O4. Renggangnya Jarak

485 79 141
                                    

•••

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

•••

"Semalam, kamu bawa ke mana anak saya?"

Adalah kalimat yang pertama kali keluar dari bibir mama Kannadya ketika mendapati putrinya baru saja pulang. Wanita itu melirik ke arah Juan dengan pandangan tidak suka. Suasana makin tegang saat mereka berdua menyadari kehadiran Nawa di sana--tengah duduk bersila di sofa dan tersenyum penuh kemenangan.

Kanna segera menyanggah. "Ma, dengerin dulu penjelasan ak--"

"Diam, Kanna! Mama sedang berbicara dengan Juan." Mama menyela tak kalah cepat.

Mendengar itu, Kanna hanya bisa menghela napas. Pasti Nawa telah mengatakan yang tidak-tidak pada mama. Mau bagaimanapun mama memang lebih mempercayai dia meski yang dia bicarakan adalah dusta ketimbang Juan, batin Kanna.

"Semalam saya bawa Kanna ke rumah saya, Tante." ujar Juan dengan jelas tanpa takut sedikitpun. Lagipula jika tidak merasa bersalah mengapa harus takut?

"Kamu apakan Kannadya? Kamu pikir membawa perempuan ke rumah adalah hal yang pantas?" Mama beranjak dari duduknya, menghampiri Juan.

Kanna melirik Juan was-was, menyadari itu, Juan malah semakin mengeratkan pegangan tangannya. "Saya sadar, membawa Kanna ke rumah saya tanpa seijin Tante adalah hal yang seharusnya tidak saya lakukan, tapi yang perlu Tante ketahui, malam itu Kanna dicekoki alkohol oleh Nawa, dia tidak makan malam di resto melainkan dibawa ke klub. Lagipula, di rumah ada Mama dan saya tidak tinggal seorang diri. Kanna tidur di kamar sedangkan saya tidur di ruang tamu. Yang perlu saya tekankan di sini, Nawa hanya membawa pengaruh buruk ke Kannadya. Sebaiknya jauhkan Nawa dari Kanna. Tolong sadar, Tante. Ini demi kebaikan dia."

Sejenak Kanna bisa bernapas lebih lega, namun pasokan oksigennya seakan kembali terkuras mendengar jawaban dari sang mama.

"Saya tahu."

Mereka berdua tercekat, berbanding terbalik dengan reaksi Nawa, ia yang tengah duduk di sofa sana makin melebarkan senyumannya. Menertawakan mereka berdua.

"Ma-maksud Mama?" tanya Kanna gelagapan. Alisnya menukik, matanya menatap tak percaya.

"Mama yang suruh Nawa bawa Kanna ke sana."

Damn. Perkataan dari mama hampir membuat pijakan Kanna goyah. Tapi Juan dengan sigap memberi kekuatan dengan menggenggam tangannya lebih erat, pemuda itu tahu bahwa jauh dari lubuk hati Kanna, ia merasa begitu hancur atas rencana dari mama.

"Mama gila?! Mama enggak tahu gimana takutnya aku di sana?" teriak Kanna.

Tanpa menoleh ke arah sang anak, wanita tersebut berkata tegas. "Masuk ke kamarmu, Kanna."

Tanpa sadar, bulir air mata yang menumpuk di pelupuk mata akhirnya meluruh. Kanna berkata dengan nada gemetar, "Aku enggak habis pikir sama Mama! Mama egois! Dari dulu Mama enggak pernah begini, ini semua pasti karena Nawa, dia kan yang hasut Mama?!"

Kau Rumahku, JuOnde histórias criam vida. Descubra agora