12. Sekalinya Matahari Meredup

21 5 0
                                    

Bunga Matahari yang cemburu kala matahari membagi sinarnya dengan semesta
.
.
.

"Nggak kaya biasanya lo dikit-dikit cek hape kaya gitu, Hel. Nungguin kabar dari Kak Alshan ya?" goda Kuna pada perempuan yang duduk disebelah kemudinya.

Setelah selesai acara kampus, Kuna dan Heli langsung meluncur ke tempat surganya para pecinta buku, dengan Heli yang ikut mobil Kuna.

Namun hal lain mengusik perhatian Kuna kala sahabatnya terus saja melihat hape seperti menunggu notifikasi seseorang. Kuna tahu siapa orang yang ditunggu itu.

"Ck, apaan sih lo, Kuna!" Heli berdecak.

"Yaelah telepon aja sih, Hel, repot banget."

"Gue nggak lagi nungguin telepon Alshan ya, gue lihat jam kok," elak Heli.

Kuna kembali fokus menyetir sambil menahan senyum. Lucu sekali couple yang satu ini.

Heli menoleh ke arah jendela sambil meremas hapenya resah. Sedari tadi di kampus, Heli terus memikirkan soal Alshan. Laki-laki itu berjanji akan menjemputnya seperti jam biasa, tapi hampir satu jam terlewat laki-laki itu tidak muncul batang hidungnya, padahal sudah lewat telat dari jam pulang Heli.

Namun, harusnya Heli bersikap tenang kan? Harusnya dia tidak perlu mengkhawatirkan ini kan? Bukannya ini yang Heli inginkan? Dia bebas pergi kemana pun tanpa ada Alshan yang merecokinya atau pun meneleponnya. Heli bebas.

Iya. Ini yang Heli inginkan, harusnya dia senang bukannya bingung dengan pikirannya sendiri. Biarkan Alshan, Heli tidak peduli.

"Nanti habis dari Gramed mampir beli seblak ya, Na. Gue pengen makan yang pedes-pedes," kata Heli pada Kuna.

"Nggak mau sekarang aja? Habis itu baru ke Gramed."

"Nggak enak kalau masih kepedesan terus ke Gramed. Ke Gramedia itu suasananya harus tenang, Na," tutur Heli. Membayangkan betapa tenangnya nanti ketika dia berhasil mencium aroma buku-buku baru.

Kuna mengangguk. "Okey, kalau itu mau lo."

"Sip." Heli kembali mengecek hape, kali ini dia tidak peduli lagi dengan notifikasi, telepon, atau pun kabar dari Alshan. Heli tidak ingin memikirkan itu. Dia mematikan hape dan memilih menikmati perjalanannya.

Tepat di depan lampu merah, mobil yang membawanya berhenti. Heli menoleh ke arah samping yang mana sejajar dengan mobil Kia putih--

"Alshan?" lirih Heli saat netranya menangkap sosok Alshan. Matanya beralih mengamati badan mobil.
Nggak salah, ini mobil Alshan. Kata Heli dalam hati.

Lewat kaca mobil Alshan yang terbuka, Heli terus mengamati laki-laki itu. Tapi ada seseorang perempuan yang duduk disebelah Alshan, di tempat yang biasa Heli duduki. Perempuan itu begitu cantik, tapi Heli tidak mengenalnya. Mereka tampak mengobrol dengan santainya. Siapa dia perempuan itu?

Tangan Heli mengepal. "Na, makan seblaknya sekarang aja," kata Heli tanpa mengalihkan pandangannya dari Alshan.

"Katanya kalau ke Gramedia harus tenang, nggak mau dalam keadaan kepedesan nanti?" Kuna bingung.

"Nggak, gue mau sekarang."

🌻🌻🌻

"Terima kasih ya, Mas Alshan. Saya jadi ngerepotin Mas." Shasa keluar dari mobil Alshan setelah sampai didepan Gramedia.

Alshan dan Ghifari juga ikut turun.
"Ini beneran mau disini saja Mba?" Ghifari bertanya.

"Iya. Sekalian saya mau ada buku yang mau dibeli," balas Shasa tersenyum.

Matahari ( Selesai )Where stories live. Discover now