CHAPTER 19

238 44 1
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 19

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

-------

Dewa menatap kosong dinding kamarnya. Hari demi hari berlalu begitu cepat. Cowok itu bahkan lebih banyak diam sekarang. Semenjak ia memutuskan untuk menjauhi Naira, Dewa tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Ia begitu kecewa pada keadaan saat ini. Semuanya membuat Dewa bingung. Ia juga terlalu kecewa karena ternyata wanita yang membuat hubungan kedua orang tuanya hancur adalah ibu dari perempuan yang selama ini dirinya cintai.

Naira ... sialnya nama itu terus terputar dipikiran Dewa.

Berhari-hari Dewa ingin hidup seperti biasa, tanpa kehadiran Naira semestinya ia akan baik-baik saja. Namun ternyata ia tidak bisa mengusir cewek itu dari pikirannya.

Sama seperti kata cinta yang pernah diucapkan Dewa untuk Naira. Ia sangat mencintai cewek itu sampai tidak ada alasan agar Dewa membencinya. Walau ia tidak seharusnya dekat dengan seseorang yang menjadi alasan mamanya menangis.

"MAS!" Teriakan itu terdengar dari luar kamar. Dewa tersadar, lamunannya terhenti ketika mendengar jelas mamanya berkata sangat keras.

Dewa berlari cepat menghampiri mamanya yang tiba-tiba saja berteriak. Ia langsung menemukan keberadaan mamanya. Beliau terlihat panik ketika melihat mantan suaminya itu tiba-tiba saja datang ke rumah dalam keadaan mabuk. Bahkan papanya kini terjatuh tidak berdaya di lantai. Dewa melihat mamanya memeluk papanya begitu erat.

"Kenapa kamu datang ke sini, Mas?" tanya mama Dewa masih panik. "Kenapa kamu datang ke sini dan kenapa kamu bisa kayak gini?!"

Dewa membantu papanya untuk beristirahat di kamar tamu. Dengan sekuat tenaga akhirnya ia berhasil menidurkan papa di atas kasur. Baik Dewa maupun mamanya kini sedang berada di sana sambil memperhatikan papanya yang sedang tidur. Dengan keadaan setengah sadar, beliau masih terdengar menggumamkan sesuatu.

Mamanya sudah menyiapkan air hangat untuk membasuh wajah manta suaminya itu. "Kamu punya rumah yang seharusnya kamu datangi, Mas. Bukan di sini tempatnya untuk kamu pulang."

Dewa terdiam mendengar mamanya mengatakan itu.

"Saya gak tau harus ke mana lagi." Papanya berujar lirih. "Dia tidak mencintai saya, dia meminta saya untuk kembali pada kalian. Tapi saya tidak bisa. Saya sangat mencintainya. Saya juga sudah pergi dari kalian, tapi saya juga gak tau kenapa tempat ini membuat saya kembali lagi?"

Mamanya menyatukan alis mendengar itu, tapi ia menyadari siapa yang sedang dibahas oleh mantan suaminya. Dewa juga paham siapa yang dibicarakan papanya, itu mama Naira. Apa kini wanita itu yang membuat papanya seperti orang gila dengan mabuk-mabukan karena cintanya tidak terbalas?

Papanya menangis di antara kesadarannya yang hampir habis, bau alkohol menguar dari tubuhnya. "Apa yang harus saya lakukan? Dia sama sekali tidak ingin saya dihidupnya. Tapi saya mencintainya. Saya sangat mencintainya."

Mamanya tertegun mendengar itu, termasuk Dewa yang kini juga ada di sana mendengar jelas segalanya. Dewa meraih tubuh papanya agar terbangun dari kasur.

"Bangun!" teriak Dewa memaksa papanya bergerak. "Seharusnya lo pergi dari rumah ini!"

Berat tubuh papanya membuat Dewa harus mengeluarkan seluruh tenaga yang ia punya. "Lo datang ke rumah cuma nyusahin orang lain aja! Bangun!"

Papanya terjatuh di lantai, Dewa sudah sangat emosi sekarang. Ia tetap memaksa papanya agar pergi dari rumah ini dan Dewa sudah sangat muak melihat wajah pria yang telah menyakiti mamanya.

Dewa melihat mamanya menjatuhkan air mata. "Dewa, biarkan papa kamu tidur sampai pulih. Baru dia bisa pulang."

Ucapan yang bergetar menjelaskan kalau hati mamanya kembali tersakiti. Dewa menggeleng, ia berhasil mengangkat tubuh papanya agar pria itu benar-benar berdiri seutuhnya.

"Nggak, Ma! Dia bukan orang yang tepat buat dikasihani. Dia udah sakiti Mama. Dewa harus bawa dia keluar!"

Dewa benar-benar berhasil membawa papanya keluar dan menutup pintu rumah agar tidak ada lagi tempat untuk papanya pulang karena akhirnya tidak ada lagi kebahagiaan yang bisa diciptakan oleh pria itu untuk keluarganya sendiri.

"Dewa!" teriak papanya dari balik pintu. "Dewa, buka pintunya!"

Dewa tidak memedulikan. Ia bersandar pada pintu dengan perasaan kacau.

Detik ini. Baru kali ini. Dewa menatap mamanya dan memberikan perhatian berbeda kepada satu-satunya orang tua yang sekarang dirinya punya.

Dulu, Dewa menganggap mamanya yang egois. Mamanya yang menentang segala hal tentang kebahagiaan putranya sendiri. Tapi Dewa sadar sekarang, mamanya hanya tidak ingin kembali pada seseorang yang sudah membuatnya terluka.

Kalau mantan suaminya itu menikah dengan mama Naira dan putranya sendiri juga bersama dengan Naira. Mungkin itu yang membuat mamanya merasa seperti kebahagiaan yang seharusnya dimilikinya kini diambil begitu saja.

Dan sekarang Dewa tidak tahu harus memilih kebahagiaan mamanya atau ia perlu egois dengan tetap mencintai Naira?

Dan sekarang Dewa tidak tahu harus memilih kebahagiaan mamanya atau ia perlu egois dengan tetap mencintai Naira?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang