10. Izin untuk Berjuang

661 137 17
                                    

Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!

-
-

Titik Ubah
10. Izin untuk Berjuang

"Abi, saya izin untuk mengajak Balqis ngobrol sebentar, apa boleh?" tanya Andra sebelum ia meninggalkan ruang kerja Rudi.

"Mau membicarakan apa, Nak?" tanya Rudi kepada Andra.

"Soal kemarin, Bi. Andra serius saat mengatakan mengagumi Balqis." jawabnya dengan tegas.

"Abi hargai keberanian kamu, tapi soal perasaan Balqis kepada kamu, itu diluar tanggung jawab Abi. Jadi, tolong jangan dipaksakan, ya?"

Balqis sempat tertegun saat abinya menyuruh untuk menemui Andra. Padahal ia sudah sengaja berdiam diri di kamar karena tidak ingin bertemu Andra lebih lama lagi. Tapi apa daya jika abinya yang memintanya langsung untuk menemui laki-laki itu.

Hingga dirinya berakhir di sini, duduk bersebelahan dengan Andra. Tentunya dengan jarak yang cukup jauh, meski keduanya berada dalam satu bangku. Langit sore yang semakin menggelap ikut menyaksikan keterdiaman keduanya.

"Mas Andra mau bicarakan apa? Sudah mau magrib, Mas." Ucapan Balqis lebih terdengar seperti usiran secara halus di telinga Andra.

"Soal kemarin, saya serius sama kamu, Balqis," ujar Andra to the point, "Mungkin bagi kamu ini mendadak. Tapi kalau saya boleh jujur, saya sudah lama diam-diam menyukai kamu."

"Mas Andra, saya adalah mahasiswa semester akhir yang sedang sibuk dengan skripsi. Saya belum mau memikirkan soal itu, Mas," jawab Balqis.

"Saya nggak meminta kamu memikirkannya sekarang. Saya bisa nunggu, saya bersedia menunggu sampai kapapun kamu siap memikirkan tentang kita," ujar Andra dengan percaya diri.

Namun sayangnya ucapan itu tidak berarti apa-apa untuk Balqis. Ia hanya tersenyum untuk menghargai lawan bicaranya. Tidak ada maksud apa-apa.

"Mas Andra, kalau ini semua adalah permintaan abi atau ummi, tolong jangan terlalu dituruti ya. Saya nggak mau dijodohkan, Mas." ucap Balqis berterus terang.

"Nggak. Abi dan Ummi kamu sama sekali nggak ada hubungannya dengan ini. Kedatangan saya dan keluarga saya minggu lalu juga murni saya yang minta. Karena tujuan saya, ya, kamu. Ini bukan perjodohan seperti yang kamu bayangkan," jawab Andra yang masih berusaha meyakinkan Balqis tentang perasaannya, "Tujuan saya mengajak kamu bicara sekarang, saya hanya ingin kamu tau tentang perasaan saya. Saya sudah cukup lama memendam, Balqis. Dan dengan ini saya berharap kamu mau menerima kehadiran saya. Atau paling tidak, saya berharap kamu mengizinkan saya untuk berjuang dulu kalau kamu masih ragu."

TITIK UBAHWhere stories live. Discover now