✿07 | Beruntung atau Sial?✿

100 71 169
                                    

Happy reading

✿✿✿

Pagi ini, lagu "DNA" oleh BTS terputar di dalam kamar bernuansa lilac tersebut. Sang pemilik kamar menampilkan wajah ceria sembari memakai sunscreen dan bersiap-siap menuju sekolah. Rahmi tersenyum kecil, ia menatap pantulan wajahnya dari cermin. Jarang-jarang ia bangun pagi dengan perasaan yang mendebarkan. Ia tidak tahu, tapi rasa-rasanya, hari ini ia akan bernasib baik.

Setelah selesai bercermin, gadis itu menarik tas yang tergeletak di atas kasur. Tak lupa juga ia merapikan bajunya, lalu bergegas keluar kamar.

"Tumben bahagia." Surya muncul dengan seragam yang sudah rapi. Lelaki itu menatap sang adik dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Bahagia jangan ditumbenin. Harusnya ikut bahagia dong kalau gue bahagia," balas Rahmi dengan nada santai. Biasanya sih, gadis itu pasti akan menyemprot Surya jika pagi-pagi sudah mengganggunya. Namun, hari ini tidak.

Saat ketukan pintu terdengar. Rahmi tersenyum cerah. Yap, itu Gara. Lelaki itu sekarang rutin menjemputnya. Apalagi setelah kejadian 'Membantu Dirga' seminggu yang lalu. Mereka sudah semakin dekat semenjak hari itu.

"Mi, udah siap?" tanya Gara saat melihat gadis itu sudah berdiri di depannya dengan wajah sumringah.

"Udah."

Gara hanya terkekeh kecil. Rahmi terlihat bersemangat hari ini. Tidak seperti biasa. Namun ia tidak ingin bertanya, toh nanti gadis itu pasti akan bercerita.

"Gara, hati-hati! Gue nggak tau jin apa yang merasuki adek gue itu. Kelihatannya nyeremin sih." Surya memang tidak bisa jika sehari saja tidak menggangu adik bungsunya itu. Katakan saja, ia tidak akan enak badan jika Rahmi tidak kesal karena dirinya.

"Tenang aja, bang. Kayaknya jin-nya Jin BTS deh," jawab Gara ikut mengusili Rahmi. Sementara gadis itu hanya diam. Namun ia ikutan terkekeh saat mendengar nama biasnya disebut-sebut.

"Doain semoga lancar sama Jin."

"Nggak deh," jawab Surya sok-sokan menolak. Padahal aslinya ia juga fanboys BTS.

✿✿✿

Seperti biasa. Kelas selalu ricuh sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Siswa-siswi asik bercengkerama. Begitupun dengan circle Rahmi yang sedang membahas tentang indahnya cinta masa muda. Haha, mereka memang random. Apa saja dibahasnya. Tak terkecuali jika itu tentang perasaan. Dan itulah, Rahmi hanya menjadi pendengar. Mendengar satu-satu cerita teman-temannya tentang cinta. Kadang, kalau ia tahu, ia ikut bersuara. Namun, ada beberapa hal yang tentunya tidak ia ketahui. Seperti, bagiamana rasanya berpacaran. Jujur sih, selama ini ia tidak pernah berpacaran.

"Mi, jadi kapan nih mau confess ke si Gara?" tanya Mirna kemudian. Mereka kini menatap Rahmi, mencoba melihat gerak-gerik sahabat mereka yang lucu itu.

"Nggak deh. Mending gini aja. Gue udah bahagia, kok."

Mirna menatap Rahmi nyalang. Gadis itu kemudian menunjuk Gara, lelaki yang sedang mendengar musik di pojok kelas. Bersama dengan Dirga yang mungkin sedang mendengar musik juga. Tidak ada pembicaraan, tapi mereka dekat kok. Mungkin saat itu mereka sedang ingin diam-diaman saja.

"Yakin nggak mau?" tanya Mirna memastikan. Namun dengan nada ejekan tentunya.

"Udah deh, Mir. By the way, Bobby tadi telepon nggak?" tanya Rahmi berusaha mengalihkan pembicaraan. Namun Mirna tidak semudah itu terpancing. Ia tersenyum miring, lalu berlari menuju tempat duduk Gara. Entah apa yang kini ia obrolkan dengan Gara, Rahmi tidak tahu karena jarak mereka cukup berjauhan.

About Time [END]Where stories live. Discover now