47 - Good News

3.6K 489 63
                                    

LISA POV

"Silahkan, princess." aku membuka pintu mobil penumpang dan berpura-pura seperti pelayan. Menundukan badanku dan membuat tanganku sebagai topangan Jennie. Dia tertawa dengan riang dan memegang lenganku untuk turun dari mobil.

"Thanks, my love." ucapnya dengan manis. Aku memajukan bibirku dan mengerutkan alis.

"Kita sudah sepakat bahwa aku pelayannya dan kau putrinya." tuturku sambil menghadap kepadanya.

Kita sedang bermain kerajaan-kerajaan semenjak keluar dari kampus. Selama di mall aku memainkan peran sebagai pelayannya Jennie dan dia sebagai putri kerajaan. Jadi sepanjang waktu kami, tadi aku benar-benar memperlakukan Jennie seperti putri kerajaan.

"Karena putri kerajaan kesepian selama ini dan dia tidak memiliki teman selain pelayannya yang bersamanya. Maka putri kerajaan itu jatuh cinta pada pelayannya." jawabnya dengan menggemaskan.

Aku hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalaku, "Tidak ada putri kerajaannya yang jatuh cinta pada pelayannya! Kau ini ada-ada saja."

"Ck! Buktinya kau? Kau jatuh cinta denganku?" dia mengerutkan alisnya.

"Aku bukan putri kerajaan dan kau bukan pelayan. Kau sahabatku." aku mencolek hidungnya.

"Sama saja. Kasta kita berbeda. Anggap saja..." aku memotongnya demgan membungkam mulutnya dengan telapak tanganku yang cukup lebar.

"Berani kau meneruskannya aku tidak akan melepaskannya." ucapku sambil menatap lurus matanya.

"Mmmmphh.. mmmmphh.. mmmphhhh.. mmph mmph.." dia terus mencoba berbicara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku melepaskan telapak tanganku dari mulutnya saat itu juga.

"Hah!!!!" dia terengah-engah. "Kau ingin membunuhku?!?!" ucapnya sambil berkacak pinggang dan masih tersengal.

Aku tertawa sambil memeluknya yang terlihat kehabisan nafas, "Maafkan aku sayang. Kau sangat menggemaskan."

Dia mendorongku sehingga pelukanku terlepas dengan wajah yang cemberut. Aku baru akan memeluknya lebih erat lagi namun ponsel di saku jaketku berbunyi.

Aku melihat ID pemanggilnya adalah Mommyku. Aku bertanya-tanya mengapa dia menelfonku. Aku meminta izin pada Jennie untuk mengangkat telfon dahulu dan dia mengangguk.

"Ya, mom? Ada apa?" tanyaku setelah mengangkatnya.

"Lisa, apakah kau bisa pulang sekarang? Ada yang ingin aku dan Daddymu bicarakan." jawabnya lembut.

Aku menaikan sebelah alisku, "Apa yang ingin kalian bicarakan?"

"Kita tidak bisa membicarakannya di telfon, Lisa. Pulanglah untuk malam ini saja. Ini penting." tutur Mommy padaku yang membuatku semakin bertanya-tanya apa yang akan mereka bicarakan.

Aku menghela nafas, "Aku tidak bisa, mom." ucapku, kali ini sambil memandang Jennie yang menatapku sedari tadi.

"Lisa, tapi—"

"Sudah ya, mom. Bye." aku memotong ucapan Mommy dan langsung menutup panggilannya.

"Mommy? Ada apa?" Jennie bertanya dan mendekatkan tubuhnya padaku.

Aku menggaruk kepalaku meski tidak gatal, "Mommy memintaku untuk pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dia ucapkan. Tapi aku langsung menutup panggilannya." jelasku pada Jennie.

"Sepenting itukah sampai harus menelfonmu malam-malam?"

Pertanyaan Jennie membuatku berpikir. Memang benar, jika ini tidak terlalu penting maka Mommy tidak mungkin menyuruhku pulang malam ini juga.

BEST FRIEND - JENLISADonde viven las historias. Descúbrelo ahora