.


"Jaemin??"


"Jawab, Na." Alix agak berbisik, namun Jaemin tidak memperdulikan perintah Alix.



"Yaudah kalau Lo gak mau nyaut dan masih marah. Gue gak akan paksa Lo buat jawab gue, gue yakin kalau Lo ada disitu dan lo pasti denger semua omongan gue. Kalaupun Lo gak dengerin semua omongan gue juga gak apa apa, bahkan Lo gak mau maafin gue juga gak apa apa kok Na. Gue ga akan maksa,"



"Tapi jujur gue gak ada niatan buat bikin Lo sakit hati tadi. Maaf kalau omongan gue tadi agak bikin Lo sakit hati, tapi sumpah gue gak pernah berprasangka kalau Lo celakain Mark, Na. Gue enggak pernah mikir kayak gitu."


Jaemin diam, menyimak dan mendengarkan dengan baik baik setiap perkataan yang Renjun ucapakan lewat sambungan telepon.


"Pasti Lo mau tanya, kenapa kalau gue gak mikir kayak gitu terus gue malah ngucapin hal itu ke elo kan?"


Jaemin diam.

"Jujur gue refleks bilang gitu karena gue kaget banget liat Mark tadi, sampe gue salah ngomong sama Lo. Maaf karena udah bikin Lo jadi salah paham gini,"


"Gue minta maaf ya, Na. Gue gak bermaksud bilang Lo orang jahat kok, sekali lagi gue minta maaf."

"Maaf juga karena gue gak bisa jadi temen yang baik buat lo, Gue minta ma—"


Jaemin mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, padahal Renjun belum menyelesaikan ucapannya.


"Kok dimatiin? Renjun kan belum selesai ngomong." Sahut Alix.

Jaemin menyandarkan punggungnya di kursi lalu menatap langit malam lewat kaca mobilnya.



"Harusnya gue yang minta maaf sama mereka Lix, karena gue belum bisa jadi temen yang baik buat mereka. Padahal mereka udah sempurna banget jadi temen gue."




Alix tersenyum kecil.
























"Jadi kapan lo siap buat minta maaf sama mereka?"

"Jadi kapan lo siap buat minta maaf sama mereka?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Grayscale | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang