13. Hari Pertama Jadian

53 12 0
                                    

*Kali ini chapt-nya berisi ke-uwwuan Mas Echan sama Mbak Wendy.

Begini terus ya!”

🍂🍁🍂

Tiingg!

Suara denting ponsel yang berbunyi diatas nakas. Sang empunya ponsel terbangun, sesekali mengucek matanya.

Ia meraih ponsel miliknya. Ternyata baru jam 05.56 tapi notif chat sudah ia terima. Ia mendengus kecil, menekan icon pesan didalam layar ponsel. Seperti dugaannya, anak ini akan mengirim pesan.

Message

Echan
|Selamat pagi Neng pacar😍
|💙💙💙💙

Read 05.57


"Astagaaaaa!"

Ia teringat kejadian kemarin, dimana Echan menghampirinya dengan membawa Badut yang dimana para sahabatnya sendiri, dan tidak akan pulang sebelum ia menerima pernyataan Echan.

Iya, sekarang dia dan Echan sudah punya status yang jelas, Echan pacarnya sekaligus Siswa didiknya disekolah.

Tidak lama kemudian, ponselnya berdering. Seperti kebiasaan Echan, jika tidak membalas chat darinya maka ia akan langsung menelpon.

"Hallo," sapanya dengan nada khas manusia yang baru bangun dari tidur. Serak.

"Eh, udah bangun, ya?" tanya Echan dari seberang sana.

"Kalo saya gak bangun, gak mungkin saya bisa angkat telpon dari kamu!"

"Ih, gemes deh, Pacar Echan ngamuk, hehe."

"Kamu itu ngapain sih ngechat pagi-pagi? Sekarang 'kan hari Minggu. Ganggu tidur aja."

"Ya kangen aja ... masa iya gak boleh nelpon pacar sendiri?"

"Iya-iya, pacar!" balasnya dengan nada menekan di bagian kalimat 'Pacar.'

"Yaudah jam 3 nanti Echan jemput ya!"

"Kemana?"

"Nge-date sama Pacar! Harus ikut, titik!"

"Dih?"

"Yaudah, selamat bobo lagi Cantiknya Echann!"

Dan ujungnya panggilan pun di putus dengan sepihak oleh Echan. Tapi demi apapun Wendy kali ini ingin tidur seharian, magernya sudah On, apalagi karena ia sedang Haid, tubuh seakan sangat berat.

"Gusti nu agung, tolong hamba mu."

03.06 WIB.

Dengan setelan sederhana yang ia kenakan, Wendy langsung mengunci pintu kontrakkan, karna sejam sebelumnya Echan sudah datang.

"Kamu bilang nge-date-nya jam 3, kok datangnya jam 2, sih?"

"Nunggu kamu siap-siap." Echan dengan senyuman lebarnya menuju keatas motor dan menghidupkan mesin motor Beat hitam itu, dan memasangkan helm di kepala Wendy, "Sok atuh, mangga!"

Kali ini Echan akan membawa sang punjangga-nya untuk merayakan hari pertama mereka menjadi pasangan.

Menelusuri alun-alun kota Bandung, sesekali berhenti di tempat jajanan pinggir jalan. Beralih ke Jalan Layang Pasupatih sekedar menonton di Taman Film Bandung yang hanya berkisar 4 km dari alun-alun.

Sesekali berfoto berdua di spot yang bagus.

"Kisah Jack sama Rose itu keren ya, bertemu tiba-tiba dan jatuh cinta tanpa direncanakan, walaupun Rose sudah punya tunangan, tapi kekeh mencintai Jack. Dan dilain sisi, aku gak suka," jelas Echan sambil menonton film Titanic yang sedang tayang dilayar.

Wendy mengerutkan alis, "kenapa?"

Echan tersenyum masam. "Mereka gak bersama selamanya."

Ia menggenggam tangan Wendy. "Aku mau kita abadi, dengan cinta seperti Jack dan Rose di Titanic, namun ending seperti Shone dan Nam di Crazy Little Thing Called Love," Echan tersenyum lagi, tapi senyumnya kali ini lebih hangat. "Jangan tinggalin aku ya."

Wendy hanya menatapnya nanar, sepertinya kata-kata Echan menyentuhnya. Ia hanya mengangguk canggung dan kembali terfokus menatap layar lebar didepan mereka.

Apa ini yang di sebut jatuh hati?

08.12 WIB

kali ini mereka beralih, ke alun-alun, untuk sekadar mengisi perut di tempat Mie Ayam langganan keduanya.

"Mas, seperti biasa, Mie ayam 2. Tapi kali ini yang spesial ya!" ucapnya pada Mas-mas yang empunya gerobak Mie ayam. Keduanya duduk berdampingan, menunggu pesanan yang akan datang.

"Arghh!"

Wendy tiba-tiba merasa sakit dibagian perutnya.

"Wen, kamu kenapa?" tanya Echan yang melihat Wendy tiba-tiba kesakitan.

"Chan, perutku, perutku sakit banget." Memegangi area perutnya.

"Kita kedokter aja ya!" saran Echan.

Wendy malah menggelang cepat, "kita pulang aja yuk."

"Kerumah sakit aja, kamu keliatan kesakitan banget!"

"Gak, kita pulang aja."

Wendy kekeh untuk tetap pulang, ia menarik tangan Echan, "udah gak pa-pa, kita pulang aja."

"I-iya kita pulang."

1 jam berlalu, keduanya sudah berada di kontrakan Wendy. Echan membantu kekasihnya itu berbaring keatas ranjang setelah membuatkan teh hangat untuk Wendy.

"Mendingan gak?" tanya Echan sembari memijat ujung kaki Wendy dengan minyak kayu putih. "Kamu kenapa, kenapa bisa sakit gini?"

"Perutku kram soalnya lagi pms, lupa beli itu lagi, ck."

"Aku tinggal 5 menit gak pa-pa, kan?"

"Kemana?"

"Tinggal bentar, ok."

Echan berlari keluar dari kamar, segera melesat kearah motornya. Wendy heran melihat Echan, memang mau kemana?

Dan betul saja, 5 menit akhirnya Echan datang kembali, dengan sebuah kertas belanja dari sebuah market.

"Kamu abis ngapain?" tanya Wendy dengan suara seraknya.

"Beli ini."

Echan kemudian mengeluarkan barang-barang yang ia belanjakan 5 menit lalu. Ada pembalut bermerk Charm bersayap aiang dan malam, sepapan obat Paracetamol dan Ibuprofen untuk meredakan Kram saat haid, 2 botol Kiranti rasa Original dan rasa Kunyit, 3 cokelat batang dan Nugget. Lihat, betapa sayangnya Echan sampai-sampai rela beginian ke market sana.

"Ini semua buat apa?"

"Ya buat kamu lah. Kamu kan pacarku."

"Banyak banget, sampai beli cokelat juga."

"Kata orang-orang, kalo lagi pms itu suka mood'an, cokelat kan bisa buat balikin mood," kata Echan sembari memijat telapak kaki Wendy.

"Tau dari mana?"

"Sejak kita sah jadian, aku sering search di Google apa menjadi kebutuhan perempuan, biar aku bisa jagain kamu, ngertiin, dan siap sedia juga kayak gini."

"Niat banget."

"Iya dong. Oh iya, tadi belum sempet makan, aku buatin Nugget ya?" Echan beranjak dari kasur.

"Aku aja, gak pa-pa!"

"Kamu berdiri aja masih nyeri, apalagi masak. Udah biar aku aja!"

"Tapi—"

"Gak pa-pa."

Saat berbalik mengambil Nugget diatas meja dan berniat membuatnya, tiba-tiba tangannya di tahan oleh Wendy.

"Makasih ya."

"Kok makasih? Kan tugas aku emang ngejagain kamu."

"Iya, makasih udah berusaha jadi yang terbaik."

To Be a Continue

PACARNYA BU GURU || Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang