44. Sebuah Titik Ubah [SELESAI]

694 164 29
                                    

Happy Reading!😇

-
-

Titik Ubah44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titik Ubah
44. Sebuah Titik Ubah

❤️

Malam hari setelah pulang dari rumah Sherina, Kayana terlihat nyaman berada di kasurnya. Meski dengan kaos kaki yang belum dilepas dan kemeja yang ia buka dua kancing teratasnya saja.

Melihat Sherina hari ini, seperti membuat Kayana melepas rindunya dengan temannya itu. Sudah lama sekali rasanya tidak melihat Sherina setelah katanya gadis itu dan papanya memutuskan untuk tinggal di Singapura.

Tadi, setelah Kayana menjadi salah satu orang yang mengangkat keranda jenazah orangtua Sherina. Kayana sempat menepuk punggung gadis itu, membisikkan kata sabar dan semangat untuknya. Untungnya, respon perempuan itu tidak seperti yang dia takutkan. Sherina tetap tersenyum manis setelah semua yang terjadi sebelumnya. Hal itu membuat Kayana merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi teman yang lebih baik untuk Sherina.

Kayana juga tahu bahwa ternyata selama ini Sherina memendam perasaan padanya. Meski pada akhirnya, Kayana tidak bisa membalas perasaan yang gadis itu miliki. Tetapi, meski begitu, Kayana bersyukur. Sherina mungkin tidak bisa mendapatkan cinta darinya, tetapi gadis itu akan mendapatkan cinta yang lebih besar dari seseorang yang begitu tulus mencintainya.

Mahesa Bintang Adiefwitya. Sudah lama Kayana sadari bahwa kawannya itu juga memendam perasaan pada Sherina. Dasar Sherina saja yang tidak peka dengan perhatian Bintang padanya. Memikirkan urusan hati memang tidak segampang itu. Apalagi di dalam hubungan persahabatan antara perempuan dan laki-laki, cinta segitiga mungkin saja terjadi.

Sherina terbiasa lalu nyaman dengan hubungannya bersama Kayana, begitupun Bintang. Laki-laki itu juga sudah terbiasa dekat dengan Sherina, meski mungkin Bintang juga tahu Sherina menyukai Kayana. Itu sebabnya anak itu memilih untuk memendam. Pusing? Sama, Kayana juga.

Laki-laki itu terkekeh sendiri menyadari isi kepalanya yang semakin kemana-mana. Jika bisa bicara, langit-langit kamarnya pasti akan berkata bahwa dia bosan diperhatikan oleh Kayana yang sedikit-sedikit tertawa, sedikit-sedikit seperti orang yang sedang ada masalah. Kayana juga tidak mengerti kenapa suasana hatinya akhir-akhir ini sedikit bahagia meski jadwal yang padat di kantornya dan banyaknya pekerjaan yang harus dia selesaikan terus saja berdatangan.

"Kayana...." Suara mama bersamaan dengan ketukan pintu membuat lamunannya buyar. Laki-laki itu duduk bersila di atas kasurnya sembari melepas kaos kaki yang jika mama melihat dia tidur sambil mengenakan benda itu pasti dia akan diomeli.

"Masuk aja, Mah... Nggak dikunci," jawabnya.

Sesaat kemudian pintu itu terbuka. Memperlihatkan mama dan senyumnya yang selalu menyejukkan hati Kayana. Meski tidak bisa dipungkiri, seiring berjalannya waktu kerutan di wajah mama semakin ketara.

TITIK UBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang