27 - Mad

4.2K 501 66
                                    

LISA POV

Aku memperhatikan Jennie dari jauh di tempat yang sama tempat aku berdiri sejak aku menemukan keberadaannya tadi. Senyumnya benar-benar menghilang. Padahal sebelum dia melihatku, seperti tidak ada beban.

Dan rasa penasaranku sekarang bertambah satu. Siapa wanita dihadapannya ini. Lihatlah penampilannya. Ughhh, tidak bisakah dia agak rapi sedikit.

Aku melihat dia dan Jennie berdiri. Dan lihatlah, Jennie tersenyum kembali saat akan berpisah dengan orang itu. Sial, wanita itu pergi ke arah dimana aku sama sekali tidak bisa melihat wajahnya. Bisa saja aku menghampiri mereka berdua, tapi aku tidak mau membuat Jennie semakin marah.

Aku menunggu sampai wanita itu hilang dari pandanganku. Aku berjalan perlahan ke meja karena Jennie mulai duduk lagi disana, meminum kopinya yang masih penuh.

Aku duduk tepat di hadapannya. Tempat duduk yang sama dengan wanita yang tadi duduk disini. Aku melirik sekilas ke meja. Satu buah asbak begitu penuh dengan abu rokok. Aku hitung, wanita itu tidak hanya merokok satu batang, namun lebih. Aku mengernyit ketika membayangkan Jennie menghirup asap rokok ini begitu lama. Kemudian aku menatap Jennie lagi. Dia masih enggan melihat wajahku.

Aku meraih tangannya yang ada di atas meja. Namun hanya satu detik kemudian dia langsung menarik lagi tangannya. Aku tahu dia benar-benar marah padaku. Dan untuk hal apapun itu, aku harus minta maaf padanya.

"Kau lebih memilih menghindar dariku daripada menghindari asap rokok?" kalimat itu cukup membuat Jennie langsung menatapku dengan sinis dan penuh amarah. Aku tersenyum karena akhirnya mau menatapku meski dengan tatapan mautnya. Itu artinya dia menganggap aku ada.

"Aku minta maaf untuk segala hal yang membuatmu marah seperti ini. Apapun itu, maafkan aku.." inilah kalimat langganan yang selalu aku sampaikan setiap kali Jennie marah.

Jennie memalingkan wajahnya dariku dan tetap tidak mau bersuara. Jika disini tidak ada orang mungkin aku akan memeluk dan menciumnya, hanya saja aku tidak bisa.

Dia berdiri dan pergi begitu saja dari hadapanku. Aku akan mengejarnya tapi kemudian sesaat aku ingat oleh ucapan Chaeyoung, jika Jennie tidak mau berbicara denganku maka aku akan menunggu sampai dia mau.

Aku sebenarnya sudah frustasi. Tapi mau bagaimana lagi. Jadi aku harus menerima konsekuensinya.

Berharap agar kemarahan Jennie cepat mereda. Aku berusaha untuk tidak terlalu mengejarnya seperti biasa. Memberikannya waktu untuk dia bisa menenangkan hatinya sendiri.

Aku memasuki kelas dan dia sudah duduk dengan tenang di tempat biasa. Dan seperti biasa juga aku duduk di sebelahnya. Hari ini ada ujian dadakan dari dosen kami dan aku harap Jennie tidak bisa mengerjakan soalnya. Sehingga dia mau tidak mau menanyakan jawabannya padaku. Jika kalian mengatakan aku jahat karena memanfaatkan situasi, tidak apa-apa. Memang kenyataannya seperti itu.

Tapi bodohnya aku berpikiran seperti itu, nyatanya Jennie mengerjakan soal-soal sendirian. Tidak sedikit pun dia menoleh dan meminta jawaban seperti biasa.

Di mengumpulkan jawabannya pun lebih cepat dari banyak orang. Aku sebenarnya sudah selesai sejak tadi, hanya menunggu Jennie meminta jawaban padaku. Namun itu tidak sesuai harapanku. Entah aku harus senang atau sedih. Dia sudah bisa mengerjakan soalnya dengan baik tanpa bantuanku lagi.

Setelah dia keluar dari kelas aku menyusulnya dengan mengumpulkan jawabanku lebih dulu dan kemudian berlari kecil keluar kelas. Mencari keberadaan Jennie. Aku melihat dia duduk di pinggiran kursi sambil memainkan ponselnya bersama beberapa anak lain.

Kebetulan tepat dipinggir Jennie adalah Hyeri, anak yang kutanyai keberadaan Jennie tadi. Aku mendekati mereka, Jennie masih enggan melihatku tapi Hyeri mendongkak melihatku. Aku mengode padanya tanpa suara untuk berdiri supaya aku bisa duduk di samping Jennie. Dia tersenyum padaku dan melirik Jennie sekilas. Lalu dia bangkit dan berbisik padaku, "Cepatlah berbaikan. Aku tidak suka melihat Jennie si gadis cerewet tiba-tiba diam seribu bahasa sepanjang hari." aku memutar mataku padanya.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang