19. Perhatian Lebih

369 80 624
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Dicintai itu rasanya seperti kamu jatuh dan dia satu-satunya orang yang mau menangkapmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dicintai itu rasanya seperti kamu jatuh dan dia satu-satunya orang yang mau menangkapmu.

----------

Sudah hari ketiga sejak Dewa berjanji akan menemaninya pulang dan pergi ke rumah cowok itu, asalkan kehadiran Neera berarti bagi Daine. Dewa menepati janjinya, namun tidak semudah yang Neera duga karena kini kedekatannya dengan Dewa diketahui oleh Chinta. Cewek itu menyadari ada yang berubah dari Dewa ketika sejak kemarin dia mau-mau saja mengantar cewek itu pulang ke rumahnya.

Chinta banyak bertanya saat Dewa meminta maaf karena tidak bisa lagi mengantar pulang cewek itu. Padahal menurut Neera, Dewa tidak perlu meminta maaf karena saat itu Dewa bahkan tidak segan membuat malu Cesy di lapangan yang bahkan ditonton banyak orang. Tapi Dewa sepertinya juga menyadari kalau dia sudah membawa Chinta ke dalam masalahnya.

Tentang keraguannya akan Neera yang hadir di hidup cowok itu.

Ada sedikit rasa senang karena Dewa lebih memilihnya. Walau kenyataannya bukan karena Neera spesial di mata cowok itu. Dia hanya ingin Daine bahagia karena Dewa berharap Neera bisa mengubah apa yang tidak bisa cowok itu lakukan pada adiknya.

Neera kembali turun dari motor Dewa. Ia menatap rumah cowok itu untuk ke sekian kalinya hingga ia sudah hafal jalan untuk datang ke tempat ini. Dewa memarkirkan motornya tepat di halaman rumah, ia mendongak dan melihat Neera yang masih menunggunya di sana.

"Kenapa gak masuk ke dalam duluan?" tanya Dewa ketika ia sampai tepat di hadapan Neera.

Neera menggeleng. "Kata lo, gue itu orang lain di rumah ini, Dewa. Gak sopan dong kalau gue masuk ke dalam duluan sementara lo pemilik rumahnya masih di luar."

Dewa mengangguk mendengar itu. Ia pun berjalan lebih dulu sambil membuka pintu. Sementara Neera masih setia memperhatikan keadaan di dalam rumah cowok itu. Rasanya seperti mimpi untuk sering datang ke rumah ini. Seolah-olah ia selalu membandingkan dirinya sendiri dengan Neera yang duduk di pinggir lapangan sambil memperhatikan cowok itu dari jauh.

"Selama gue di sini, gue gak lihat orang tua lo, mereka di mana?" Neera bertanya saat ia melihat Dewa sedang menaruh tas sekolahnya di sofa. "Gue mau kenalan sama mereka. Orang tua lo pasti orang tua yang sangat hebat."

Seketika Dewa terdiam mendengar itu, ia malah menatap Neera dengan tatapan yang berbeda dan Neera menyadari bahwa pertanyaannya tidak membuat Dewa terlihat bahagia. "Maaf, gue salah tanya ya?"

"Lo gak salah, Neera." Dewa akhirnya membuka suara. "Lo sama sekali gak salah. Gue memang berharap orang tua gue adalah orang tua yang hebat, menerima keadaan keluarga gue yang seperti ini, terutama menerima Daine. Tapi mereka gak sehebat yang lo kira."

Neera berjalan mendekat. Ia bisa melihat Dewa begitu sakit hati dengan yang terjadi dihidupnya. Neera tidak tahu itu, tapi sepertinya ini masalah yang membuat cowok itu tertekan.

"Mereka gak pernah ada untuk Daine, Ra. Mereka pergi gak tau ke mana. Terutama nyokap yang makin menjauh, Ra. Dan bokap tiri gue, dia sama sekali gak punyas rasa cinta ke keluarganya."

Neera tidak melepas pandangannya dari Dewa. Ia tidak tahu kata-kata yang pas untuk menenangkan cowok itu, tapi ketika kita mendengar masalah seseorang setidaknya dia tahu bahwa kita peduli. Neera akan mendengarkan apa yang Dewa ceritakan padanya.

"Hanya gue yang peduli sama Daine. Hanya gue, Neera."

Tanpa Neera duga, jarak antara dirinya dengan Dewa sudah terhapus, dan Dewa kini memeluknya sangat erat. Hingga rasanya Neera tidak bisa membalas pelukannya ketika Dewa memerangkap Neera di dalam pelukan ini. Neera dapat merasakan tubuh Dewa yang gemetar, cowok itu menyimpan masalahnya sendirian.

Bahkan Neera tidak pernah mengetahui ini sebelumnya. Sebagai orang yang selalu mengamati Dewa, tidak pernah terpikirkan bahwa Dewa memiliki Daine di dalam hidupnya beserta masalah yang mengikuti. Neera menjatuhkan air matanya tepat ketika Bi Ina muncul dari kamar Daine sambil menggendong gadis kecil itu.

Bi Ina dapat melihat ekspresi sedih dari dua remaja ini, apalagi tatapan Neera yang mengarah pada Daine. Sampai akhirnya Neera tahu, orang tua Dewa tidak memedulikan anaknya. Baik Dewa maupun Daine.

Dua orang yang seharusnya mereka beri perhatian lebih.

Dua orang yang seharusnya mereka beri perhatian lebih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang